Seminggu setelah Fatur mengutarakan niat mempersunting Nania, dia berencana akan datang minggu ini ke rumah Nania di Kediri. Nania pun sejak hari sabtu malam sudah pulang karena dia diberitahu Fatur akan kerumahnya hari ini. Minggu pagi di ruang keluarga yang sederhana, Nania duduk bersama bapak dan ibunya. Sepiring pisang goreng dan teh hangat tersaji di meja kayu ruangan itu.
"Pak, insya allah hari ini akan ada seorang lelaki yang ingin melamar Nania. Di temanku waktu kuliah dulu." Nania membuka percakapan di antara mereka.
"Oh, ya? Lalu apa yang harus bapak katakan nanti?"
Bapak Nania memang demoktaris dalam urusan keluarga. Dia tidak pernah memaksa anak-anaknya untuk menuruti apa maunya. Mulai sekolah, pekerjaan, pertemanan atau urusan jodoh anak-anaknya seperti sekarang. Yang penting baginya adalah sesorang yang dipilih anaknya sebagi jodonya adalah orang yang saleh dan bertanggungjawab, serta dapat menerima segala kekurangan anaknya dan keluarga. Dia hanya memberi wejangan mana yang baik dan tidak baik. Dia percaya anak-anaknya bisa memilih yang terbaik untuk diri mereka masing-masing."Nania belum mempunyai jawaban yang tepat pak. Nania sudah salat Istikharah, tapi hati Nania masih bimbang."
Setelah Fatur mengungkapkan perasaannya, Nania melakukan dua kali salat Istikharah meminta petunjuk pada Allah atas lamaran Fatur. Dua kali pula dia belum mendapatkan petunjuk yang berarti. Sebenarnya Nania bisa mengambil keputusan bahwa hatinya belum sreg dengan Fatur. Namun karena dia berpikiran mungkin karena hatinnya tidak bersih, sehingga Allah belum memberikan petunjuk yang bisa memantapkan hatinya. Karena itu dia berniat melakukan sholat istikharah lagi setelah Fatur benar-benar melamarnya pada orangtuanya.
"Nduk ... sebenarnya ...."
"Assalamualaikum ...."
Belum sempat Bapak Nania melanjutkan ucapannya, terdengar suara ketukan pintu dan salam dari luar. Nania terkejut karena dia mengenali suara itu. Ibunya beranjak untuk membukakan pintu. Dan benar saja, Fatur sudah ada di depan rumahnya.
"Waalaikumsalam," jawab Ibu Nania.
"Saya Fatur, Bu. Saya ingin bertemu dengan orang tua Nania." Nania dan bapaknya melangkah ke ruang tamu.
"Kak Fatur!"
Sebuah senyum yang manis tercetak di bibir Fatur melihat Nania. Ditangannya membawa tentengan kresek putih sebahi oleh-oleh. Fatur menjabat tangan bapak Nania dan dipersilahkan masuk ke ruang tamu.
"Jadi ada maksud apa Nak Fatur ke sini?" Bapak Nania memulai percakapan serius setelah berbasa-basi sebelumnya. Padahal dia sudah tahu maksud dan tujuan Fatur ke rumahnya.
"Eemmm ... sebenarnya ... saya ingin melamar Nania untuk menjadi istri saya, Pak," ucap Fatur sedikit gugup dibanding waktu dia melamar Nania secara langsung minggu lalu.
Nania hanya menundukkan kepalanya. Dia berdoa supaya bapaknya memberikan jawaban seperti yang diminta."Eemmm ... begini Nak Fatur. Nania memang sudah mengatakan pada bapak kalau Nak Fatur sudah melamarnya secara langsung minggu lalu. Kami sebagai orang tua hanya bisa mendo'akan yang terbaik untuk putri kami. Apapun pilihannya nanti, kami akan menyetujuinya." Bapak mengambil napas sejenak lalu melanjutkan, "saya yakin Nak Fatur orang baik dan sholeh."
Fatur terlihat agak tegang. "Jadi bagaimana dengan lamaran saya, Pak?" Fatur masih menunggu jawaban dari Bapak Nania.
"Berikan Nania waktu untuk memutuskannya. Dia perlu salat Istikharah untuk mengambil keputusan besar dalam hidupnya."
"Kalau Nania jodoh Nak Fatur, pasti Allah mempermudah jalan menuju pelaminan. Kita manusia hanya bisa berdo'a dan berusaha. Selebihnya Allah yang berkuasa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jomblo Sampai Halal (Complete)
RomansaNania Saputri seorang gadis berhijab dan ceria berusia 22 tahun mempunyai prinsip dalam hidupnya "Jomlo sampai Halal". Bekerja di sebuah perusahaan swasta setelah lulus kuliah. Dia bertemu dengan Dika Altarik teman kerjanya yang sudah dijodohkan ora...