°•Mask of deception•°

10 0 0
                                    

01:45 WIB

Aku terus menelusuri lorong ini, memeriksa setiap pintu yang ada, berharap Adam ada di baliknya, aku tak peduli jika ini sudah melewati batas jam tidurku.

"Adam!" Aku memanggil namanya dengan berusaha untuk tidak teriak, walaupun kemungkinan kecil ia bisa mendengar suara ku.

Brak!!

Tiba-tiba saja lengan ku serasa ditarik kuat ke dalam sebuah ruangan gelap. Tubuh ku hampir terjatuh, namun untunglah aku tertahan dengan lengan besar milik seseorang.

Mata ku mencoba menyesuaikan keadaan yang lumayan gelap itu, hingga aku bisa melihat siluet dua wajah yang terlihat seperti..

"Adam, Alan?!!" Pekikku tak percaya.

"Sshh! Jangan ribut atau kita akan ketahuan" desis Alan.

"Ke--kenapa ka-ka--kalian disini?" Tanyaku terbata-bata.

"Aku tahu sekarang, Alan benar, kita dalam bahaya" kini aku dapat merasakan penyesalan pada diri Adam yang super dingin nan keras kepala itu.

"Aku melihat mereka memiliki topeng yang bisa menyatu dengan kulit wajah mereka, dan aku juga melihat mereka memiliki tiga chip yang kudengar akan dipasangkan pada kita"

Hei! aku tidak tahu samasekali tentang chip itu.

"Jadi tujuan mereka kesini untuk apa?" Tanyaku

"Tujuan mereka tak lain hanya menangkap makhluk itu, karena menurut data nya makhluk itu berbeda dari makhluk lain yang datang ke bumi, terus mereka harus mencari partisipan yang cocok untuk di kloning"

Apa?! Kloning?! Mereka ingin mengkloning manusia? Yang benar saja. Aku kira itu hanya konspirasi untuk sekedar menakut-nakuti masyakarat.

"Jadi maksudmu kita akan di kloning?"

Alan mengangguk "apa kau tidak melihat mereka sangat mahir dalam menjahit luka di perutku?"

"Itu berlaku juga untuk tentara bukan?"

"Tapi mereka tidak menjahit sesempurna ini, bahkan aku tak bisa menemukan dimana bekas nya, padahal ini baru dua hari sejak pertama aku terluka dan yang paling sial nya lagi mereka tidak membius ku, mereka berbohong jika tak ada persediaan obat bius, nyatanya mereka memilikinya lebih dari yang aku perlukan, dan aku masih ingat betul betapa menyakitkannya lukaku dijahit dalam keadaan sadar" ujar Alan yang berhasil membuat mulut ku menganga lebar dalam gelap.

"Akh...Aku tau itu pasti sangat sakit"

"Dan asal kau tahu, mereka bukan orang Indonesia" Tutur Adam dingin.

"Aku sudah melihat rupa asli mereka di balik topeng sialan itu, mereka sama-sama memiliki kornea berwarna abu-abu gelap yang terlihat mengerikan. Pria yang menyebut dirinya letnan Fendy itu mempunyai rambut blonde dan hampir mendekati warna putih, maka dari itu aku sadar bahwa kita sudah dibodohi dan masuk ke dalam perangkap mereka" imbuh nya lagi tanpa melihat ke arah ku.

"Jadi kita harus segera keluar sebelum mereka sadar bahwa kita sedang bersembunyi disini" tambah Alan.

Aku meraba-raba dinding mencari saklar lampu "apa disini tidak ada sak--"

Namun lampu pun hidup, dan cahaya langsung memenuhi ruangan, ternyata Alan yang berhasil menemukan saklar lampu, seperti ia sudah hapal betul tempat ini.

"Akhirnya, entah kenapa aku merasa pengap jika terus-terusan berada di dalam ruangan gelap" ujar ku asal dan mencoba mencairkan suasana.

"Kita berada di ruangan kontrol, dimana cctv di seluruh ruangan terlihat melalui monitor besar ini"

LOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang