Pertemuan tidak disengaja

3.1K 255 6
                                    

Akhirnya hari minggu datang juga. Tak terasa sudah seminggu Nania bekerja. Sekarang saatnya refreshing dengan jalan-jalan di car free day dekat kostnya. Nania datang bersama teman kost sebelah kamarnya, Ifa. Ifa bekerja di pabrik kertas di kawasan yang sama dengan pabrik Nania.

"Kita jalan kaki saja yuk ke car free day. Dekat kok dari sini," ajak Ifa.

"Oke! Sambil lari pagi pelan-pelan," sahut Nania semangat.

Keduanya beranjak dari rumah kost menuju car free day dengan berlari kecil. Sesampainya disana, jalanan sudah ramai dengan hiruk piuk aktivitas orang-orang. Ada yang jogging, senam, bersepeda angin, jalan-jalan santai, foto-foto juga jajan aneka makanan. Nania dan Ifa melakukan senam ringan sebelum jalan santai menikmati suasana yang ada.

"Nania!" Tiba-tiba ada seseorang yang memanggilnya dari belakang.

Nania menoleh dan mendapati sosok yang jakung tersebut mendekati dirinya.

"Eh pak Dika. Mau olahraga juga? Sama siapa?" tanya Nania sedikit kaget bertemu dengan Dika di CFD.

"Eemmm ... tadinya janjian dengan teman lama. Tapi ternyata dia ada keperluan mendadak. Barusan ngabarin gak bisa datang. Ya sudah jalan-jalan saja sambil cari sarapan. Hihii ...."

"Oohhh ... gitu ...," timpal Nania sambil memilin ujung jilbabnya.

"Siapa dia Nan? Cakep juga. Hihii ...," bisik Ifa penasaran.

"Ohya Pak Dika. Kenalkan ini teman saya, Ifa." Nania mengenalkan Ifa pada Dika. Lalu mereka sama-sama melemparkan senyum sapaan.

"Hai Pak Dika, kenalkan saya Ifa temannya Nania." Ifa mengulurkan tangannya mengenalkan diri. Tapi Dika menangkupkan kedua tangan di dadadnya.

"Dika," jawab Dika singkat. Ifa menarik uluran tangannya sambil kikuk. Dika lelaki yang menjaga pandangannya dan tidak bersentuhan dengan wanita selain mahramnya. "Salah satu type suami sholeh," batin Nania. Lalu segera mengenyahkan pikiran absrudnya.

"Eh, Pak Dika kita lanjut dulu, ya," ujar Nania sambil menarik lengan Ifa buru-buru karena canggung. Sesaat beberapa langkah menjauh, Dika memanggilnya.

"Eemmm ... boleh saya gabung dengan kalian? Daripada jalan sendirian. Rasanya aneh. Karena saya tidak pernah juga ke tempat seperti ini. Binggung harus ngapain?" pinta Dika sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Oh gitu ... eemm ... iya mari, Pak," jawab Nania canggung.

"Oh ya Nania, tolong jangan panggil saya Pak dong. Kedengarannya sudah tua sekali. Saya baru 28 tahun dan belum menikah juga. Lagian ini bukan di kantor," pinta Dika lagi

"Oh iya Pak ... eh, Mas Dika maksud saya," jawab Nania semakin kikuk karena tidak terbiasa memanggil namanya langsung tanpa embel-embel "Pak".

Kemudian mereka jalan-jalan sambil sesekali menggerakan badannya senam ringan. Tidak lupa jajan cilok dan minuman di area tersebut. Sampai hampir 1 jam mengitari area CFD, mereka memutuskan beli sarapan nasi krawu di area tersebut juga. Lalu mereka pulang jalan kaki.

 Lalu mereka pulang jalan kaki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Nania memakai tunik katun berwarna dusty, rok panjang hitam dengan hijab senada kemejanya, mengambil tas kerja lalu mengenakan kaos kaki dan sepatu putih bersiap berangkat kerja terburu-buru karena agak kesiangan. Sesampainya di ujung jalan hendak menunggu angkot. Tiba-tiba

Tin ... tin ....

Suara klakson mobil berhenti di depannya.

"Mau nunggu angkot? Bareng saya bisa kalau mau. Daripada nanti telat karena jalan kaki." Dika menawarkan nebeng mobilnya.

"Eh, ngerepotin lagi dong Pak ... Eh, Mas Dika," jawab Nania gak enak.

"Memang sudah takdir saya mungkin jadi tetangga kostmu. Jadi sering direpotkan. Hihii ...," gurau Dika sambil tertawa.

Dengan perasaan sungkan akhirnya Nania bersedia naik ke mobil Dika. Tetap naik di bangku belakang seperti kapan hari. Lalu mobil melaju ke pabrik menembus udara pagi dan sinar mentari yang cerah.

"Sudah sarapan kamu, Nan?" tanya Dika di dalam mobil.

"Emm sudah," jawab Nania singkat.

"Mie instan lagi?" tungkas Dika cepat. Dan dibalas dengan cengiran oleh Nania. Dika melihat reaksi Nania dari kaca spion mobil, yang berarti benar dia sarapan dengan mie instan.

"Jangan kebanyakan makan mie instan, Nan. Gak baik untuk tubuh kamu. Apalagi aktivitasmu kan banyak di kantor." Dika menasehati tulus.

"Emmm ... iya, Pak" jawab Nania nyengir seperti orang tercyduk mencontek waktu ujian.

Lalu tidak lama mereka sampai di pabrik.

"Lho, Pak Dika jemput Nania berangkat bareng, ya?" Tiba-tiba Lina menghampiri mereka di parkiran karena tahu Nania keluar dari mobil Dika.

"Ehem ... ciieee .... " goda Lina sambil menyikut lengan Nania dan mengedipkan sebelah matanya.

"Eh, nggak gitu Lin. Tadi kebetulan waktu aku nunggu angkot, Pak Dika juga pas berangkat. Jadi karena takut telat, akhirnya aku bareng Pak Dika." Nania menjelaskan agar tidak salah paham.

"Sengaja barengan juga gapapa lagi, Nan. Kalian kan sama-sama single," ledek Lina lagi sambil menaik turunka alisnya.

"Huss ... Lina pagi-pagi jangan bikin gosip lah!" sergah Dika sewot.

"Iya Lin. Kita gak ada apa-apa kok. Pak Dika hanya menawarkan bantuannya padaku. Jadi jangan mikir macem-macem kamu, ya." Nania jadi sungkan dengan Dika karena ledekan Lina.

Dia tahu Dika sudah punya kekasih di kampung halamannya, Yogyakarta. Nania hanya menganggap Dika sebagai rekan kerja dan teman yang menyenangkan. Walau jauh di dasar hatinya, ada perasaan senang dan nyaman selama beberapa kali kebersamaannya dengan Dika. Tapi Nania mencoba menetralkan perasaanya tersebut. Baginya jodohnya akan datang dengan alur yang sudah di tetapkan Allah. Entah bagaimana mereka akan bertemu. Yang pasti dia tidak mau menggangu hubungan orang lain. Apalagi harus menjadi orang ketiga. No way!

***

Part ini agak pendek ya. Maklumin ya karena masih amatir pemanasan nulis. Hihii...
Happy reading dan jangan lupa kasih bintang dan komennya😉😉

Jomblo Sampai Halal (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang