7. Heartbreak

5.2K 570 24
                                    

7. Heartbreak

"Bahkan hati yang nggak punya kaki bisa menjauh saat perasaannya nggak dihargai."

The Garden of Words

"Rom, bukannya itu saudara lo, ya?" Rafi menunjuk cowok yang wajahnya sangat mirip dengan Romeo. "Tumben banget dia duduk bareng mereka. Biasanya juga sama anak jenius lagi."

Romeo melihat ke arah yang ditunjuk Rafi, sebelah alisnya terangkat saat melihat Ragil bersama anak-anak yang terkenal suka membuat ulah. "Lagi khilaf kali," balasnya tidak peduli.

"Nggak mau lo samperin?"

Romeo membanting sendok ke atas piring lalu menatap Rafi dengan kesal. "Kenapa? Lo juga mau gabung sama mereka?"

Rafi langsung menyengir seraya melambaikan kedua tangan. "Jangan marah gitu, dong. Tumben aja lo cuek bebek. Biasanya juga suka sewot kalau liat Ragil bareng mereka."

Romeo menggertakkan gigi, Rafi membuatnya naik pitam. Lagi pula buat apa dia menegur Ragil? Yang ada nanti dirinya yang malu sendiri karena sok ikut campur. Lagi pula, dia sedang tidak ingin peduli pada siapa pun. Bodo amat Ragil mau berteman dengan siapa pun juga. Dia tidak mau menyusahkan dirinya demi orang lain.

"Dia udah gede," sahut Romeo pelan. Dia mengabaikan pertanyaan bertubi-tubi dari Rafi dan sibuk menghabiskan bakso tahu pesanannya. Ketika dia hendak menyuapkan suapan terakhir tiba-tiba seseorang menggebrak meja sehingga siomay terakhir Romeo jatuh begitu saja. "Anjrit! Kalau mukul tuh biasa aja kali!" serunya kesal.

Cowok yang menggebrak meja barusan langsung tergagap. "So-sori, Rom."

Romeo berdecak, hampir saja melemparkan garpu ke wajah cowok itu andaikan Rafi tidak segera mencegahnya. "Lepasin."

Rafi berusaha kuat menahan Romeo sedangkan kedua matanya menatap ke sekeliling mencari keberadaan Haris. Biasanya cowok itu mampu meredakan amarah Romeo meski tidak seratus persen.

"Rom, tenang! Diliatin orang-orang tuh."

"Bodo amat! Dia udah bikin siomay terakhir gue mubazir."

"Lo bisa nyuruh dia beli lagi."

"Gue udah kenyang."

"Gu-gue beliin lagi, deh. Sori." Kevin menundukkan kepala dalam-dalam. "Gue beneran nggak sengaja."

Romeo mengembuskan napas panjang, mendelik menatap Kevin. "Kenapa lo ngegebrak meja, hah? Berita penting apa yang lo bawa sampai-sampai siomay terakhir gue jadi mubazir?"

Kevin menelan ludah. "Tristan sama yang lain mau tawuran sama anak-anak Nusa Bangsa."

"Terus, hubungannya sama gue apa?"

"Mereka, maksudnya Tristan ngajak Ragil buat ikut tawuran."

Rafi shock berat, mengajak Romeo tawuran mungkin hal yang sangat biasa, tapi ini astaga berani sekali Tristan dan gengnya mengajak Ragil tawuran padahal jelas Ragil notabenenya anak baik-baik. Apa Tristan kesal karena Romeo sering menolak ajakkan tawuran sehingga berpindah pada Ragil?

"Lalu?" Romeo sama sekali tidak terlihat terkejut.

"Ragil setuju."

"Sumpah, demi apa?!" Rafi tidak lagi menyembunyikkan keterkejutannya. "Anjir, emangnya itu anak bisa berantem? Yang ada nanti dia bonyok dipukulin." Dia menatap ke arah bangku yang tadi ditempati oleh Ragil dan Tristan. "Pantes aja dia kumpul bareng mereka. Ternyata!"

"Gue denger dari kacungnya Tristan. Besok mereka bakalan tawuran, nggak cuman Ragil yang diajak tapi mereka juga ngajak anak-anak OSIS."

"Mana mungkin orang disiplin macam mereka ikutan tawuran."

I'M BROKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang