VI

1.1K 160 2
                                    

"Yang harus aku lakukan?" Levi terheran.

Historia menggenggam tangan Levi, seketika cahaya putih terang yang menyilaukan pandang muncul dari telapak tangan Historia.

Hei, aneh. Apaan ini?

Cahaya itu silau sekali. Tapi, ini cuma ingatan Levi. Aku masih bisa melihat samar-samar meskipun tertutup oleh cahaya itu.

"Temukan seorang gadis bernama (y/n), tuntun dia untuk menyelesaikan 16 misi bersamamu. Setiap kamu menyelesaikan 2 diantaranya, tingkatannya akan terus bertambah," jelas Historia. Hei, dia menyebutkan namaku?

"Ingat, kamu tidak boleh sampai terbunuh atau (y/n) akan bereinkarnasi di kehidupan yang berkali lipat lebih keji untuk memperbaiki dirinya. Kamu boleh memberinya pilihan,"

"Oi, lalu apa yang harus aku lakukan? Misi apa?" tanya Levi. Historia terdiam. Levi menampar Historia, tapi Historia tak bereaksi dengan ekspresi apapun. Lalu, segalanya gelap.

Aku bisa meliat diriku yang sedang kebingungan di ruang serbaputih. Dan Levi melangkah mendekatiku dengan sayap putih di punggungnya, persis seperti saat itu.

✴✴✴

"Nah, lu udah lihat kan? Cuma itu yang gue inget," ujar Levi.

(Y/n) mengangguk.

"Maaf," sesal (y/n), terlalu memaksa Levi untuk memberitahu semua yang Levi tahu.

"Aneh, kan? Tiba-tiba aja gue disuruh kayak gitu. Gue cuma ngelakuin yang paling maksimal, dan gue tetep aja nggak dapet apa-apa," Levi membuang muka, sementara cahaya remang rembulan menerpa wajahnya yang tampan.

"Kayaknya nyari Historia memang pilihan yang paling bagus," komentar (y/n).

Mereka melanjutkan pencarian Historia, melangkah sedikit cepat menuju pusat kota tersebut.

Sesampainya di depan sebuah gedung besar nan megah, Levi langsung menyimpulkan bahwa ada kemungkinan Historia tinggal di tempat itu.

Gedung Pemerintahan

Tulisan bercat emas berkilau itu semakin meyakinkan Levi dan (y/n). Mereka saling bertatap muka dan menganggukan kepala. Diam-diam, mereka mengitari pintu depan gedung pemerintahan tersebut, dan berusaha semaksimal mungkin untuk tidak menimbulkan suara karena langkah kaki mereka.

"Kita cuma perlu bobol jendelanya," bisik Levi. (Y/n) mengangguk.

"Tapi, dimana jendelanya?" tanya (y/n). Levi mengangkat bahu. "Lo cari ke arah kanan, gue cari ke arah kiri. Cari jendela kamar kayak yang ada di ingatan gue. Inget, jan nimbulin suara kenceng," usul Levi. (Y/n) mengangguk paham dan berlari ke arah kanan, sementara Levi berlari ke arah kiri.

(Y/n) mengawasi sekitar dengan was-was. Tubuh (y/n) bermandikan keringat dingin dan kulitnya memucat. (Y/n) merinding karena sangat takut. Terlebih lagi, Levi sedang tidak berada di sisinya. Situasi ini sangat mengancam ... Dan buruknya, (y/n) tidak tahu cara menggunakan senjata ataupun bertarung.

Terdengar derap langkah kaki bagai derap langkah maut bagi (y/n). Nampaknya itu prajurit penjaga istana..

Sialan!! Gue harus gimana nih?! Gue bisa ketangkep basah dan Levi husbu gue bakalan ngomelin gue ... Bisa mampus gue!! Gue gak mau dipandang rendah sama Levi yang ganteng .. Lebih lagi kalau pun gue bisa nembakin peluru, pasti itu prajurit yang pake baju zirah tebel dan peluru gue gak akan bisa nembus ...

(Y/n) memaksa otaknya yang tengah panik akan situasi genting saat ini untuk berpikir. Lompat ke semak belukar itu dan menjatuhkan diri, pikir (y/n). Mungkin, itu adalah solusi terbaik untuk saat ini.

Ada semak belukar liar tak jauh dari tempat (y/n) berada. Sedikit curam, mungkin jaraknya sekitar satu meter di bawah tempat (y/n) berdiri. Sial, prajurit penjaga itu semakin mendekat. (Y/n) tak punya pilihan lain, dia menjatuhkan dirinya ke bawah.

Sedikit sakit ketika dia berguling, terlebih lagi kesunyian malam seolah meledeknya. Kesunyian itu tentunya tak bisa menyamarkan apa yang dilakukan (y/n). Tapi, semak belukar itu mendukung aksinya. Berkat semak belukar itu, prajurit penjaga itu tak mampu menemukan (y/n).

"Fyuh," gumam (y/n) pelan—sangat pelan—dan (y/n) sendiri nyaris tak mendengar gumamannya sendiri.

(Y/n) mengeluarkan senapannya perlahan-lahan dan menyondongkan senjata api itu ke arah si prajurit penjaga, bersiaga kalau si prajurit penjaga itu berhasil menemukan persembunyiannya.

Benar saja! Prajurit penjaga itu melirik ke arah semak belukar tempat (y/n) bersembunyi. (Y/n) menarik pelatuk tanpa ragu, dan peluru itu melesat tepat ke arah dada si prajurit penjaga. Prajurit itu tidak memakai zirah tebal seperti yang (y/n) pikirkan. Prajurit penjaga itu langsung tergeletak. Tapi, (y/n) tak yakin apakah prajurit penjaga itu sudah tewas atau belum. (Y/n) menembakkan pelurunya dua kali, meluluh-lantahkan tubuh prajurit itu. Tangan dan kakinya terputus, peluru itu jelas menembus jantungnya.

Yosh! Gue bisa! Batin (y/n) girang.

Tiba-tiba saja, dari belakang, ada yang menyentuh pundak (y/n).

Ma-mampus!! Siapa itu?! Jangan bilang itu temen nya prajurit yang gue bunuh tadi .. Jangan!

✴✴✴

Map author hiatus kelamaan :(
Smoga kalian suka ch kali ini yang butuh waktu seabad buat apdet .. Soalnya kuota author miris dan hampir gak ada waktu dan ide buat crita ini ..
Jangan lupa di vote, share, dan comment yah .. :)

After Life | Levi Ackerman✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang