13. Pergi

6.6K 563 17
                                    

13. Pergi

"Mereka bilang hidup itu penuh dengan paradoks, yang harus kau lakukan hanyalah membiasakan diri dengan maraton ini."

Winter Flower - Younha ft RM

"Saya akan pindah ke Malang besok, jadi saya nggak bisa datang lagi ke sini." Romeo menatap resep obat di atas meja dokter.

"Begitu, ya?" Dokter menganggukkan kepala mengerti. "Saya punya kenalan di sana. Dia dokter yang baik. Saya akan merekomendasikanmu pada beliau."

"Terima kasih."

"Sudah menjadi tugas saya." Sesaat dokter terdiam. "Romeo, akhir-akhir ini kondisimu menurun drastis. Selama ini kamu pasti merasakan efeknya."

Romeo hanya menundukkan kepala.

"Apa kamu sudah memberitahu kedua orangtuamu? Perihal penyakitmu? Kamu tidak bisa merahasiakannya terus. Beberapa pengobatan entah di rumah sakit ini atau di Malang pasti membutuhkan seorang wali."

"Belum." Romeo menjawab pelan.

"Kenapa?"

Romeo teringat kata-kata Diki tempo lalu. "Mereka pasti senang mendengar saya akan mati. Karena itu yang mereka inginkan."

Dokter terdiam lama. "Kamu pasti salah paham. Tidak ada orangtua yang menginginkan kematian anaknya sendiri."

Romeo tersenyum kecil. "Saya juga berharapnya begitu." Dia bangkit berdiri. "Saya permisi. Selamat sore." Kemudian dia berlalu pergi meninggalkan ruangan dokter.

"Romeo?"

Romeo mengangkat kepala, melihat Bintang baru saja keluar dari dalam mobil bersama seorang dokter muda. Dia langsung tersenyum. "Ka Bi, sama pacar, ya?"

Bintang langsung memukul bahu Romeo, menyembunyikkan rona merah di wajahnya. "Berisik. Ngapain lo di sini? Siapa yang sakit?"

"Cuma pemeriksaan kecil," jawab Romeo sekenanya. Dia mengangguk sopan pada dokter muda yang berdiri di samping Bintang. "Maaf. Saya Romeo, temennya adik Ka Bintang."

Dokter muda itu balas menjabat tangan Romeo. "Langit. Saya mendengar banyak tentang kamu dari Bintang."

Romeo menggaruk lehernya yang mendadak gatal. "Saya harap bukan yang buruk-buruk."

Langit terkekeh pelan. "Nggak, kok. Katanya kamu temennya Haris yang luar biasa."

Romeo hanya tersenyum saja saat melihat Bintang mencubit lengan Langit. "Kalau begitu, saya permisi dulu."

"Romeo, tunggu!" seru Bintang. "Bisa kita bicara sebentar?"

Romeo menatap Bintang dan Langit bergantian lalu mengangukkan kepala. Mereka pergi ke kantin rumah sakit yang sedikit sepi karena pada sore hari makanan di rumah sakit hampir habis.

"Kemarin Tante nelepon, katanya gue nggak usah ngetutorin lo lagi."

"Hem, gue pindah ke Malang soalnya."

Bintang tidak merasa terkejut. "Gue denger lo dikeluarin dari sekolah."

Romeo langsung menundukkan kepala, tidak mampu menatap mata Bintang. "Maaf."

"Hah?"

"Gue nggak bisa nepatin janji kalau gue bakalan berhasil diujian kali ini."

Bintang tertawa. "Kata siapa lo nggak berhasil? Lo udah ngebanggain gue tau."

"Tapi gue ..."

"Gue percaya sama lo, Rom." Bintang tersenyum. "Bukan karena yang dikatain Haris, tapi karena gue liat sendiri. Waktu itu lo bolos sekolah, kan?"

I'M BROKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang