Pak Guru Tampan

8.4K 406 37
                                    

Tipe ideal gue itu adalah cowok yang lebih tua dari gue, berkaca mata, baik hati, dan pintar.

Maksudnya...

Sebenarnya dia itu adalah guru les gue. Yang setiap hari Minggu, Selasa dan Kamis tepat jam lima sore, pak guru bakal datang ke rumah gue untuk mengajar.

Dia udah menjadi guru les gue sejak dua bulan yang lalu. Dan sejak dua bulan itu gue telah menaruh hati pada lelaki yang lebih tua tiga belas tahun dari gue tersebut.

Jika dipikir-pikir gue begitu beruntung karena selalu dapat nilai jeblok di semua mata pelajaran. Terlebih pelajaran fisika. Bukan tanpa sebab. Karena hal itu, gue bisa ketemu sama pak guru yang begitu tampan.

Calon masa depan gue.

Jelas ibu sangat marah saat dia tahu kalau gue selalu dapat nilai terjelek di kelas. Bahkan saat itu ibu dengan cara tak naluriah ngasih kecupan manja di telinga gue sampai merah.

Gue tahu ibu marah kayak gitu karena kecewa dan mungkin takut gue bakal menjadi seonggok manusia yang tak berguna di masa depan.

Dan dengan kekuatan the power of emak-emak, ibu mencari info tentang guru les privat yang terbaik diantara yang terbaik. Namun dengan harga jasa miring.

Setelah nggak lebih dari tiga hari, ibu mendapat info dari salah satu teman sosial medianya kalau ada seorang guru les yang mau dibayar suka rela asal guru itu mendapat kepuasan dengan nilai terbaik dari anak yang dia ajarkan nanti. Bukan kepuasan biologis, ya? Eh!

Saat itu gue begitu frustrasi dan mendadak stres berat karena bakal menjalani kehidupan yang bertambah mengerikan setelah guru dan mata pelajaran di sekolah gue.

Hah... Setiap hari Senin sampai Sabtu di sekolah selalu ketemu sama guru-guru dengan sejuta kebenarannya.

Guru itu selalu benar dan tidak pernah terbantahkan!

Masa iya gue harus berhadapan dengan yang namanya guru lagi di rumah? Walau nggak setiap hari tapi itu bakal mematikan jiwa gue secara perlahan.

Akan tetapi semua itu sirna begitu gue tahu kalau guru les gue sebaik dan setampan Romeo, hati ini yang gersang dan panas dengan sendirinya sejuk dan segar bagai padang rumput yang hijau di tengah gurun Sahara.

Gue, Haruno Sakura, yang saat ini menempati kelas dua SMA dan begitu membenci belajar. Sejak saat itu, walau gue masih bodoh dalam beberapa pelajaran di sekolah, gue akan bersemangat untuk belajar dan berusaha.

Dan asalkan pak guru tampan yang mengajar. Akan gue tunjukan, pelajaran yang gue benci pun bisa jadi gue sukai dan kuasai!

Ah... Jantung gue rasanya berdebar-debar pas lihat jam udah nunjuk pukul lima kurang tiga menit. Hanya kurang tiga menit lagi gue bakal ketemu sama pak guru tercinta.

"Dua menit lagi." gue bergumam nggak sabaran.

Gue meremas jari-jari tangan gue, mencoba menghilangkan rasa debaran di dada ini.

Bahkan, gue merasakan perut gue tiba-tiba mules mendadak akibat rasa berdebar ini. Padahal udah dua bulan gue belajar sama pak guru. Tapi gue nggak dapat menghilangkan rasa bahagia gue yang berlebihan ini kalau bakal ketemu dengan dia.

Gue berjalan menuju jendela kamar yang sengaja gue buka lebar hingga angin segar masuk ke dalam kamar dan sedikit menerbangkan rambut panjang gue. Gue menyandarkan tubuh gue di pinggiran jendela, melihat ke arah jalanan komplek, berharap bisa menemukan pak guru lagi jalan ke rumah gue dari lantai dua kamar ini.

Oh... gue benar-benar nggak sabar.

"Pak guru... Cepatlah datang... Gue udah nggak sabar pengin les, uh..."

Gue yakin wajah gue pasti bersemu dengan raut mesum yang menjijikan. Akan tetapi ada suara aneh dan keras yang mengganggu khayalan gue membuat gue termenung.

Suara benturan keras dari arah depan rumah membuat gue tersentak dari khayalan tak senonoh gue.

"Sialan. Suara apaan, tuh. Bikin kaget aja!"

Selanjutnya, gue mendengar suara teriakan ibu dari balik pintu kamar dengan begitu memekakkan telinga.

Kebiasaan ibu, nih. Anak disuruh sopan. Dia sendiri bar-bar. Hah...

"Sakura! Pak Guru Itachi kecelakaan."

Gue membolakan mata karena terkejut bukan main. Dengan cepat dan tanpa berkata-kata, gue meloncat dan berlari melewati ibu yang menganga ngeliat gue kayak lagi liat aktraksi sapi terbang. Gue menuruni tangga yang melingkar secepat si kilat kuning tanpa mempedulikan pakaian rumahan yang serba pendek yang gue pakai.

Kaos tanpa lengan berwana hitam dan color bergambar LOL berwarna merah muda.

Little Devil's [CerPen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang