°•Secrets•°

8 1 0
                                    

Aku sudah ada di dalam lift, dan gadis kecil ini terus bernyanyi sambil sesekali tersenyum. Aku menghela napas berat, seharusnya bocah kecil ini bermain bersama teman-teman seusianya di luar sana, bukan bersembunyi dan hidup bersama tentara dalam kekacauan begini. Kejadian ini sungguh sangat membuatku sesak memikirkan nya.

Ding!

Pintu lift pun terbuka, aku dan Daisy keluar, lalu menulusuri koridor dan bertemu dengan anggota lain yang sedang bersantai di balkon atau sekedar main bilyard di ruang tunggu. Selain rumah sakit tempat ini tak lain dimodifikasi layaknya hotel.

"Disitu ruang nya kapten" Daisy menunjuk ke sebuah pintu kayu coklat dengan tulisan "Captain's room"

Kami pun menuju ke sana.

Tok
Tok
Tok

Aku mengetuk pintunya, lalu seseorang bersuara di balik sana "ya, masuklah"

Kami pun masuk, bisa kulihat ada Adam, Alan dan ehmm yang satu ini aku lebih suka menyebutnya si mata-mata Alice ketimbang dokter, dia memang memakai baju lab sekarang.

"Daisy sebaiknya kau keluar saja, ini pembicaraan yang sangat penting" ucap Alice sinis.

Aku menatap nya tajam "dia masih kecil"

"Jika tidak perlu jangan masuk ke ruang kapten mengerti, kau bisa baca sendiri tulisan yang ada di depan pintu" imbuh nya lagi tanpa memperdulikan omongan ku barusan.

Dengan rasa kecewa dan malu Daisy keluar dari ruangan ini.

"Nanti kita akan bicara lagi ya, sebaiknya kau keluar dulu okey?" Ucapku pada Daisy sebelum ia benar-benar pergi.

"Oke" ucap Daisy lesu

"Dimana kapten?" Tanyaku melihat kapten tidak ada di dalam ruangan ini.

"Dia di lab, sebentar lagi juga bakal sampai"

Dan benar kapten pun muncul, ia menatap ku lalu tersenyum.

"Hello Feby? How are you?" Tanyanya

"Fine capt" jawab ku membalas senyuman nya.

"Oke, seperti yang aku katakan tadi saat makan malam, kita berenam akan membahas ini disini, aku tahu kebenaran ini telah lama ditutup darimu, atau mungkin kau tahu tapi kamu sama sekali tidak mengingat nya lagi"

Aku mengerutkan kening ku bingung, merasa seperti aku memang tidak tahu apa-apa.

"Well apakah kau kenal dengan dokter Ahsan?" Tanya kapten.

"Itu bapak, itu ayahku!" Sahut ku cepat, dan berpikir kenapa orang-orang ini mengenal bapak?

"Ya dia adalah temanku, mungkin selama beliau hidup, kau tidak tahu jika ia berkerja sama dengan profesor Luce bukan?"

Aku membelalakkan mataku tak percaya apa yang dikatakannya, bukankah selama ini bapak hanya seorang dokter bedah, dan beliau sering keluar kota untuk mengikuti seminar ataupun bekerja sama dengan dokter bedah lainnya.

"Ini tidak mungkin! Bagaimana bisa bapak kesini dan bekerja sama dengannya?!"

"Kau tak tahu sama sekali karena setiap hari ayahmu memberimu obat" sahut Alice

"Obat?" Aku kembali memutar otak ku ketika dimana bapak masih hidup. Memang dia sering menyuruhku untuk meminum obat yang katanya vitamin untuk kesehatan ku.

"Ya obat itu adalah benzodiazepine, yang dimana ketika kau mengonsumsinya dengan dosis yang pas namun dalam jangka waktu yang lama, dapat menyebabkan kehilangan memori. Dan aku yakin pasti ayahmu menggunakan obat itu, karena selain aman untuk menyimpan rahasianya obat itu juga tidak menyebabkan komplikasi dengan organ tubuh lainnya" jelas Alice panjang lebar.

LOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang