5. Karena Dia
"Kebanyakkan dari kita tidak mensyukuri apa yang kita miliki saat ini. Tetapi kita selalu menyesali apa yang belum kita capai."
Arthur Schopenhauer
"Maaf ..." kata Bintang saat kembali datang ke rumah untuk menjadi guru les Romeo. "Waktu itu gue bersikap nyebelin. Harusnya gue nggak langsung ngatain lo yang nggak-nggak."
Romeo yang saat itu sedang berusaha membaca buku menoleh pada Bintang, tatapannya datar. "Hem."
Bintang menatap Romeo penuh rasa bersalah, dia benar-benar merasa menyesal karena sudah mengatai Romeo tidak bisa membaca. Harusnya kemarin Romeo balas mengatainya bukan diam dan pergi begitu saja. Mulai sekarang Bintang akan berusaha untuk membuat Romeo menjadi lebih baik.
"Karena lo anaknya males pake banget kalau baca, jadi gue udah ngerekam materi yang bakal kita pelajari buat seminggu kedepan," ujar Bintang seraya mengeluarkan tape recorder dari dalam tas dan memberikan tape tersebut pada Romeo. "Abaikan aja kalau suara gue nggak bagus, yang penting jelas."
Romeo terlihat terkejut. "Lo ngerekam sendiri? Semuanya? Bukannya materinya banyak banget?"
Bintang memutar bola mata. "Itu satu-satunya cara biar lo mau belajar sama gue. Gue butuh bantuan lo banget soalnya."
Romeo hanya diam tidak menanggapi, dia mengambil headseth dan mendengarkan suara rekaman Bintang. Tidak terlalu buruk, pikirnya seraya menganggukan kepala.
Bintang melihat ke sekitar. "Ngomong-ngomong kenapa kita belajarnya di gazebo bukannya di dalem aja?"
Romeo fokus mendengarkan rekaman materi membuat Bintang sedikit kesal karena diabaikan begitu saja oleh Romeo.
"Rom? Apa jangan-jangan lo juga tuli?" tanya Bintang curiga.
Romeo menatap Bintang datar, dia hanya menghela napas dan kembali fokus mendengarkan rekaman materi di ponsel.
"Kali ini gue harus berhasil," ujar Romeo tiba-tiba. "Kalau nggak, Mama pasti bakalan cari guru lain buat ngajar gue. Kalau lo dipecat sama Mama, lo pasti bakalan kesusahan cari orang yang mau bantu lo."
Bintang terdiam untuk waktu yang lama, tidak pernah membayangka kalau Romeo akan memikirkan dirinya. "Oh ... ya udah, pelajarin. Kalau lo udah selesai bilang ke gue."
Romeo hanya mengangguk.
Menunggu Romeo yang entah kapan selesainya, Bintang memilih membaca buku sambil melanjutkan skripsi yang sempat tertunda karena masalah Romeo. Karena terlalu fokus, dia tidak menyadari bahwa sedari tadi Romeo tengah memandanginya dengan tatapan penasaran.
"Kenapa lo ngeliatin gue?"
Romeo hanya mengedikan bahu tidak peduli. "Gue udah selesai. Eng ... buat kuisnya ..." Romeo terlihat ragu. "Bisa nggak kayak dibuat tanya jawab. Kalau nulis gue ragu bisa selesai cepat, apalagi lo lagi ngerjain skripsi."
Bintang terdiam untuk waktu yang cukup lama, hanya memandangi Romeo penuh keterkejutan. Dulu, di matanya Romeo hanya cowok urakan yang sukanya main game hingga lupa waktu, namun dia tidak pernah tahu bahwa rupanya dibalik sikap Romeo yang super menyebalkan ternyata cowok itu sangat baik dan pengertian.
"Oke."
Bintang tidak tahu harus berkata apa setelah selesai menguji Romeo. Kemampuan cowok melebihi ekspektasinya. Romeo mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh dirinya, entah itu yang sulit atau mudah Romeo menjawab dengan benar, malah Bintang pikir kalau Haris lebih bodoh dari Romeo yang tidak bisa membaca dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M BROKEN
Teen Fiction"Dia sangat berbeda dengan Ragil. Padahal mereka saudara kembar." "Romeo sama sekali nggak bisa diandalkan. Beda banget sama adik kembarnya." "Ragil itu anak baik-baik, tapi Romeo sebaliknya." Romeo nggak peduli sama orang yang menghinanya asal hidu...