(1)

686 230 394
                                    

Hari demi hari terasa begitu lambat di SMA Nusa Indah. Pasalnya, siswa-siswi kini tengah melaksanakan ujian akhir semester.

Tekanan dari orang tua yang mengharuskan memperoleh hasil maksimal. Tak lain dari itu, kesadaran dari diri masing-masing bahwa pendidikan itu penting. Membuat mereka mau tidak mau, suka tak suka harus berjuang sekeras mungkin.

Hafalan materi biologi yang selalu masuk dari telinga kiri dan keluar dari telinga kanan. Rumus-rumus fisika dengan saudaranya kimia yang selalu bersekongkol. Matematika yang semakin mereka tekun belajar, justru semakin tidak karuan. Prakarya yang diisi dengan kerajinan tangan, mengeluarkan soal yang jauh dari ekspetasi. Sejarah yang selalu menutut kita untuk mengenang masa lalu. Penjasorkes yang memiliki materi sama dari SMP hinggga SMA, namun tetap sulit dipecahkan. Bahasa indonesa dengan bacaan panjang yang menghipnotis mata untuk menutup.

Kini waktu dan tenaga mereka telah dikorbankan seutuhnya. Tak ada lagi keluhan demi keluhan. Hembuasan nafas terasa begitu lega seakan tak menghirup udara segar selama seminggu. Apalagi penantian dan rasa penasaran yang selalu menghantui pikiran terpenuhi sudah ketika hasil ujian diumumkan. Namun, itu hanya diperuntukkan untuk beberapa pelajar saja. Kebanyakkan dari mereka adalah menunggu liburan panjangnya.

Terlihat dari tiga sejoli ini yang tengah melenceng, disaat yang lain saling menunjukkan hasil perjuangan mereka justru tak ada secercah pun pembahasaan yang keluar dari mulut mereka. Tak ada niatan pula untuk melihat hasilnya.

Ketiganya tengah beriringan menuju parkiran tempat di mana sebuah mobil BMW megah terparkir tersendiri. Mereka akan segera pulang untuk merencanakan sesuatu yang dari jauh hari ingin segera dilaksanakan.

Salah seorang pria berkaca mata sudah siap dengan kemudinya. Di belakangnya, terisi gadis cantik dan pria yang selalu mendampinginya. Hal itu tentu memicu penolaakan seseorang.

"Heh, kalian berdua enak-enakan di belakang emang gue supir kalian apa?" keluh Alpha pada makhluk di belakangnya. Bola matanya bersamaan bergerak ke atas menatap mereka melalui kaca spion.

"Elah tega banget sih lo mau misahin kita berdua, pasangan teromantis sekota ini," raung Argas dengan wajah kemesok. Namun, tak disangka sebuah pukulan berasal dari gadis disampingnya mendarat tepat dijidatnya.

Plakkk...

"Arshhh." ringisnya pelan.

"Pindah depan sana kasihan itu Alpha, sudah kaya supir kita aja," suruh Seylena. Tak cukup pukulan, kedua tangannya dengan kuat mendorong Argas agar berpindah.

"Loh Sey, kok kamu belain dia? Aku atau dia si pacarnya huh? Ini apa pake segala dorong-dorong nanti aku jatuh gimana?" sergah Argas.

Terdengar tawa keras begitu lepas dari depan. Kepalanya menengok kebelakang memberikan juluran lidah. Kemenangan sedang ada dipihaknya.

"Tuh kan lihat Sey, dia itu mau memisahkan kita berdua, karena dia itu sirik. Udah ya aku disini aja dan lo cari pacar sana, dasar jomblo akut?" kekeh Argas.

"Pindah atau aku yang pindah?" tegas Sey dengan melototkan matanya. Argas yang ditatapnya hanya bisa pasrah jika sudah mendapat pelototan itu. Kakinya berjalan lemas tak berdaya. Tangannya menutup pintu mobil dengan keras ketika sudah duduk di depan. Kedua matanya menatap sinis pada sang pengemudi yang tengah tertawa sejahat mungkin.

"Puas lo, setan," murka Argas karena kekesalannya. Ditambah lagi ketika dirinya mendapat godaan yang terdengar sangat menjijikan ditelinganya.

"Pasang sayang seatbeltnya, nanti kepentok tambah lebar tuh jidat, sayang." Goda Alpha dengan suara sepelan mungkin mirip perempuan kurang belaian. Kedua matanya yang tengah bertengger sebuah kaca mata mengerling nakal.

I'M UNSTOPPABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang