Hari Pertama

2.9K 327 19
                                    

Sakura telah membandingkan antara diajari pak Itachi dengan Sasuke. Dan walau ia enggan untuk jujur, sepertinya ia sedikit lebih gampang dan lebih memahami apa yang Sasuke terangkan dibandingkan dengan saat pak Itachi menjelaskan mata pelajaran.

Mungkin karena selama pak Itachi mengajar, Sakura lebih fokus ke wajah bak dewa Itachi ketimbang dengan pelajaran yang lelaki itu jelaskan.

Sedangkan dengan Sasuke. Sakura terus fokus pada apa yang Sasuke terangkan meski cara bocah itu mengajar terlalu cepat dan ringkas. Tapi Sakura tetap bisa mengikuti apa yang Sasuke jabarkan.

Bukan tanpa alasan Sakura begitu, karena ia enggan untuk menatap wajah mengesalkan bocah itu.

Dan tidak terasa jam telah menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Dan Sakura tak henti-hentinya menggerutu dengan wajah dongkol. Apalagi karena bukan...

"Udah gue bilang, yang ini cuma menerapkan rumus aja."

Apalagi...!

PLAAAAK...!!!!

"Lo memperhatikan nggak sih, landasan pesawat!"

Apalagi bocah itu tak henti-hentinya menerjang tengkorak belakang kepalanya dengan bogeman buku tebal. Dan yang semakin membuat perempatan siku-siku muncul di pelipisnya adalah kata kurang ajar yang di lontarkan bocah itu padanya.

Sakura mengerang saat kepalanya mulai berdenyut sakit, ia berbalik menatap Sasuke yang berwajah datar dengan wajah penuh emosi, "Apa-apaan sih lo!"

Sasuke masih berdiri dengan buku yang digelung di genggaman tangannya, "Apa? Mau menentang gue, triplek?"

Sumpah. Hanya beberapa jam bersamanya saja, Sakura bisa langsung membandingkan antara bocah itu dengan Pak Guru Itachi. Meskipun dua laki-laki itu adalah saudara kandung, tapi nyatanya sifat dan sikap mereka begitu bertolakbelakang. Begitu berbeda.

Bagai air dan api.

Bagai udara dan tanah.

Bagai malaikat dan iblis.

Bagai surga dan neraka.

Bagai bumi dan langit ketujuh.

Memang banyak sekali perumpamaan dua saudara itu.

Oh Tuhan... Dipukul adik pak guru tampan rasanya bagaikan dipaksa menelan bangkai tikus yang busuk dan dibakar dengan setengah matang.

Ingin muntah tapi tidak bisa.

Ingin marah tapi terlalu lelah.

Ingin mengumpat tapi di larang mengumpat di depan anak kecil.

Ingin menarik jambul ayamnya tapi takut bikin masalah.

Nggak bisa!

'Oalah Sasuketek...! Adik ipar di masa depanku! Kenapa kau tega padaku, bocah pendek...!'

🍅🍒

Tak terasa jarum pendek jam dinding berhenti di angka delapan. Dan ya, karena kekuatan cintanya pada sang pak guru tampan akhirnya Sakura bisa menjalani tiga jam bersama setan kecil itu.

Tiga jam berharganya hilang sia-sia hanya untuk mendengar ucapan kasar dan kurang ajar dari mulut anak kecil itu. Niat belajarnya yang tadi melambung tinggi--mengesampingkan jika ia diajari oleh bocah itu--tiba-tiba menyusut dan sirna. Sakura tidak menyangka jika dirinya bisa kalah dengan anak SD ini!

"Hari ini sampai di sini saja." Sasuke membereskan buku-buku yang ia bawa untuk mengajar Sakura dan memasukkannya ke dalam ranselnya.

Sasuke membuka pintu kamar Sakura, namun saat ia merasakan jika Sakura tak ada di belakangnya ia menoleh, dan mendapati gadis itu telungkup menggelepar di atas lantai dengan kondisi bagai manusia yang mati mengenaskan.

"Lo ngapain? Mau ngebiarin anak SD pulang sendirian jam segini?"

Sakura mengepalkan tangannya, begitu emosi. Hingga air matanya mengucur deras dari sudut matanya.

"Woi! Anter gue sampai halte, dong."

'Sialan... Anak ini, seandainya dia bukan adik pak guru Itachi...'

Sakura hanya bisa meratapi nasibnya yang begitu mengenaskan setelah bertemu dengan setan kecil bernama Uchiha Sasuke itu.

Hah... Mati pun rasanya tak bisa.

Little Devil's [CerPen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang