°•Trap•°

10 3 0
                                    

07:00 WIB

Cahaya matahari membuat ku terjaga dari mimpi indah ku, dimana aku berkumpul bersama keluarga ku, Mama dan bang Ryan. Ini tidak adil, kenapa dunia nyata ku sekarang berbanding terbalik dengan mimpiku barusan?

Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan, aku masih menemukan Alan tertidur pulas di atas sofa yang usang itu, dan... Adam, aku melihatnya tertidur dengan posisi duduk bersandar pada kaki kasur bambu ini.

Aku rupanya terjaga lebih awal, karena sinar matahari yang masuk lewat jendela itu.
Rasanya badanku sakit semua, seperti dihantam oleh sebuah mobil truk.

Aku ingin membangunkan Adam, tapi kurasa ia baru tertidur setelah terjaga semalaman, ah mata usil ku tertuju pada pria yang lebih tua dari ku dan Adam. Alan. Pria menyebalkan ini membuatku kelelahan, dan dia merebut Puss dari ku. Lihatlah... Puss tidur nyenyak di sisinya.

"Heh! BANGUN!!" Teriak ku tepat di telinga nya, dan ia kaget, hampir saja ia jatuh dari sofa empuk yang sudah berbau apak itu.

Mata tajamnya langsung menatapku, seakan ingin membunuhku segera. Aku hanya menaikkan alisku, lalu tertawa puas melihat ekspresi nya.

"Tidak perlu berteriak seperti orang kesetanan" ucapnya dingin.

Ternyata ia tak mudah tersulut emosi.

"Kau tidur sudah empat jam, jadi aku membangunkan mu terlebih dahulu" ucapku benar apa adanya.

"Hmm..." Ia hanya bergumam singkat.

Sekali lagi aku kalah dengan pria berbadan atletis itu. Dia menang dengan sikap dinginnya.

"Bersiap-siaplah, kita akan ke pusat kota sekarang" ucapnya sambil bergegas.

"Hei kita belum makan apapun! Dan kau sendiri belum mencuci muka mu" ucapku tak setuju pada rencana yang mendadak seperti ini.

"Lalu, kita akan melakukan hal yang kita lakukan seperti biasa, seolah tak ada ancaman berbahaya yang sedang mengintai kita?" Sungut nya. Ia tetap terlihat tenang dan dingin, namun itu tak berarti jika mata hitam legam nya itu menyimpan emosi yang siap meledak kapanpun ia mau.

Aku menghela napas panjang, tak mudah menghadapi pria dewasa dengan pikiran ambisius seperti ini.

"Setidaknya kita mengisi tenaga sebelum pergi" ucapku berusaha tenang.

Sejenak ia terdiam. Aku menatap Adam, ia belum juga terjaga setelah perdebatan antara aku dan Alan, kurasa Adam terlalu lelah.

Ia membuang napas nya kasar "Baiklah, kita akan makan dulu, setelah itu kita akan pergi dari sini"

Aku tersenyum kecil, walaupun tidak semanis senyuman ku tiga hari yang lalu, setidaknya aku butuh relaksasi agar tidak depresi.

Aku memasak makanan kaleng, yang diambil oleh Alan diruang dapur markas tentara itu. Ternyata Alan lebih pintar dari yang ku kira, ia bisa tau dan membuka pintu itu dengan cepat, seolah ia perampok ulung yang sedang membobol bank berpengamanan ketat.

"Jangan bengong, aku tak ingin memakan makanan gosong" lagi-lagi Alan membuat ku kesal tak karuan, untung saja aku mahir dalam mengendalikan emosi.

Aku hanya mendengus kesal.

Kulihat Puss sedang menjilati bulu lebatnya, sepertinya kucing ini tidak bisa berpisah dengan ku.

"Hei, pagi feb.." suara serak itu membuat ku menoleh ke arah pria jangkung itu.

"Adam, kau sudah bangun?"

"Kau tidak liat, aku sudah membuka mataku lebar?" Tanya nya polos.

Pria ini benar-benar sosiopat, ia tidak tahu mana basa-basi.

LOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang