°•Escape•°

18 1 0
                                    

07:18 WIB

Perlahan aku membuka mataku, kurasakan cahaya mentari yang begitu menyilaukan.

"Ugh sudah pagi ya?"gumamku sambil membenarkan posisi duduk ku.

"Cepat bantu diaa!!"

Mataku terbuka lebar ketika mendengar suara letnan Fendy, dan aku bergegas menuju ke arah mereka.

"Apa yang--" Aku begitu terkejut dengan apa yang aku lihat. Seorang pria dengan darah yang membasahi bajunya. Sontak aku menutup mulutku rapat karena shock.

"Seperti nya dia diserang oleh makhluk aneh itu" letnan Fendy menatap miris pria malang tersebut.

Kami pun membawanya ke dalam, aku sudah mengambil kotak P3K yang ada di ruangan tengah.

"Sepertinya dia mengalami pendarahan letnan"  Ucapku, aku pernah belajar bagaimana cara menghentikan pendarahan pada luka tusukan, aku mempelajari nya saat di PMR dulu.

"Feby, ambilkan kain kasa di dalam kotak itu, kita harus hentikan pendarahan nya" ucap letnan.

"Baik" jawabku lugas

"Adam, apa kau melihat makhluk itu saat menolongnya?" Tanya prajurit Hendra.

"Tidak, ketika aku menemukan nya ia  sudah tak sadarkan diri"

Letnan Fendy mengambil benang dan jarum, aku yang melihat hal itu jadi bergidik ngeri "A-apakah, Anda ingin menjahit lukanya?!"

"Iya" jawab letnan dengan anggukan.

"Apa kita tidak bisa membiusnya dahulu?"

"Kita tak punya persediaan obat bius, lagipula ini satu-satunya cara agar ia selamat, jika kita menunggu untuk dibawa ke rumah sakit, bisa-bisa luka nya menginfeksi" ujar letnan Fendy jelas dan membuat ku manggut-manggut.

"Semoga saja dia tidak sadar saat lukanya sedang dijahit" gumamku kasihan.

Setelah letnan menjahit lukanya, pria tersebut tersadar dan langsung berteriak kesakitan.

"Arghhhh!!! Apa yang kau lakukan pada perutkuuu!!"

"Kami hanya menjahit lukanya"

"Sial!" Ia memejamkan matanya erat menahan rasa sakit yang amat sangat.

Aku jadi kasihan "bagaimana ini letnan?"

"Kita biarkan saja dia dulu, tetap pegang tangannya, ia tidak boleh bergerak dulu"

Kami masih mencoba menenangkan nya, hingga ia pingsan kembali, setidaknya itu lebih bak daripada ia harus meronta menahan sakit.

    -•~•~•~•~•~•-

12:00 WiB

"Kapan bantuan akan datang?" Tanyaku pada Adam.

"Kata letnan besok"

Aku menghela napas panjang "Aku masih bingung apa yang terjadi"

"Setidaknya kita sudah aman disini, apapun yang terjadi itu bukan urusan kita"

Aku menatap Adam sinis "Kau selalu saja begitu, bersikap acuh tak acuh pada segala hal, padahal kita sendiri yang menghadapi nya"

Adam menatapku tak percaya "Sejak kapan kau berkata seperti itu?"

"Sejak sikapmu berubah"

"Kapan?" Desis Adam

"Pikirkan saja sendiri, lebih baik aku istirahat saja, atau aku akan mengecek keadaan pria malang itu" Aku pergi berbalik meninggalkan nya.

LOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang