Game

2.4K 284 14
                                    

"Sakura, belakangan ini lo aneh, deh."

"Apanya?"

"Apanya gimana... Penampilan lo, tuh."

Ino dan Hinata menatap tak habis pikir pada sahabat karib mereka dengan pandangan heran dan bertanya-tanya saat melihat penampilan Sakura yang begitu aneh daripada yang aneh. Dan tidak biasa daripada yang tidak biasa.

Rambut yang di kepang dua. Poni yang di jepit ke samping. Kaca mata dengan frame tebal. Di tambah dengan tumpukan buku pelajaran yang memenuhi meja gadis itu. Benar-benar tidak seperti Sakura yang amat sangat anti dengan buku pelajaran.

Dan sepertinya Sakura tengah menulis sesuatu di bukunya.

Sudah beberapa hari ini Sakura terlihat seperti itu. Bertingkah aneh dan serius dengan buku-bukunya. Ino dan Hinata sering kali bertanya kenapa dan ada apa dengan sahabatnya. Namun Sakura hanya bergumam dan menjawab dengan kalimat 'Iblis itu', 'Sialan', 'game', yang membuat mereka berdua semakin bingung.

Ino dan Hinata bahkan terperangah melihat kecepatan Sakura dalam menulis dan menghitung diatas buku-buku itu.

Sakura melirik dua gadis cantik di sampingnya dengan sorot mata serius, "Tes berikutnya mempertahankan hidupku."

"Hidup?" sahut Ino dan Hinata bersamaan.

Entahlah, mereka semakin dibuat kesal dengan tingkah Sakura. Mungkin Sakura masih enggan untuk bercerita. Namun mereka yakin jika Sakura telah siap, mereka akan menjadi pendengar yang baik.

🍅🍒

"Oh iya, ayo kita main game." Sasuke menatap Sakura yang diam terpaku, "Tes berikutnya, kalau nggak masuk peringkat sepuluh besar di angkatan lo..."

Sasuke semakin mengembangkan seringainya, "Lo harus jadi pacar gue."

Sakura tidak dapat menahan raut keterkejutannya saat mendengar kalimat sakral yang diucapkan oleh bocah di depannya. Bagaimana bisa ia mendapat peringkat sepuluh besar sedangkan dirinya selalu mendapat peringkat paling rendah.

"Lo nggak punya hak menolak."

Sasuke berbalik dan berhenti saat mendengar suara teriakan Sakura.

"Tunggu! Kenapa lo lakuin ini?!"

Sasuke menoleh dan berucap dengan nada remehnya, "Udah jelas, kan? Untuk mengganggu lo."

Pintu tertutup keras membuat Sakura tersentak. Ia mengepalkan kedua tangannya dengan wajah memerah.

'Dasar anak nakal...!'

Dan Sakura tak dapat menahan jeritan hatinya.

🍅🍒

"Hahahaha... Hahahaha..."

Suara tawa menggelegar milik Sasuke memenuhi kamar Sakura di mana terdapat sang pemilik yang tengah berjuang keras untuk bisa berkonsentrasi pada buku pelajaran yang ada di genggaman tangannya.

Saat ini Sasuke tengah berbaring di atas tempat tidur Sakura dengan buku novel di tangannya. Sudut matanya sampai berair karena tawanya.

"Eh, haus deh..."

Sedangkan Sakura dengan kepala yang di beri head band terus melanjutkan pekerjaannya. Mencoba mengabaikan ucapan cecunguk di belakangnya.

"Hei, belikan jus dong."

Sakura menggenggam pensil yang di tangannya dengan erat hingga benda tersebut patah menjadi dua.

Sakura menoleh dan berucap dengan suara kerasnya, "Berisik! Kalau Mau mengganggu, keluar sana!"

Sasuke menjauhkan bukunya dari depan wajahnya untuk melihat sekilas wajah Sakura. Ia berucap dengan nada yang dibuat-buat. "Hm... Memangnya lo boleh ngomong gitu ya?"

Sasuke kembali melanjutkan membacanya dengan gumaman rendah, "Gue bilang Kakak, ah..."

'Ugh!' batin Sakura dongkol.

Setelah mengambil kotak kecil jus jeruk kemasan di kulkas, Sakura dengan tanpa segan melempar botol itu di depan wajah Sasuke, "Nih!" dan kembali mendudukkan dirinya di kursi meja belajar.

Sakura merenggangkan kedua tangannya dan berucap dengan suara sedikit keras. "Aaah... Pak Guru Itachi, seratus delapan puluh tiga sentimeter, masih lama kembalinya, ya."

Sasuke yang merasa jika sindiran Sakura untuk dirinya yang masih memiliki tinggi seratus empat puluh sembilan tak dapat menahan kejengkelannya, "Itu apa maksud lo? Nyindir gue?" sahutnya dengan semburat merah tipis di pipinya. Antara malu dan kesal.

"Nggak. Ngomong sendiri, kok."

Sakura terus berkomat-kamit dengan buku yang ada di depannya, mencoba menyelesaikan tugasnya dengan cepat. Lama-lama terasa aneh jika bersama dengan bocah ini.

'Gue harus bisa lebih pinter ketimbang tuh bocah. Masa sih, kalah sama anak kecil?' gumam Sakura dalam hati. Menyemangati diri sendiri.

Mengabaikan tatapan tak terbaca dari netra hitam di belakangnya.

Little Devil's [CerPen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang