3. Perubahan Romeo

7.1K 727 11
                                    

3. Perubahan Romeo

"Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapa pun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak percaya itu."

Ali Bin Abi Thalib

"Rom, ke kantin yuk," ajak Haris pada Romeo yang saat itu sedang duduk menopang dagu seraya menatap keluar jendela. Melamun. Romeo sudah seperti itu sejak tadi, dia bahkan tidak memedulikan guru yang mengomelinya karena tidak mendengarkan penjelasan guru.

"Woii!!" Haris melambaikan tangan ke depan wajah Romeo, sayangnya Romeo tidak bereaksi, cowok itu hanya menghela napas panjang. "Lo kenapa, sih? Dari tadi melamun mulu. Suka sama cewek? Berantem lagi sama Bokap lo? Atau lo sedih karena Nyokap lo lebih milih Ragil dibandingkan lo? Jangan buat gue bingung."

Romeo melirik Haris datar, lagi, dia menghela napas panjang, tidak berniat untuk menjawab pertanyaan sahabatnya.

Haris kesal. Sangat. Ingin rasanya dia menjitak kening cowok itu. Dia duduk di samping Romeo dan menatap cowok itu penasaran. Memperhatikan gerak-gerik Romeo padahal Romeo tidak bergerak sedikit pun

"Romeo ..." panggil Haris, tedengar begitu menyebalkan. "Gue nggak bisa pergi ke kantin sendirian, nanti nggak akan ada cewek yang liatin gue. Kan, kalau ada lo beda lagi, semua cewek pasti langsung histeris. Lo idola soalnya."

Romeo tetap mengabaikan Haris hingga Haris menyerah sendiri, cowok itu menyandar ke kursi dengan wajah cemberut. Romeo sama sekali tidak asik, pikir Haris kesal.

"Ris," panggil Romeo pelan. "Apa yang bakal lo lakuin kalau ada orang yang bilang lo bakalan mati dalam waktu dekat."

Sesaat Haris melongo, tidak percaya Romeo bertanya pertanyaan aneh seperti itu. "Kenapa lo nanyanya gitu? Emang lo bakalan mati bentar lagi."

Romeo tidak menjawab pertanyaan Haris namun tatapannya begitu tajam hingga membuat Haris tergagap.

"Yang terjadi nanti biar dipikirin nanti," jawab Haris pada akhirnya terderngar serius padahal dia hanya asal ucap, Romeo selalu kesal jika ada orang yang tidak menjawab pertanyaan cowok itu. "Kalau lo memang bakalan mati bentar lagi, ada baiknya lo buat kenangan, hargai waktu, dan hidup dengan baik sampai ajal menjemput."

Kali itu raut wajah Romeo terlihat begitu serius, namun dia tetap mengangguk juga. "Menghargai waktu?"

Haris menganggukan kepala. "Iya, kalau waktu yang gue punya sebentar lagi maka gue bakalan hidup seperti apa yang gue mau. Seenggaknya gue bahagia walau sebentar." Haris menggersah. "Udah ah, ngapain ngomongin gituan. Mending pergi ke kantin, gue udah laper banget. Kangen sama baksonya Mang Ujang."

Karena Romeo tidak mau berdiri juga, maka Haris menarik paksa Romeo untuk berdiri dan menuntunnya keluar kelas.

"Adek lo tuh," kata Haris saat melihat Ragil tengah berjalan dari arah berlawanan. "Kayaknya dia lagi dapet masalah, mukanya kusut banget."

Romeo mengangkat kepala dan bertatapan langsung dengan Ragil, dia tidak berkata apa-apa, tetap berjalan melewati Ragil hingga membuat Haris kebingungan sedangkan Ragil langsung berhenti melangkah. Kenapa dengan Romeo?

"Romeo!" panggil Ragil tapi diabaikan Romeo, cowok itu terus berjalan begitu saja tanpa menoleh ke belakang.

"Whoahh, kayaknya lo emang lagi ada masalah serius sama keluarga lo." Haris berkomentar seraya tersenyum sangat lebar.

Ketika mereka memasuki kantin, tiba-tiba ada seseorang yang berjalan terburu-buru dan tidak sengaja menumpahkan jus mangga ke baju Romeo. Haris menganga menatap cowok yang tidak sengaja menumpahkan minumannya ke baju Romeo dengan pandangan datar. Biasanya jika hal ini terjadi pada Romeo, cowok itu akan mengabaikannya begitu saja dan menyuruh orang yang megotori bajunya untuk mencuci baju seragam, tapi kali ini suasananya begitu berbeda.

I'M BROKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang