Jeannie POV
Aku perlahan membuka mataku yang terasa berat. Tapi nyatanya aku berhasil. Aku mencoba meneliti ulang ruangan ini. Kupikir tadi hanya mimpi, ternyata itu nyata.
Badanku diikat, Tuan Arnald, penjaga ruang kamera pengawas sudah tewas dengan keadaan leher hampir putus. Tapi untungnya, orang tuaku tidak bernasib sama seperti Tuan Arnald.
"J.. Jeff?" panggilku tak percaya. Jeff pun menoleh kearahku dengan wajah seramnya.
"Kau si.. siapa?" tanyaku pada perempuan yang penampilannya mirip dengan Jeff.
"Aku hanya manusia yang sama sepertimu. Aku bukan pembunuh, aku hanya disuruh oleh Paperman ini," jawabnya yang membuat aku sedikit melupakan rasa takutku.
"Tak perlu basa-basi lagi. Dimana ruangan orang tuamu bekerja?" Aku memilih diam. Karena aku tahu, pasti mereka akan membunuh keluargaku jika aku memberitahu.
"Jika kau tidak memberitahu, bayarannya adalah keluargamu," ancam Jeff. Bagaimana ini? Aku bingung!
"Aku tidak tahu!" jawabku dengan suara yang keras sekaligus bergetar ketakutan.
"Diam ditempat!" teriak bodyguard rumahku.
"KAU MENGEJUTKANKU!" teriak teman Jeff sambil melempar benda tajam yang ia miliki dan beberapa yang ditemukan di ruangan ini. Haha, lemparannya sangatlah amatir. Buktinya, tak ada satu pun benda yang ia lempar mengenai salah satu tubuh bodyguard ku.
Dor..dor.. (Anggep aja suara tembakan)
Suara tembakan datang dari luar ruang kamera pengawas. Seketika semua tubuh bodyguard ku tumbang.
Lelaki ber-hoodie kuning dan bertopeng abu-abu gelap dengan mata yang merah menyala datang dari luar ruangan.
"Fiuh.. untung kau datang, Hoodie," ucap teman Jeff lega.
"Aku datang tepat waktu, kan?" tanyanya. Jeff dan temannya mengangguk.
"Omong-omong, kenapa kau kesini?" tanya Jeff pada pria yang bernama Hoodie itu.
"Aku disuruh Slendy."
Mumpung mereka masih berbincang-bincang, aku akan mencoba melepaskan diri menggunakan barang yang dilempar teman Jeff tadi.
Aku mengambilnya dengan susah payah, lalu aku mencoba memutuskan tali yang melilitku.
Dor.. (Anggep aja suara tembakan)
"AAKH!" aku menjerit kesakitan karena Hoodie menembak sebelah tanganku yang mencoba membuka tali yang melilitku.
"Tak akan kubiarkan kau lepas," ucapnya dengan suara datar.
"Beritahu kami dimana ruang bekerja orang tuamu. Atau tidak..," ancam Hoodie sambil menodongkan pistolnya di kepala Ayahku.
Ayahku memberikan kode. "Beritahu saja. Aku rela."
Aku membuang napasku perlahan. "Lepaskan aku. Dan aku akan memberitahumu."
"Terima kasih," ucap Hoodie senang. Lalu ia menarik pelatuk dari pistolnya.
Dor.. (Anggep aja suara tembakan)
"Dad!" Aku menumpahkan air mataku yang sebenarnya sangat dibenci ayahku. Beliau pun kehilangan nyawanya karenaku. Maafkan aku, ayah. Maafkan aku..
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You, Creepypasta [ Hoodie X OC ] 「 COMPLETED 」
Fiksi Penggemar[ Cover ku ambil dari Pinterest ] Apakah anggota Creepypasta nyata? Tentu saja tidak. Mereka hanyalah tokoh kartun fiksi dan beberapa legenda urban yang dibuat oleh manusia. Itulah pemikiran orang yang belum pernah mencari tahu dengan pasti. Awalnya...