6. BABY, NO!

652 105 36
                                    

Shouri membuka pintu apartemen, "Aku pulang." Kemudian meletakkan tas ransel di lantai, lalu melepas sepatu dan meletakkannya di rak sepatu. Shouri mengedarkan pandangan, keningnya mengkerut, heran kenapa tidak ada jawaban darimu.

"Ricchan?" Shouri melangkah masuk ke ruang tengah, memanggil namamu. Ternyata kamu di sana sedang duduk di sofa panjang dengan memijit keningmu. Shouri terkejut dengan keadaanmu; rambut terlihat kacau, kancing kemejanya yang kamu kenakan dibuka dua bagian. Shouri kemudian duduk di sebelahmu, "Ricchan?"

Kamu menghentikan aktivitasmu kemudian menoleh padanya dengan tatapan seperti orang mengantuk, dengan tersenyum lebar, "Shou-chaaan... kamu pulang?" kamu menangkupkan kedua wajahnya dan menariknya untuk mengecup bibirnya.

Shouri memegang kedua lenganmu dan berusaha untuk melepaskan ciumannya. Setelah berhasil, kamu merajuk, "Shou-chan! Lagi! Tadi kurang lama."

"Kamu kenapa?" Shouri merasa ada yang aneh pada dirimu, "kemejaku kenapa kamu pakai? Rambutmu juga kacau begini? Kamu mabuk?"

Kamu tertawa kecil, "Iya, aku mabuk karena cinta dari kamu."

"Ini bukan waktunya bercanda."

"Aku serius! aku cinta kamu, Shou-chan." Kamu menggerakkan lenganmu untuk melepaskan genggamannya, "Lepasin."

Mau tidak mau, Shouri melepaskannya. Kamu beranjak dari sofa dan malah duduk di pangkuan Shouri. Kalian kini saling berhadapan. Kedua kakimu dilipat seperti sedang duduk bersimpuh.

"Eh? Kamu mau ngap-" belum selesai Shouri bicara, bibirnya sudah terkunci oleh bibirmu. Kedua tanganmu dilingkarkan pada bahunya. Shouri menangkup kedua wajahmu untuk mendorongnya.

"Shou-chan!" kamu memajukan bibirmu.

"Kamu kenapa?"

"Kangen."

"Aku baru pergi tujuh jam yang lalu."

"Itu lama banget, tahu! memangnya kamu enggak kangen aku?"

Shouri menggeleng, "Enggak."

"Shou-chan udah enggak cinta sama aku? Huaaaaa!" kamu merengek. Shouri makin bingung dengan sikapmu yang tiba-tiba aneh begini.

"Bu-bukan begitu." Pada akhirnya Shouri membawamu dalam dekapannya, mengusap pelan punggungmu, "sudah, jangan merengek."

Rengekanmu semakin keras.

"Oke.. oke.. aku minta maaf kalau tadi salah ngomong. Kamu mau apa sekarang? Aku beliin, aku turutin."

Kamu langsung melepaskan pelukanmu, duduk tegap menatap Shouri, "Beneran apa aja?"

Shouri mengangguk, "Iya."

"Aku mau bayi."

Shouri makin bingung, "Bayi? Bayi kucing?"

Kamu menggeleng keras, "Bayi beneran."

Shouri mengarah pada perutmu yang sedang kamu usap-usap. Netranya membulat, "Bayi?"

Kamu mengangguk mantap, "Bayi aku sama kamu di sini." Masih mengusap perutmu.

"Kalau yang itu... aku belum bisa mengabulkannya sekarang."

Kembali kamu menunjukkan wajah sedih, "Katanya tadi mau menuruti apa saja!"

"Iya aku bakal menuruti apa saja, kecuali itu. Aku belum bisa mengabulkannya sekarang. Kita belum nikah."

"Ya sudah kita nikah besok."

"Enggak segampang itu. Kita harus mengurus surat-surat dan juga memanggil pendeta."

"Ya udah besok kita urus surat-surat nikahnya."

"Besok aku latihan."

"Izin dulu."

"Enggak bisa, minggu depan sudah perform."

Kembali kamu merengek lalu memukul-mukul dadanya, "Huaaaaa! Shou-chan nyebelin."

Shouri berusaha menghentikanmu dengan kembali mmendekapmu, "Hey, sudah. Maaf kalau permintaanmu yang ini belum bisa aku turuti. Tunggu, ya."

"Kapan?"

"Tunggu saja," Shouri mengusap puncak kepalamu.

Kamu menarik diri, "Lama." kemudian tanganmu mengarah pada kancing kemeja Shouri lalu membukanya satu persatu. Pada kancing ketiga, Shouri menahanmu.

"Kamu mau ngapain?"

"Kita melakukan proses pembuatan anak."

"HAH?!" Shouri lagi-lagi harus menghentikan aksimu dengan menangkup kedua tanganmu.

"Ih! Lepas-" Kamu merasa pusing, beberapa kali mengerjapkan mata. Shouri yang melihat itu langsung menangkupkan wajahmu dengan kedua tangannya.

"Kamu kenapa?"

"Aku pusing." Jawabmu pelan. Kemudian Shouri mendekapmu, menggendogmu dan membawamu ke kamar.

"Kamu istirahat saja, ya." Shouri membantumu berbaring di kasur, kemudian membantu memijat keningmu perlahan.

Setelah agak lama sudah tenang, Shouri mengecup keningmu kemudian keluar kamar. Dia menuju rak sepatu karena tadi meletakkan tas ranselnya di dekat sana.

"Mau bayi? Padahal tadi dia sudah seperti bayi." Shouri mendengus. Setelah mengambil tas dan kemudai kembali ke kamar, Shouri melihat sesuatu dari meja makan. Penasaran, dia mendekatinya.

Matanya terbuka lebar melihat kotak cokelat yang masih terbuka di atas meja, dan dua bungkus sisa cokelat tersebut, "Pantas saja tadi dia bersikap aneh. Dia memakan cokelat ini."

Shouri membuang bungkus tersebut ke tempat sampah, sementara kotak coklat tadi ditutup dan di simpan kembali ke lemari es. Cokelat tersebut ternyata mengandung alkohol.

***

Keesokan paginya.

"Shou-chan, semalam aku kenapa?"

"Apanya yang kenapa?"

"Entahlah aku tidak ingat apa-apa."

"Aku juga tidak tahu. Semalam waktu aku pulang, kamu sudah tidur."

"Oh.. begitu."

Mana mungkin aku mengatakan kalau semalam kamu mencuri ciuman pertamaku.

*******

Wah, otakku mulai gila mengetik ini.

Kritik dan saran masih dibuka kok :D terima kasih sudah mau membaca.

DREAM [KONDOU SHOURI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang