(8)

100 2 0
                                    

Di sebuah sofa berwarna putih tepat di balkon, duduk seorang gadis yang terlihat sedang merunduk. Rambut hitam nan panjang menutupi wajah cantiknya. Embusan angin sepoi-sepoi menyapa menerbangkan helaian rambut si gadis hingga nampaklah buku yang tengah berada dipangkuannya.

Waktu menunjukkan pukul 15.30 WIB, tak ada setitik pun niat si gadis untuk beranjak dari posisinya. Nyaman dan betah tentu saja. Sepi yang menenangkan tanpa si pengacau siapa lagi kalau bukan Argas. Namun, dengan begitu justru menimbulkan keanehan tersendiri bagi Seylena.

Dari siang hingga sore ini dia sudah menghabiskan waktunya untuk membaca hingga lebih dari satu novel, namun bukan tanpa alasan dia melakukan itu. Pelampiasan! Ya, dia sedang butuh pelampiasan. Sikap kekasihnya yang akhir-akhir ini berubah tak seperti biasa. Mulai dari kejadian kemaren pulang malam dengan kondisi babak belur lalu hari ini dia belum menampakkan batang hidungnya setelah makan siang tadi. Dalam benaknya ingin sekali bertanya, namun dia ingin menunggu kekasihnya bercerita sendiri jika memang dia menganggap Seylena kekasih. Fyi, saling terbuka adalah kunci kepercayaan untuk sepasang kekasih. 

Halaman demi halaman dibacanya tiba-tiba raut wajah si gadis berubah tegang ketika membaca bagian konflik dari novel yang tengah dibacanya.

"Khusus untuk wanita inilah tanda-tanda pasangan kalian selingkuh:

1. Sikap cowok yang biasanya super aktif jika berada didekatmu, berubah menjadi cuek.

2. Sibuk dengan ponselnya padahal sedang berada bersamamu.

3. Sering pergi tanpa meminta izin.

4. Jarang memberi kabar.

5. Memberi password pada ponselnya, padahal sebelumnya tidak."

"Lah kok bisa sama kaya Arga sih?" tanya Seylena pada dirinya sendiri.

Pandangan Seylena menatap kosong pada novelnya. Entah apa yang dipikirkan terlihat beberapa kerutan di dahinya. Sepintas pikiran negatif mulai mengerumuni otaknya.

"Apa jangan-jangan... Arga beneran sel-"

"Eh, nggak... nggak mungkin Arga selingkuh!" sanggah Seylena sembari menggelengkan kepala. Tangannya refleks dengan kuat meremas kertas menyalurkan rasa cemas.

"Non." Panggil Bi Sulis tiba-tiba sembari menepuk pundak Seylena.

"Ehhh Argaseling-" kejut Seylena hampir keceplosan,"Bibi ih ngagetin aja!" ucapnya sembari membalikan tubuhnya.

"Sik asik ada yang lagi mikirin Den Arga toh lagi nungguin pulang ya? So sweet, pengen deh Bibi remaja lagi?" goda Bi Sulis.

"Nunggu?"

Seylena mengernyit bingung. Pikirannya mulai berkecamuk bersama rasa khawatir yang tak bisa dihentikan.

"Lah kan Den Arga tadi siang pergi em-"

"Hah pe-pergi?" tanya Seylena semakin bingung.

"Ih Non pura-pura nggak tahu ya, tadi siang sehabis Bibi keluar terus ketemu Den Arga di depan gerbang," jelas Bi Sulis.

"Serius, Bi?"

"Iya Non dan kelihatannya lagi buru-buru banget, oh iya Aden juga pesen buat Non katanya malam ini jangan keluar" jujur Bi Sulis sambil mengingat bahwa pesannya tak ada yang kurang.

"Jangan keluar tanpa sepengetahuannya? Apa maksud Arga, apa dia tidak sadar bahawa dirinya juga pergi tanpa aku tahu?" batin Seylena.

"Mmm... emang Den Argas nggak pamit sama, Non?"

Lamunan Seylena buyar. Mulutnya diam membisu hanya gelengan pelan yang mewakili jawabannya.

Bi Sulis menatap miris Seylena. Gadis yang biasanya periang kini tampak murung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 31, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'M UNSTOPPABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang