Jalanan menuju ke pabrik serupa waduk mini dengan genangan air yang hampir menutupi sebagian besar jalan. Apalagi pada musim hujan seperti ini. Padahal ini kawasan industri di mana banyak berdiri pabrik-pabrik besar. Tapi entahlah siapa yang bisa disalahkan dalam hal ini.
Semangat yang dikumpulkan sejak kemarin seolah luntur melihat jalan yang akan setiap hari dia lalui dengan berjalan kaki. Tapi mengingat kontrak kerja yang sudah ditandatangani kemarin di kantor pusat Surabaya, serta tujuan awal dia memutuskan bekerja di perusahaan tersebut, membuatnya harus mengumpulkan serpihan semangatnya kembali.
Dengan langkah hati-hati Nania berjalan menyusuri jalan sepanjang sekitar 500 meter dari ujung jalan raya itu. Ini adalah hari pertamanya bekerja. Dia tidak mau terlambat. Dan berusaha berpenampilan yang baik sebagai kesan pertamanya.
Setelah 20 menitan akhirnya sampailah Nania di depan gerbang pabrik. Mengucapkan salam pada satpam dan masuk ke ruang tunggu HRD. Menunggu sekitar 15 menit sampai akhirnya Bu Diah, kepala HRD memanggilnya untuk masuk ke ruangannya.
"Sebelumnya saya sampaikan selamat datang dan selamat bergabung dengan perusahaan ini," ucap Bu Diah.
"Terima kasih, Bu, sudah berkenan memilih saya untuk bergabung disini," sambut Nania dengan semangat.
"Baik, saya akan tunjukkan di mana ruanganmu. Mari ikuti saya!" ajak Bu Diah dan disambut dengan angukan dan senyum dari Nania.
Berjalan ke luar ruangan dan menyusuri lorong-lorong ruangan. Sampai akhirnya membuka sebuah ruangan bagian administrasi keuangan. Bu Diah menyapa dua orang yang berada di ruangan tersebut.
"Selamat pagi Pak Aam, Pak Dika. Perkenalkan ini Nania, admin yang baru. Dia akan bekerja mulai hari ini bersama kalian." Bu Diah memperkenalkan Nania kepada rekan kerjanya tersebut.
"Hai selamat bergabung Nania. Saya Aam, kepala bagian admin keuangan disini," sambut Pak Aam dengan ramah. Pria bertubuh agak tambun dengan rambut sudah agak memutih.
"Dan saya Dika. Semoga kita bisa menjadi rekan kerja yang kompak," lanjut seorang lagi memperkenalkan diri yang diikuti dengan anggukan dan senyum dari Nania.
Pak Dika seorang pria bertubuh tegap, tinggi dengan kulit bersih, wajah yang manis dan berpenampilan rapi. Usianya mungkin sekitar 28 tahunan.
"Terima kasih semoga saya bisa menjalankan tugas dengan baik dan mohon bimbingannya."
Sambut Nania dengan ramah dan semangat.
"Hai selamat pagiii ... eh, maaf Bu Diah, Pak Aam, saya terlambat karena ban motor tiba-tiba bocor. Hehe ...."
Sebuah suara dari arah pintu menarik perhatian semua mata. Seorang wanita tiba-tiba muncul dengan tergesa-gesa dan sedikit cengengesan.
"Oke kali ini saya maklumi Lina. Lain kali datang kebih pagi ya. Oh ya, kenalkan ini Nania, rekan kerjamu yang baru."
Kemudian Nania berkenalan dengan Lina yang usianya tidak jauh beda diatas Nania sepertinya.
Selanjutnya Nania mulai duduk di bangkunya dan mendapatkan arahan dari pak Aam selaku kepala bagiannya. Nania bersyukur memiliki rekan kerja yang ramah dan ringan tangan terhadapnya. Semoga Nania betah dan menikmati hari-hari selanjutnya.
Begitulah kesan hari pertama Nania mulai bekerja di pabrik cat di Kota Gresik tersebut. Nania seorang gadis berhijab berusai 22 tahun. Selepas lulus dari sebuah universitas swasta terkenal di Kota Malang dengan beasiswa penuh karena kepintarannya, dia mencoba mencari pekerjaan untuk membantu orangtuanya di Kediri.
Nania adalah anak pertama. Dia memiliki dua adik laki-laki yang masih sekolah di SMA kelas 11 dan SD kelas 4. Ayahnya seorang buruh tani dan ibunya tukang jahit borongan di sebuah usaha rumahan tetangganya.
Walau hidup sederhana, Nania diajarkan nilai-nilai agama dan nilai luhur kehidupan oleh keluarganya.
Di Gresik, dia menyewa sebuah kamar kost yang hanya berukuran 4x4 meter tidak jauh dari tempat kerjanya. Dia memiliki mimpi ingin membahagiakan orangtuanya dan membantu perekonomian keluarganya.
Dalam urusan percintaan, Nania memegang prinsip jomblo sampai halal. Yup! Di usia sampai sekarang dia tidak pernah pacaran. Bukan berarti tidak ada lelaki yang mendekatinya. Karena selama SMA dan kuliah, ada beberapa cowok yanh mencoba mengajaknya pacaran, tapi ditolak dengan halus. Dia ingin mewujudkan mimpinya dulu sebelum berani mengenal kata cinta. Karena baginya, cintanya akan diberikan sepenuhnya untuk sang suami. Seorang imam yang akan membawanya menuju bahtera rumah tangga yang penuh keberkahan sampai jannah.
***
"Kamu ngekost disini Nan?" tanya Lina di hari kedua bekerja saat makan siang.
Oh ya ternyata Lina seorang pengantin baru. Nania salut pada Lina yang ternyata memegang prinsip sama seperti dirinya. Jomblo sampai halal. Walaupun sewaktu SMA dia pernah berpacaran dengan kakak kelasnya. Tapi katanya itu hanya cinta monyet dan Lina kala itu masih labil. Setelah itu dia tidak pernah berpacaran dengan lelaki manapun sampai akhirnya menikah dengan suaminya 2 bulan lalu.
"Iya aku ngekost di jalan tenaga. Tidak jauh dari sini," jawab Nania.
"Jadi berangkat pulang naik angkot dong? Terus dari jalan raya kesini jalan kaki?"
"Yah mau gimana lagi Lin," jawab Nania pasrah
"Kenapa tidak bareng Pak Dika saja? Dia juga ngekost di dekat situ. Tapi bawa mobil sendiri. Kan lumayan daripada naik angkot dan jalan kaki ke sini."
"Eh nggak usah Lin. Lagian tidak terlalu jauh kok. Itung-itung sambil olahraga. Hihii ...," elak Nania.
"Kalau kamu mau, kamu boleh kok bareng saya Nania. Asal tidak ada yang cemburu saja." Tiba-tiba suara Pak Dika muncul dari arah pintu.
"Eh nggak usah, Pak. Terima kasih tawarannya. Lagian tidak akan ada yg cemburu juga Pak. Saya kan tidak punya pacar," jelas Nania.
"Baguslah," jawab pak Dika pendek sambil berlalu ke mejanya yang terletak di sebelah kiri meja Nania.
"Apa maksudnya?" Batin Nania bingung
"Waaahhh ... berarti kalian berdua cocok dong. Pak Dika juga belum punya pacar "kan ya, Pak?" tanya Lina dengan semangat sambil menarik turunkan alisnya.
"Sok tahu kamu Lin," jawab Pak Dika sewot.
"Kalau sudah punya, kok gak pernah dipamerkan, Pak. Saya kan jadi penasaran seperti apa wajah wanita yang bisa menaklukkan hati Pak Dika. Hihii ...," lanjut Lina menggoda Pak Dika.
"Memangnya barang harus dipamerkan Lin. Gak usah diumbar-umbar. Yang penting datang undangan aja. Lagian seseorang yang ada di hati saya saat ini adalah wanita muslimah yang cantik rupanya dan baik akhlaknya. Jadi kalau harus dipamerkan sebelum halal, takutnya ada yang nikung nanti," bela pak Dika gak mau kalah.
Deg!!
Entah kenapa, dari jawaban Pak Dika tersebut, tiba-tiba Nania merasa ada yang sakit di dalam hatinya. Entahlah. Padahal dia tidak memiliki rasa apapun dengan lelaki itu. Tetapi kenapa seperti ada rasa cemburu di hatinya? Astaghfirullah ....
Nania berusaha meredam gejolak hatinya dengan membaca istighfar dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jomblo Sampai Halal (Complete)
RomanceNania Saputri seorang gadis berhijab dan ceria berusia 22 tahun mempunyai prinsip dalam hidupnya "Jomlo sampai Halal". Bekerja di sebuah perusahaan swasta setelah lulus kuliah. Dia bertemu dengan Dika Altarik teman kerjanya yang sudah dijodohkan ora...