Cemburu

2.7K 217 0
                                    

Dreettt ... dreettt ....

Suara nada dering mengalun dari handphone Dika yang berdering beberapa kali di meja kerjanya. Sedangkan Dika keluar bersama pak Aam menemui manager. Nania bimbang apa harus membiarkan HP Dika berbunyi terus menerus. Atau dia harus mengangkat telp tersebut. Siapa tahu ada hal yang penting dan mendesak. Dengan ragu didekati meja Dika. Tangannya terulur untuk melihat nama penelfon.

Deg!!

Nama Zahra tertera di layar benda berbentuk pipih tersebut. Tangan Nania yang sudah terulur, ditarik kembali. Pasti mereka mau ngobrol tentang hubungan mereka. Dan itu bukan urusan Nania. Kembali duduk, dan baru jarinya menekan tuts keyboard, benda itu kembali berbunyi.

"HP siapa sih yang dari tadi bunyi terus, Nan?" tanya Lina yang dari tadi serius dengan laptopnya, akhirnya melongok ke arah meja kerja Nania.

"Ee ... anu HP-nya Pak Dika, Lin," jawab Nania kikuk.

"Angkat saja deh, Nan. Mungkin ada yang penting karena dari tadi telp terus," saran Lina. Mungkin juga karena dia terganggu konsentrasinya gara-gara bunyi HP tersebut.

"Aku takut Lin. Nanti dikira lancang!" Nania menyahut dengan perasaan sedikit gundah.

"Lha dari tadi bunyi aja. Aku gak bisa konsen nih entry datanya!" protes Lina.

Akhirnya dengan berat hati, diangkat benda pipih tersebut. Menekan gambar gagang telfon hijau dan menggesernya.

"As ... Assalamualaikum." Nania gugup.

Hening sesaat. Lalu terdengar suara jawaban salam dari seberang.

"Waalaikumussalam warahmatullah." Suara perempuan itu halus dan menenangkan. "Ee ... maaf, ini HP-nya Mas Dika 'kan, ya?" lanjut suara di seberang.

"I-iya ... Pak Dika sedang keluar. Dan HP-nya ketinggalan di meja kantor."

"Oh begitu? Ee ... maaf kalau boleh tahu ini siapa?" tanya Zahra ramah.

"Sa-saya teman kantor Pak Dika. Nama saya Nania." Masih gugup Nania menjawab pertanyaan Zahra. "Apa ada pesan untuk Pak Dika? Nanti saya sampaikan"

"Eemmm ... saya sekarang ada di Gresik. Kebetulan libur dan ikut main ke rumah teman. Mungkin nanti tolong disampaikan agar Mas Dika menghubungi saya saja ya."

Deg!!

"Zahra ada di Gresik? Pasti mereka akan bertemu. Ya Allah ada apa dengan diriku? Kenapa tiba-tiba ada yang perih dalam hatiku? Mereka akan menikah. Sudah pasti mereka akan sering bertemu. Dan... itu bukan urusanku." Suara hati Nania bertautan.

"Halo ... Mbak Nania masih disitu?" Suara Zahra membuyarkan lamunan Nania

"Eh ... i-iya, nanti saya sampaikan Pak Dika," jawab Nania gugup. Setelah mengucapakan terimakasih dan salam, Nania meletakkan kembali HP tersebut lalu duduk di tempatnya. Perasaanya masih tak bisa ditebak. Seperti ada yang salah dengan jantungnya.

Pak Dika kembali ke mejanya menjelang waktu makan siang.

"Pak Dika maaf tadi HP-nya berbunyi terus. Karena takut ada yang penting, jadi saya angkat."

"Telfon dari siapa?" tanya Dika sambil mengutak atik layar HP'nya. Mungkin membuka daftar log panggilan.

"Mbak Zahra," jawab Nania singkat sambil memandang HP di tangan Dika dengan lesu.

"Zahra? Kok tumben dia telfon. Apa dia titip pesan?" Dika sedikit terkejut karena Zahra jarang menghubunginya.

"Iya dia pesan Pak Dika untuk menghububginya kembali. Dia sedang ada di Gresik sekarang, di rumah temannya." Nania menyampaikan pesan Zahra. Sempat dia tangkap mata Dika membulat mendengar kabar tersebut. Lalu Dia berterima kasih dan menghubungi nomor Zahra. Nania pamit keluar karena sudah waktunya istirahat. Seperti biasa, dia akan melaksanakan salat Zuhur dulu lalu makan siang bersama Lina. Masih dengan perasaan hati yang susah diartikannya. Dia mencoba meredanya dengan melantunkan kalimat istighfar dalam hati berkali-kali.

***

Semburat jingga di ufuk barat seakan menyambut matahari yang kembali ke peraduannya. Suara adzan maghrib bersahutan dari speaker masjid-masjid. Nania menggelar sajadah dan siap melakukan salat Magrib. Setelah salat, dia berdo'a kepada Allah. Memohon ampun atas dosa-dosanya dan memohon agar dijaga hatinya. Melindunginya dari godaan setan yang terkutuk.

Nania gelisah dengan hatinya. Sejak kejadian siang tadi, entah kenapa hatinya tidak bisa tenang. Seperti ada yang mengganjal disana. Dia merasa telah melanggar prinsip hidupnya. Dia tidak ingin memikirkan lelaki yang tidak halal baginya. Hanya suaminya saja yang boleh memenuhi pikiran dan hatinya kelak.

Tapi sekarang yang dia rasakan bertentangan dengan suara hatinya. Pikirannya terpenuhi dengan Dika. Nania sadar, Dika bukanlah lelaki yang akan mendapat tempat di hatinya, karena dia telah mempunyai orang lain. Tapi semakin dia berusaha mengenyahkan pikiran tentang lelaki itu, dada Nania terasa sesak.

Nania tak pernah merasakan ini sebelumnya. Dia pernah kagum dengan seniornya di kampus dulu, juga beberapa teman lelaki yang mengungkapkan rasa cintanya pada Nania, tapi tidak pernah merasakan deguban jantung seperti ketika berada di dekat Dika. Dia merasa nyaman dengan pertemanannya dengan Dika. Nania merasa diperhatikan, dihargai dan dilindungi oleh lelaki itu.

Dan ketika dia sadar ada wanita lain dalam hidup Dika, entah kenapa Nania merasa ... Cemburu.

***

Jomblo Sampai Halal (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang