Lembur

3.4K 260 2
                                    

Pak Aam tiba-tiba menyuruh Nania membuat laporan bulanan yang masih belum rampung karena staf yang lama resign mendadak. Akhirnya Nania harus mengebut membuat laporan tersebut sambil mempelajarinya karena masih baru.

Karena Lina hari ini ijin tidak masuk karena hamil muda, Pak Aam meminta Pak Dika membantu Nania agar tidak terjadi kesalahan dalam membuat laporan tersebut. Dengan sabar Pak Dika memberi arahan dan sesekali harus duduk di kursi Nania untuk mengambil alih mengetik di komputer, karena ada bagian yang belum dimengerti Nania.

Jam sudah menunjukkan pukul empat sore, tapi laporan masih belum selesai karena harus teliti dan memang banyak itemnya.

"Nania pak manajer meminta selambat-lambatnya besok pagi laporan itu harus sudah siap. Karena akan dibawa rapat ke kantor pusat Surabaya. Jadi saya mohon kepadamu untuk lembur ya," ucap Pak Aam.

"Eh, baik Pak. Saya akan usahakan selesai malam ini," jawab Nania pasrah.

"Pak Dika, bantu Nania, ya Pak. Saya masih harus menyiapkan berkas yang lain," pinta Pak Aam.

Dengan sedikit keraguan akhirnya Dika mengiyakan permintaan Pak Aam. Kasihan juga harus meninggalkan Nania bekerja sendiri. Dan dia masih baru pertama kali membuat laporan tersebut. Tentu dia akan bingung dan takut salah. Akhirnya mereka lembur berdua.

"Emm ... Pak Dika saya mau sholat ashar dulu ya. Nanti dilanjut lagi," pinta Nania. Biasanya dia sholat ashar di musholah kantor sebelum pulang.

"Iya kamu sholat dulu. Biar saya lanjutkan. Nanti gantian," jawab Dika.

Setelah sholat, Nania meminta Dika sholat juga. Dan dia melanjutkan mengetik laporannya.

Akhirnya jam delapan malam laporan selesai. Setelah terpotong istirahat untuk sholat maghrib.

"Alhamdulillah ... akhirnya selesai juga laporannya. Kita bisa pulang sekarang," ucap pak Dika lega sambil menghembuskan nafas panjang.

"Aahh ... iya Pak, akhirnya selesia juga. Makasih Pak Dika sudah sabar membantu saya menyusun laporan ini," tutur Nania jujur.

Dia tak tahu bagaimana jadinya kalau hari ini tidak dibantu Dika. Pasti tidak akan selesai.

"Iya sama-sama. Oh ya, bagaimana kamu pulangnya? Sekarang sudah malam dan tidak mungkin ada angkot lewat jam segini," tanya Dika khawatir.

"Eemmm ... saya jalan kaki saja Pak. Nggak apa-apa. Nanti cari ojek di pangkalan depan," jawab Nania tidak yakin.

"Mau bareng saya? Eemm ... maksud saya, dari pada kamu jalan kaki dan naik ojek malam-malam itu tidak aman untuk gadis sepertimu. Lagian kost kita juga searah."

Nania menimbang-nimbang saran Dika. Sejujurnya dia takut kalau harus semobil berdua dengan lelaki. Lembur berdua seperti ini saja membuat hatinya was-was. Walau pintu ruangan dibuka dan ada beberapa orang yang lembur juga di bagian lain.

Tapi yang dikatakan Dika betul juga. Dia belum paham daerah sini. Dan naik ojek jam segini juga rawan. Akhirnya dengan terpaksa dia menyetujui tawaran Dika. Dia percaya Dika lelaki yang baik dan bisa menjaga pandangannya.

"Eemm ... baiklah Pak, kalau begitu saya nebeng, ya," jawab Nania sambil nyengir.

Mereka berjalan beriringan ke parkiran mobil karyawan. Dika membuka pintu mobil xenia hitam punyanya. Yang dibelinya dari menyisihkan sebagian gaji setiap bulan.

Jomblo Sampai Halal (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang