Dika Kecelakaan

2.4K 193 0
                                    

POV Nania

"Nan, Pak Dika kecelakaan dalam perjalanan pulang dari sby"

Tanganku gemetar memegang ponsel. Mataku membulat dan cairan bening melesat keluar dari sudut mataku tanpa diperintah. Semakin lama semakin deras.

"Innalillahi wainna ilaihi rojiun." Ponselku terlepas terjun ke lantai. Aku terduduk lunglai. Dadaku semakin sesak. Air mata masih mengalir deras.

"Mas Dika ...," rintihku memanggil namanya. "Ya Allah ... Astagfirullah ... semoga Mas Dika baik-baik saja, ya Rabb ...." Beberapa saat aku masih shock dengan kabar tersebut. Pikiran sudah kemana-mana. Mencoba berpikir positif. Kusebut asma Allah berkali-kali sampai perasaanku agak mendingan.

Setelah agak mendingan, kuhubungi Lina untuk menanyakan kabar Mas Dika.

"Bagaimana keadaan Pak Dika, Lin?" Setelah mengucap salam aku langsung bertanya kabarnya. Suaraku masih parau karena menangis

"Aku kurang tahu kabarnya sekarang, Nan. Pihak polisi yang telepon aku karena nomorku yang terakhir kali dibuhunginya tadi pagi. Mobilnya menghindari pengendara motor yang memotong jalan seenaknya sendiri. Sehingga menabrak pembatas jalan. Kata pak polisi, dia dibawa ke RSUD Gresik."

Lina menjelaskan panjang lebar. "Apa kamu mau kesana sekarang? Ini aku sama suami mau kesana. Kita ketemuan disana saja langsung ya."

"Baik, Lin. Aku kesana sekarang."

Tanpa pikir panjang, kugapai hijab instan dan jaket yang menggantung di dinding. Memasukkan dompet dan ponsel ke dalam tas lalu keluar menguci pintu. Sudah jam 9 malam, tak akan ada angkot yang lewat depan kostku. Ku pesan grab car. Setelah mobil sampai, segera menuju ke rumah sakit tempat Mas Dika dirawat. Selama perjalanan, tak henti-hentinya berdo'a agar dia baik-baik saja. "Ya Allah ... selamatkan Mas Dika. Semoga dia baik-baik saja."

Sesampainya di rumah sakit, kulihat Lina dan suaminya di lobi sedang menungguku.

"Ayo kita langsung ke ruang operasi. Pak Dika mengalami luka parah di kepala dan harus segera di operasi."

Deg!

Operasi?

Ya Allah ....

Segera kami berjalan cepat menuju ruang operasi. Disana sudah terlihat seorang wanita usia sekitar setengah abad dan pria berkumis yang kuyakini mereka orang tua Mas Dika.

"Assalamualaikum Ibu, Bapak. Kami temannya Pak Dika." Lina menjabat tangan ibu Mas Dika. Dan akupun melakukan hal yang sama.

"Waalaikum salam. Terima kasih sudah datang," jawab ibu tersebut dengan mata masih berair.

"Bagaimana keadaan Pak Dika, Bu?" tanyaku penuh kekhawatiran.

"Ada luka parah di kepalanya dan sedang dilakukan operasi. Sampai sekarang dokter belum keluar dari ruang operasi." Masih sesengukan ibu Mas Dika menjelaskan.

"Ibu yang sabar, ya. Kita berdoa sama-sama." Kuelus-elus punggung beliau untuk menguatkan. Sebenarnya aku juga butuh dikuatkan. Mendengar keadaannya seperti itu membuat hatiku meringis sakit. "Semoga kau kuat Mas Dika," batinku dengan mata berembun.

Jomblo Sampai Halal (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang