....
"Sey, aku mau kita bicara bai-"
Ucapan Argas terpotong oleh suara yang berasal dari dalam kamar dengan pintu berwarna biru laut."Itu kamu udah bicara, pergi sana! Aku udah bilang nggak mau bicara sama kamu."
"Yakin nih."
"Iya," cuek Seylena.
"Terus itu siapa yang bicara sama aku, hantu gitu?" goda Argas dengan kekehan kecil."Oh tidak Sey, kamu begitu menggemaskan, aku tak salah memilih sungguh." lanjut batinnya terkikik geli.
"Pergi sana hiks... PERGI!"
Terkejut, Argas langsung menggedor pintu dengan tempo kuat ketika mendengar tangisan gadisnya."Sey kamu baik-baik aja kan, ma-"
"Aku ta-k--takut hiks, takut...,"
"Sey! Seylena please! Tenangin diri kamu, sekarang buka pintunya, oke!" perintah Argas lembut berharap dapat menenangkan gadisnya, namun tetap saja justru semakin keras racauannya.
"Me-mereka... ng-ngajak aku per-pe-pergi, mer-"
Panik, ingin sekali Argas mendobrak pintu bergantungkan papan kecil yang tertulis SeylenaAlicya, namun mengingat kondisi luka di tubuhnya yang belum tersentuh obat sama sekali masih lemah, sehingga dia lebih memilih mengambil kunci cadangan di kamarnya.
Ketika sudah mendapat kuncinya, sesegera mungkin dia kembali ke kamar gadisnya, namun terhenti."Loh, loh... Den Argas! Kenapa lari malam-malam gini, lagi jogging, ya? Nggak luc-" timpal Bi Sulis dari arah belakang tiba-tiba.
Argas berhenti dan berbalik badan."Arghh... sekarang bukan waktunya buat bercanda, Bi!" desis Argas sambil mengacak rambutnya, frustasi.
"Eh, iya maaf Den, kenapa panik gitu, pasti Aden juga denger tadi ada yang gedor-gedor pintu di kamar Non, ya udah ayo ke sana, takutnya ada apa-apa?" terka Bi Sulis.
"Bibi bawain air minum hangat aja, biar aku yang ke atas," cetus Argas yang langsung melesat pergi,"Sekeras itukah gedoran gue, sampai nenek dugong aja kebangun," batinnya. Sedangkan Bi Sulis menurut dan pergi ke dapur.
Ceklek.
Berhasil, secepat kilat Argas langsung merengkuh gadis yang sedang meringsut dibalik selimut, tangisannya terdengar sangat pilu terlihat dari bahunya yang bergetar kuat. Berharap dekapan tangan panjangnya dapat menyalurkan kekuatan, namun bukan tangis yang mereda justru semakin menjadi-jadi. Seylena terus-menerus meracau tidak jelas.
"Ar-Arga... mi-mimpi it-"
"Dengarkan aku, jangan takut itu hanya mimpi Seylena. Kamu pasti lupa berdoa tadi," ucap Argas menenangkan.
"Kenapa... kenapa mereka ter-"
Argas semakin kuat mendekap gadisnya. Dia merasa tak berguna, mungkin dengan membiarkan dada bidangnya basah oleh tumpahan air mata yang sungguh sangat dia benci. Benci? Bukan, bukan Argas merasa jorok pada ingus atau apapun itu, namun dia benci melihat gadisnya menangis, dia hanya boleh menangis bahagia. Tapi, lagi-lagi dia tak bisa mewujudkan."Bodoh! Aku belum bisa jadi yang terbaik buat perempuan sesempurna kamu, aku nggak bisa kasih air mata bahagia... maaf," batin Argas memaki sendiri.
"Asal kamu tahu Sey, sedetikpun kamu diam sama aku saat itu juga kamu nggak bakal bisa lepas dari pikiranku, lalu ini...," ucapan Argas terhenti sekejap. Kedua tangannya yang sedang mendekap, kini terlepas dan berpindah menangkup wajah Seylena yang sungguh kondisinya tidak dapat dijelaskan lagi, kacau. Mata sembab hingga terdapat lingkaran hitam yang melingkar. Bibir pucat dan rambut yang acak-acakan.
Lama Argas memandang Seylena yang belum menghentikan tangisnya. Mata mereka saling beradu pandang yang menyiratkan makna tersendiri. Di mana, mata sang pria yang biasanya berbinar kini meredup berisi seribu kehawatiran. Sedangkan, si gadis dengan matanya yang mempesona kini menyurut tertimbun genangan air, ya kepedihan dan ketakutan.
Cup.
Argas mengecup mata gadisnya sebelah kanan."Mata kamu indah Sey, dia bukan bendungan yang sekali dibuka air itu dengan derasnya berebut keluar, karena sampah yang sudah menumpuk."
Cup.
Demi kedilan, Argas memberi kecupan pada mata yang satunya." Air mata kamu, layaknya air terjun yang mengalir deras, namun terdapat sejuta keindahan di sana. Dan itu adalah tugas aku, membuat air mata ini mengalir bersama kebahagiaan."
Tak disangka perlahan isakan tangis itu mereda."Aku tahu, kamu gadis yang kuat. Masalah yang kamu hadapi itu ibarat sampah pasti akan hadir hingga menumpuk seiring waktu, tapi kamu harus ingat masih ada aku... biarkan aku yang membuang sampah itu.
"Arg-" panggil Seylna tiba-tiba, namun terhenti oleh jari telunjuk yang berdiri tegak lurus terhadap bibirnya, menutup seolah tak memberi kesempatan berbicara.
"Sttt... aku pengen lihat senyum kamu lagi, pasti bisa. Dan ini, biarkan jadi yang terakhir." ucap Argas penuh harap sembari menghapus jejak air mata yang menghiasi gadisnya.
Seylena diam, namun selang bebrapa menit perlahan senyum di bibir mungil gadis itu terbit."Aku janji... ini yang terakhir," tegasnya penuh keyakinan, namun entah mengapa batinnya menolak seakan menyalahkan perkataannya.
Seylena melamun,"Kenapa perasaanku jadi tidak enak, apa ada yang salah dengan apa yang aku katakan?" batinnya.
"Hei... kenapa lagi?" Argas melambaikan di depan wajah sang gadis."Sey!"
"Ehh... nggak, aku udah baikan kok." Seylena tersenyum manis."Tidak... itu hanya perasaan, aku yakin pasti semuanya baik-baik saja," tegas batinnya yakin.
Argas yang melihatnya pun tak bisa menahan hasratnya seorang pria sejati."Hadiah untuk senyum terindah yang terukir di sini."
Cup.
Argas memberi kecupan singkat di bibir si gadis sebagai gembok janjinya. Sedangkan sang empu, merasakan dampak yang besar akibat ulah kekasihnya. Detak jantungnya yang tak karuan, beruntung masih bisa dismbunyikan, namun tidak untuk rona merah di pipinya. Sehingga dengan gerakan cepat, dia sembunyikan kepalanya menelusup pada dada bidang sang pria yang sedang tersenyum geli penuh kemenangan.
Bagaikan kesempatan langka, Argas segera memeluk Syelana erat agar semakin mendekat hingga mengikis jarak mereka. Tubuh mungil Seylena yang sangat pas dikurungannya, dan yang sangat membuat Argas tercekat napasnya adalah jari-jari tangan Seylena yang sedang membuat pola abstrak di dada sixpack-nya. Dia seakan tak menyadari yang dilakukannya akan membangunkan buaya yang lapar. Argas pun gatal untuk tidak menyentuh gadis yang sedang didekapnya, dan tangan yang satunya tiba-tiba bergerak merapikan rambut indah gadisnya dengan penuh kasih sayang, membawa kenyamanan hingga mereka tak sadar tertidur tetap dalam posisinya di malam penuh drama itu.
"Terimakasih Tuhan, engkau telah mengirimkan seorang pria berjiwa hero berhati malaikat, yang akan selalu melindungi dengan kasih sayang untuk gadis yang kini sedang didekapnya," batin Bi Sulis yang sedari tadi ternyata menyaksikan mereka di depan pintu. Kakinya melangkah pelan mendekat dan membenarkan selimut untuk mereka berdua.
❤❤❤
Asik malam minggu tidur bareng, ya mereka😶. Fiks, Jangan tanyakan author? Apalah daya jomblowati yang cuma bisa peluk-peluk bantal, nasib-nasib😟😭.
Oii... readers🙋
Happy satnight or sadnight guys, up to you, hhe...?😁😋Ikuti terus I'M UNSTOPPABLE, dan jadilah readers yang budiman😄😍
VOTE dan KOMEN go go go!
Mari belajar mengapresiasi, hargai karya orang lain jika ingin dihargai.
SalamManis
DSW♡

KAMU SEDANG MEMBACA
I'M UNSTOPPABLE
Novela JuvenilBagaimana jadinya jika kekasihmu meninggal dan penyebabnya adalah sahabat sendiri, ya SAHABAT! Inilah yang dirasakan seorang Argas, pria tampan sejuta pesona apalagi menyandang sebagai ketua Netron. Geng yang menempati posisi teratas diantara geng l...