18. First Love
"Jangan menyesal pernah menunggu seseorang, setidaknya dari sana dirimu tahu rasanya berjuang."
Me Before You
Tengah malam itu Karsa tidak sedang tidur, kedua matanya terpejam tapi pikirannya tidak. Dia tetap terjaga meski tubuhnya lelah setengah mati setelah seharian memetik apel langsung dari kebun. Karenannya, dia bisa mendengar suara erangan sakit dari arah sampingnya.
Karena erangan itu tidak kunjung berhenti akhirnya Karsa bangun dan melihat ke arah ranjang. Semuanya sedang tidur kecuali Romeo yang kini sedang berbaring seperti bayi dalam rahim. Cowok itu mati-matian menahan suara dengan tangan memegangi perut. Karsa bisa melihat keringat sebesar biji jagung yang mengalir dari dahi cowok itu.
Karsa mendekati Romeo, berpikir apa sesakit itu sampai Romeo tidak menyadari kehadirannya? Dia hendak memegang bahu Romeo saat melihat air mata mengaliri pipi cowok itu, sedikit terkejut saat tiba-tiba Romeo memegang tangannya sangat kuat.
"Mau gue panggilin dokter?" tanya Karsa pelan, membiarkan saja tangannya dipegang kuat hingga terasa sangat sakit oleh Romeo.
Napas Romeo terengah, pandangannya memburam. "Nggak perlu."
Karsa tersenyum kecil, menatap tangannya yang merah. Sudah jelas kalau Romeo sesakit itu. "Lo nggak akan bisa nahan sakitnya."
Romeo balas tersenyum meski perutnya masih sangat sakit. "Kayak lo pernah ngerasain aja."
Karsa menyandar ke dinding. "Kadang gue rasain. Di kepala bukan perut." Dia menghela napas, kembali terdiam saat mendengar rintihan Romeo. Perlahan, dia mengulurkan tangan untuk menepuk-nepuk bahu Romeo.
Seluruh tubuh Romeo kaku saat merasakan tepukkan hangat di bahunya, dia menatap Karsa diantara pekatnya gelap.
"Ini bukan apa-apa. Setelah ini lo bakalan baik-baik aja." Karsa berkata pelan sambil terus menepuk-nepuk bahu Romeo.
Tubuh Romeo bergetar, bukan karena sakit, tapi rasa haru yang menyusup kedalam hatinya. Entah kenapa dia menjadi sentimental. Mungkin Ini pertama kalinya dia merasa tidak sendiri saat rasa sakit mendominasi tubuhnya. Ini pertama kalinya seseorang mau terjaga untuknya setelah Summer.
"Kemarin gue menghubungi Bokap lo," cerita Karsa. "Sebelumnya sori karena buka hape lo tanpa izin. Gue ngelakuinnya buat ngisi data diri lo, biar lo bisa ditangani." Dia terdiam. "Gue bilang kalau lo sakit dan masuk rumah sakit."
Romeo tidak merespon, pandangannya berubah kosong.
"Tapi respon bokap lo nggak terlalu baik." Karsa membasahi bibirnya yang kering. "Beliau suruh lo nggak usah manja dan jangan nyusahin orang lain." Dia menatap Romeo, menunggu respon dari cowok itu. "Andra ngelarang gue cerita ini ke lo, tapi kayaknya lo harus tau."
Karsa sialan, disaat seperti ini seharusnya cowok itu tidak membuat dirinya tambah down. Meski Romeo tahu bahwa Papa tidak lagi peduli padanya namun mendengar hal seperti ini tetap saja membuatnya sakit.
"Tapi meski begitu, dari nadanya gue tau Bokap lo ngerasa cemas," lanjut Karsa. "Terus malemnya Nyokap lo nelepon. Tadinya gue nggak mau jawab, tapi Nyokap lo terus nelepon."
"Paling Mama cuma ngomel," kata Romeo pelan.
"Nyokap lo nangis pas gue bilang lo masuk rumah sakit."
Romeo terpaku. Mama menangis?
"Nyokap lo neleponin tiap satu jam sekali buat nanyain keadaan lo. Katanya beliau mau langsung ke sini tapi kehabisan tiket." Karsa menghela napas panjang. "Gue sengaja cerita biar lo tau, kalau lo bisa ngandelin orang lain. Jangan menanggung semuanya sendiri, selain karena lo nggak mampu, semua itu cuman bikin hidup lo nggak bermakna."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M BROKEN
Teen Fiction"Dia sangat berbeda dengan Ragil. Padahal mereka saudara kembar." "Romeo sama sekali nggak bisa diandalkan. Beda banget sama adik kembarnya." "Ragil itu anak baik-baik, tapi Romeo sebaliknya." Romeo nggak peduli sama orang yang menghinanya asal hidu...