Bocah...?!

3.5K 363 17
                                    

Guru pengganti apanya? Bagi Sakura, kalau bukan Pak Guru Itachi, nggak ada artinya.

Kemarin setelah menjenguk pak guru dan mendengar ungkapan yang dilontarkan lelaki itu jika dirinya akan mendapat guru pengganti yang baru, Sakura ingin marah besar. Ia ingin meluapkan kekesalannya terhadap nasib yang menimpa dirinya.

Kenapa pak guru begitu tega padanya? Apa salahnya hingga calon masa depannya itu dengan mudah melepaskan dirinya dengan begitu mudahnya?

Sakura tidak ingin jauh-jauh dari belahan jiwanya. Sakura tidak kuat.

"Begitulah."

Sakura kembali menatap malas seorang bocah laki-laki yang sedang memperkenalkan diri di depannya dengan penuh kepercayaan diri yang tinggi. Apalagi saat Sakura melihat sesuatu yang mencolok di mata hijaunya.

Tas ransel.

Pendek.

Kaos gambar Boboy Boy.

Celana jeans pendek dengan ikat pinggang di bagian pengaitnya gambar Batman.

Sialan!

Anak paud, kan!? Tapi, nggak mungkin!

Sakura menggeram rendah. Akan tetapi ia mencoba bersikap biasa dengan berwajah datar di depan anak kecil yang kisaran umur sepuluh tahunan. Mungkin.

Bocah itu sedari tadi berceloteh tentang hal tidak penting dengan mengenalkan dirinya sendiri hingga membuat Sakura menguap bosan. Apalagi melihat wajah angkuh dan sombongnya. Membuat Sakura ingin berkata kotor.

Sakura tidak percaya jika pak guru tercintanya memiliki seorang adik laki-laki yang bagus di luar busuk di dalam. Maksudnya, meskipun enggan untuk mengakui, sejujurnya bocah itu memiliki wajah tampan namun tidak dengan sifatnya. Begitu bertolak belakang dengan karakter pak guru Itachi.

Sifat bocah itu terlihat begitu mengesalkan. Bahkan dari wajahnya saja seperti minta di jotos.

"Gue Uchiha Sasuke, dua belas tahun."

Oh, dua belas tahun? Sial. Aku kira sepuluh tahun. Jadi pen ngakak ngeliat tinggi dan umurnya.

"Mulai hari ini, gue jadi guru les lo." Sasuke berkacak pinggang dengan wajah angkuh, "Gue ini keras loh, bersiaplah."

Sakura menaikkan alisnya bingung mendengar kalimat ambigu yang di lontarkan bocah di depannya.

Apanya yang keras? Otaknya tuh keknya keras.

Sakura hanya menghela napas malas sebelum mempersilahkan bocah laki-laki itu masuk ke dalam rumah dengan berat hati.

🍅🍒

"Sialan. Ngapain gue harus repot-repot ngelayaini dia?"

Sakura meletakkan--melempar--beberapa keping kue kering di atas piring kecil dengan emosi, membuat kue kering tersebut terbelah menjadi beberapa bagian.

Setelahnya, Sakura mengambil segelas susu kemasan dari dalam kulkas yang tanggal kadaluarsanya tinggal satu hari lagi.

Tidak apa, kan? Lagian bocah itu tidak akan mati kalau meminum minuman yang sehari lagi sudah kadaluarsa. Susu itu masih aman jika dikonsumsi oleh plankton macam dia.

Sakura memasuki kamarnya dengan nampan yang berisi kue kering yang sudah tak berbentuk dan segelas susu tadi. Ia berjalan ke arah bocah yang mengaku bernama Uchiha Sasuke, adik dari guru tercintanya tersebut.

Gadis yang baru memasuki usia tujuh belas tahun itu menyodorkan nampan di meja depan Sasuke.

"Jadi, lo adiknya pak guru Itachi, ya?" tanya Sakura membuat Sasuke mendengus.

"Memang lo tuli sampai ngulang ucapan gue tadi?" jawab Sasuke acuh dengan sebelah tangannya terulur untuk mengambil kue kering itu. Ia melihat bentuknya yang hampir seperti remah-remah makanan semut. "Makanan sisa kapan, nih?"

Sakura hanya diam menatap ke segala arah dan berpura-pura tuli daripada melayani bocah itu. Ia masih kesal dengan sikap tidak sopan Sasuke.

'Bodo amat. Gue bakal jadi tuli aja kek kalimat dia tadi.'

Sasuke mengendikkan bahu dan memakan kue kering itu. Saat dirinya tersedak karena makan terlalu cepat, Sasuke berinisiatif untuk mengambil minuman yang ada di samping piring.

Akan tetapi seketika dahinya mengernyit jijik saat melihat isi gelas yang berwarna putih di dalamnya. "Gue benci susu!"

Sakura begitu terkejut mendengar suara lantang Sasuke. Namun belum selesai ia dengan keterkejutannya, Sasuke melanjutkan. "Kuenya nggak enak!"

Sakura menggeram dalam hati, matanya berkilat bagai petir di siang bolong. Kedua tangannya terkepal kuat.

Berani sekali dia menghina kue buatan ibunya. Kue buatan ibunya enak. Lebih enak dibandingkan dengan kue buatannya. Tidak ada yang boleh menghina makanan buatan ibunya!

'Dasar anak nakal.'

"Lo nggak sopan!"

'Hah?!'

"Gue bisa membaca apa yang lo pikirkan." Sasuke menunjuk wajah Sakura dengan jari telunjuknya yang diputar-putar. "Di wajah lo terbaca 'dasar anak nakal', ya kan?"

Sakura terkejut dengan mulut menganga lebar. Ia tidak menyangka jika pembaca pikiran itu memang ada!

Sialan!

Sasuke semakin melebarkan seringainya membuat Sakura pun semakin mengumpat kesal dalam hati, "Bodoh. Mau diberi pelajaran oleh anak nakal itu?"

'menyebalkan...!'

Little Devil's [CerPen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang