2. PERTEMUAN

850 135 33
                                    

Kamu terduduk di depan nakas sambil memegang buku paspor yang masih terbuka. Di sana tertulis data pemiliknya, Kondou Shouri.

"Demi apa? Aku punya hubungan apa sama Shouri?" tanyamu.

Kamu terus menerka-nerka jawaban yang tepat dari pertanyaan ini apa. Lalu kamu mulai bermonolog.

"Pacar? Enggak mungkin, kenal juga enggak. Suami? Apalagi itu. Adik? Haha... yang benar saja. Oh, ini cuma mimpi kan?" kamu mulai mencubit pipimu, namun kamu mengaduh kesakitan, "INI BUKAN MIMPI!"

Dan terdengar suara bunyi dari perutmu. Kamu memegang perutmu dengan kedua tanganmu, "Duh, lapar. Nanti saja, deh, dipikirnya. Aku mau makan dulu." kamu meletakkan buku paspor di atas nakas, lalu keluar dari kamar.

Sampai di depan pintu kamar yang sudah kamu buka, kamu berhenti lalu melihat sekitar, "Wah langsung ketemu meja makan dan dapur." kamu menutup pintu kamar dan menuju meja makan.

Di atas meja ada tudung saji dan kamu mengangkatnya. Di balik tudung saji itu ternyata sudah disiapkan sarapan; ada karage, sup miso, ikan tuna, dan tumis sayuran. Kamu meletakkan tudung saji di dekat makanan itu dan segera mengambil mangkuk, sumpit, dan sendok.

Pertama, kamu mengambil sup miso dan mencicipinya, "Eh, enak. Shouri bisa masak juga ternyata." kamu kembali memakan sup miso dengan nasi.

Setelah selesai makan, kamu membereskannya dan mencuci piring. Tidak lupa makanan yang masih tersisa, ditutupi tudung saji kembali.

Kamu menuju suatu ruangan lagi, di sana ada televisi layar datar 21 inch di atas meja berukuran sedang yang terdapat banyak laci, ada satu sofa panjang yang berhadapan dengan televisi, lalu meja kecil di antara kedua benda tersebut.

Kamu terkagum-kagum melihatnya. Meski terlihat sederhana, ruangan itu tertata rapi. Kamu duduk di sofa dan bersandar.

"Ngapain ya? Gabut banget. Ini yang punya rumah ke mana, deh?" kamu menoleh ke kanan dan ke kiri.

"...Latihan buat Haisute. Pukul delapan malam aku baru pulang..."

Kamu teringat sesuatu, "Oh, iya, lagi latihan dan pulang malam. Ngapain ya? Beres-beres deh biar enggak gabut." Kamu beranjak dari sofa dan menuju ke kamar.

Di kamar, kamu mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan itu. Selimut masih belum terlipat rapi, buku paspor masih di atas nakas, dan... handuk yang disampirkan di sandaran kursi. Kamu menuju kursi, mengambil handuk itu lalu kamu gantungkan pada gantungan besi di balik pintu kamar.

Kamu terhenti di depan lemari pakaian, dan dibukanya. Berkacak pinggang melihat-lihat isi dan matamu terpaku pada satu set pakaian yang digantungkan; seragam olahraga voli berwarna merah dengan nomor 1 di bagian punggung dan dada.

"Oke, semakin yakin ini tempat tinggalnya Shouri." Diambilnya dan kamu langsung memakainya. Menuju cermin yang digantung dekat lemari, kamu sedikit memutar badanmu. Tanganmu dikepalkan ke depan.

"Kita adalah darah yang mengalir tanpa henti, mengedarkan oksigen- pfft... HAHAHA!" langsung tertawa terpingkal-pingkal kamu dan refleks memukul pelan pintu lemari yang masih terbuka.

 HAHAHA!" langsung tertawa terpingkal-pingkal kamu dan refleks memukul pelan pintu lemari yang masih terbuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Benar juga kata Kenma, memalukan banget." kamu melepas seragam voli itu dan kembali ke tempat semula.

***

Selesai berberes, mandi, dan makan siang, kamu kembali duduk bersandar di sofa.

"Masih pukul 2 siang. Ngapain lagi coba? Shouri enggak punya buku bacaan, gitu?" kamu beranjak dan menuju rak buku yang ada di sebelah televisi. Ada beberapa komik dan majalah yang berjejer rapi. Mengambil salah satu komik yang mencuri perhatianmu.

"Ini Haikyuu!! volume terbaru! Curang dia sudah punya." Kamu kembali ke sofa, berbaring, dan kepalamu disandarkan dengan bantuan dua tumpukan bantal. Dibacanya komik itu dan diselingi gelak tawa karena karakter favoritmu ada di sana.

***

"Aku pu- loh? Kok gelap?" suara dari seorang lelaki yang baru saja membuka pintu rumah, langsung dia menyalakan saklar lampu. Setelah itu berjalan menuju ruang televisi dan menyalakan lampu juga. Diedarkan pandangannya lalu terpaku pada dirimu yang tertidur di sofa dengan komik yang kamu peluk di dadamu. Lelaki itu menghampirimu.

Perlahan dia mengambil komik itu, dan meletakkannya di atas meja dekat sofa. Tidak ada pergerakan darimu. Lelaki itu bertekuk lutut, mengusap puncak kepalamu, lalu berdiri dan kembali memerhatikan sekitar.

"Wah, dia merapikan semuanya. Pantas saja sudah terlelap jam segini." Pemuda jangkung itu melihat ke arah jam dinding yang menujukkan pukul 9 malam. Dibukanya jaket yang dia kenakan dan kemudian dia gunakan untuk menutup setengah badan dirimu.

Dia berjalan menuju ke meja makan dan membuka tudung saji kemudian diletakkan dekat beberapa piring dan mangkuk tersebut. Kemudian, lelaki itu menuju kulkas, dibukanya dan mengambil beberapa bahan masakan.

***

Kamu mengerutkan keningmu dan membuka mata perlahan. Menatap langit-langit yang lampunya sudah dinyalakan, lalu melihat di atas tubuhmu ada sebuah jaket yang pernah kamu lihat sebelumnya.

Jaket siapa? batinmu, sambil menyingkirkan jaket itu ke atas meja.

Kamu duduk dan penglihatanmu masih samar. Meski begitu, kamu masih bisa menyadari seseorang di ujung sana sedang menyiapkan makanan di atas meja makan. Pemuda itu menghentikan aktivitasnya lalu tersenyum padamu.

Netramu membulat, kamu terkejut melihatnya. Pemuda yang melihat itu pun heran, dia berjalan mendekatimu. Kamu malah beranjak dari sofa dan lari ke kamar lalu mengunci pintunya.

BLAM!

"Hey, kamu kenapa?" pemuda itu berseru di depan pintu kamar.

"Kamu siapa?!" suaramu juga tidak kalah keras dan panik di balik pintu kamar."

"Ini aku, Shou-chan."

"Siapa Shou-chan?"

"Shouri."

"Shouri?" suaramu memelan, keningmu mengkerut, "Bohong. Kamu bukan Shouri. Yang aku tahu, Shouri enggak keterlaluan tampannya kayak kamu."

"Hah?"

Mampus! batinmu yang langsung menutup mulutmu.

"Buka pintunya dulu, dong. Kamu kenapa? Efek tidur siang tadi, ya? Kamu kebiasaan kayak orang amnesia kalau bangun tidur." Jelas pemuda yang bernama Shouri itu.

Pada akhirnya kamu membuka pintu perlahan, kamu menunduk lalu perlahan menengadah menatap Shouri tepat pada matanya. Shouri menarik ujung bibirnya, tersenyum. Lututmu mendadak lemas, pandanganmu mulai kabur dan gelap, dengan sigap Shouri menahanmu agar tidak terjatuh dengan mendekapmu.

"He-hey!"

Kamu jatuh pingsan.

[Bersambung]

Pertemuan yang tidak ada elegannya sama sekali.

Terima kasih sudah mau membaca. Aku mencoba update setiap tanggal genap, deh biar enggak terlalu lama hehe.

Sila juga kirim kritik dan saran untuk perkembangan penulisanku. Terima kasih, sampai jumpa di chapter selanjutnya.

DREAM [KONDOU SHOURI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang