°•Escape 2•°

10 1 0
                                    

Derap langkah kaki Adam begitu terlihat mengerikan, aku terus saja berfikir apa yang akan dilakukannya pada Alan nanti. Puss masih setia di dalam gendongan ku, sesekali ia mengeong sambil melihat ku, kurasa Puss memiliki kemampuan untuk mengerti bahasa manusia.

"Alan!?" Adam kemudian mendobrak pintunya, sontak Alan yang sedang tertidur membuka matanya.

"Seharusnya kau mengetoknya terlebih dahulu" ucapnya sambil perlahan membenarkan posisi duduknya.

Adam pun menarik kerah baju milik Alan, lalu mereka saling membalas tatapan tajamnya.

"Apa yang kau katakan tak sepenuhnya benar bung!" Ucap Adam

"Aku tau kau menyimpan rasa takutmu di dalam sana, look! Aku tahu kau sudah melihat makhluk itu kan?" Ucap Alan dengan tatapan dingin nya.

"Dia hanya mendengarkan" aku membenarkan perkataan nya, bahwa Adam sama sekali tidak melihat makhluk itu.

"Yah mendengarkannya" Alan memutar bola matanya malas

"Kurasa kalian tak harus ikut dalam rencanaku kali ini, aku hanya perlu rasa percaya dari masing-masing kalian, jika tidak aku akan pergi sendiri" imbuhnya lagi

"Lihatlah, bagaimana kau akan pergi dari sini dengan luka yang belum sepenuhnya mengering, kau seharusnya bersyukur kami telah menyelamatkan nyawamu" sindir Adam.

"Ayolah itu hanya manipulasi belaka, kau tidak tahu ya jika kita telah masuk ke sarang 'mereka',  seharusnya kau mengerti jika tentara yang membantu kalian punya rencana yang berbahaya" ujar Alan dengan menekankan pada kata mereka yang berarti mereka itu adalah makhluk aneh yang ada dibalik pintu besi tersebut.

Adam cukup lama terdiam, baiklah sebaiknya aku mencairkan suasana yang sungguh menegangkan ini.

"Ehem! Begini saja, untuk tahu apa yang dikatakan Alan benar atau tidak, bagaimana kita mencari tahu langsung"

Adam menoleh ke arah ku "bagaimana caranya?"

Aku terdiam, berfikir bagaimana caranya mencari tahu kebenaran ini.

"Kau tak harus mencari kebenaran nya, tinggal menunggu saja sampai esok, maka kau sendiri akan dimakan oleh makhluk keparat itu" Alan menatapku dingin.

Adam menghela napas kasar "Cukup! Baiklah aku ikut, dalam rencana mu"

Aku hanya mengangguk mengiyakan Adam "aku juga" ucapku pelan.

"Baiklah, jam sebelas malam seperti kataku tadi kalian ke sini lalu kita keluar" ucapnya sambil tersenyum miring.

Adam hanya mengangguk kemudian ia melangkah ke luar, sejenak aku melihat Alan yang juga melihat ku, lalu aku mengikuti Adam keluar.

"Adam! Kita benar-benar akan pergi kan?" Tanyaku

"Aku tidak tahu" sahut nya tanpa menoleh ku

"Adam, ayolah kau tahu sendiri kan, makhluk itu ada di dalam sini"

Ia pun berhenti, lalu menatap tajam ke arahku. "Kau? Mudahnya percaya padanya?! Kau kira di luar sana tidak ada makhluk yang seperti itu? Kau pikir makhluk itu cuman satu?!! Ah kau terlalu mudah untuk dibodohi"

Aku hanya terdiam, kalimat yang ia lontarkan membuat ku menghela napas berat, ia sama saja, keras kepala. Setidaknya aku tau dari awal jika Adam adalah manusia yang sulit untuk di ajak negoisasi, dan satu hal lagi, ia tidak mudah percaya pada orang lain.

"Kita akan tunggu bantuan besok" ucapnya dingin lalu meninggalkan ku

"Meoongg" Puss mengeong di kakiku, aku menghela napas panjang "sudahlah, aku lagi badmood sekarang" ucapku sambil berbalik kembali ke kamar.

LOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang