Keesokan harinya, Sakura menjenguk pak guru Itachi di rumah sakit. Ia tak henti-hentinya menampilkan senyum manis yang terkesan dipaksakan di depan Itachi.
Sakura tidak ingin membuat kesan pertamanya buruk di depan pria itu. Ia tidak bisa dan tidak boleh menceritakan yang sesungguhnya karena akan berakibat fatal. Dirinya harus mencari muka agar pendekatannya dengan pak guru Itachi berjalan lancar.
"Dia itu merepotkan mu nggak, ya?" tanya Itachi dengan wajah polosnya.
'Padahal bocah itu sudah menghinaku! Argh...'
Wajah Sakura yang tadinya agak-agak masam kini kembali berseri. Ia menegakkan tubuhnya seakan tengah menatap jiwa masa mudanya dan berucap dengan nada dan intonasi suara yang sangat lembut. "Nggak kok, Pak. Dia anak yang benar-benar disiplin, ya. Memang hebat adik Pak Guru, sangat cerdas."
"Sungguh?"
Sakura mengangguk dengan senyum yang terlihat horor di mata para pasien yang ada di ruangan itu. Namun tidak dengan Itachi.
"Ya, Pak. Selain hebat dan cerdas. Dia juga pandai dalam menerangkan pelajaran. Adik Bapak juga ganteng dan keren. Tapi nggak seganteng Bapak, sih."
Rasanya Sakura ingin muntah-muntah saat mengatakan hal itu. Apalagi mengingat sifat dan karakter yang bertolak belakang dari apa yang ia ucapkan tadi. Walau tidak sepenuhnya.
Sakura akui jika Sasuke termasuk bocah tercerdas yang pernah ia temui di luar sana. Anak SD tapi sudah menguasai pelajaran SMP hingga yang paling susah sekalipun.
Sakura heran, bapak dari mereka berdua sunat dimana? Sampai bisa memiliki anak seganteng dan sepintar pak Itachi dan Sasuke.
Itachi tersenyum manis mendengar ucapan Sakura. Ia merasa puas karena Sasuke yang bersifat keras dan menjengkelkan bisa berubah menjadi seseorang yang menyenangkan dan mampu mengajari anak dengan IQ seperti Sakura.
"Gitu ya? Jadi lega deh."
Wajah pak guru Itachi yang berseri dengan senyum manis yang alami saat mendengar kalimat yang di lontarkan oleh Sakura, membuat gadis itu menangis dalam hati. Kenapa juga ia harus berakting seakan-akan baik-baik saja seperti ini? Membela bocah pendek itu dan membuat seolah-olah Sasuke adalah anak baik.
Nyatanya?
"Sebenarnya itu untuk sementara saja karena nggak bisa segera dapat orang."
"Sungguh, Pak?" tanya gadis itu dengan wajah terkejut setengah bahagia.
Itachi mengangguk. Dan hal itu membuat Sakura bertambah bahagia. Meredam kehisterisannya.
'Syukurlah...' Sakura bernapas lega.
Sakura kira, ia akan berakhir dengan Sasuke yang menjadi guru lesnya untuk seterusnya menggantikan peran penting pak Itachi di dalam hari-harinya.
Oh, Sakura tidak dapat membayangkannya!
"Tapi, sepertinya kalian terlihat cocok, sih."
Bola mata Sakura bisa saja terlepas melihat besarnya mata gadis itu ketika melotot.
"Apa?!"
Pak Guru Itachi mengerjab dengan wajah polos yang benar-benar membuat Sakura ingin menciumnya.
"Kenapa Sakura? Sasuke juga sepertinya suka sama Sakura. Dan aku semakin senang saat mengetahui jika Sakura menyukai Sasuke."
Nggak, nggak! Ini salah paham. Salah paham. Salah paham!
Pak Guru Itachi mengangkat jempolnya dengan wajah berseri, "Mohon kerjasamanya ya..."
Kerjasama apaan?!
Sudut bibir Sakura berkedut. Wajahnya meringis dengan pandangan kosong yang mengerikan. Seolah-olah ia telah dihadapkan dengan malaikat maut yang akan menarik nyawanya secara paksa detik itu juga.
Apalagi saat terbayang wajah setan kecil itu di kepalanya. Mata merah menyala. Gigi tajam dan lidah yang panjang. Juga ekor dan tanduk di atas kepala ayamnya.
Sepertinya Sakura telah terperangkap, dalam tangan bocah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Devil's [CerPen]
FanficEnggak ada adegan ranjang, panas, erotis, enaena dan kawan-kawannya. Cuma ciumcium dikit aja kok :') Dedek gemes masih aman buat baca 💞 Note : Cerita ini hanya KHAYALAN belaka. Jika ada kesamaan nama tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebet...