PAGI hari di hari minggu, Maureen sudah berharap dan membayangkan bahwa di hari minggu ini ia akan bersantai-santai dikamarnya untuk membaca novel atau menulis di blog-nya. Namun harapannya itu sirna, ketika Bunda mengetuk-ngetuk pintu kamarnya dan berteriak bahwa ada Kevan di bawah.Masih dengan keterkejutannya, Maureen terdiam dengan wajah cengo. Mau apa pria itu di pagi-pagi buta ini ke rumahnya? Perasaan Maureen tidak ada urusan apapun dengan Kevan.
"Maureen! Kamu denger Bunda gak? Buka pintunya dan bangun. Kevano udah dibawah."
Maureen mengerang kesal, ia beranjak dari kasurnya lalu berjalan menuju pintu sambil menghentak-hentakkan kakinya. "Ada apa sih Bun? Males tau gak!"
"Yaampun anak perawan jam segini belom mandi? Ck! Cepetan sana mandi, Kevan ngajak CFD tuh."
Maureen mendengus kesal. Lalu ia menggeleng. "Gak mau ah. Usir aja dia mah."
Bunda langsung melotot tajam. "Siapa yang ngajarin kayak gitu? Bunda gak ngajarin loh. Cepetan mandi, siap-siap!"
Maureen mencebikkan bibirnya kesal. "Iyaaa!! Iyaaa!!"
Senyuman Bunda mengembang. "Yaudah sana, kamu mandi yang bersih jangan mandi bebek. Habis itu dandan yang cantik."
Maureen membalikkan badannya, lalu berjalan menuju kamar mandi kamarnya sambil menggerutu kesal. "CFD aja mesti dandan segala! Ribet banget sih tuh emak-emak."
"Maureen! Bunda denger loh!" Kemudian terdengar pintu kamar mandi ditutup secara kencang oleh Maureen. "Maureen pelan-pelan, nanti pintunya rusak!!"
***
Beberapa puluh menit kemudian, Maureen sudah rapi dengan pakaian santainya, yaitu training selutut berwarna hitam serta baju panjang berwarna putih. Rambutnya sengaja ia ikat tinggi-tinggi, dengan polesan make up se-natural mungkin. Kemudian Maureen melangkah menuruni tangga rumahnya dengan wajah cemberut. Ia kesal, hari liburnya untuk hibernasi di kamar ternyata diganggu oleh orang yang memang tidak penting sama sekali.
Sesampainya di ruang tamu, ia melihat Kevan sedang mengobrol bersama Ayah-nya sambil tertawa lepas. Maureen mendengus, lalu ia berjalan menghampiri kedua pria itu dengan wajah masam.
"Yah, aku minta uang dong," ucap Maureen sambil menyalimi tangan sang Ayah.
"Berapa?" tanya Ayah.
"Berapa aja boleh, buat jajan."
Kevan langsung menahan tangan Ayah Ashraf, ketika beliau hendak merogoh uang disakunya. "Gak usah yah, saya juga bawa uang. Kan saya yang ngajak Maureen."
"Tapi--"
"Udah yah, biar saya aja yang bayar kalo Maureen butuh apa-apa."
Ayah Ashraf tersenyum. "Yaudah deh, tapi bener kamu ada uangnya?"
"Serius yah, ada."
Maureen menatap Kevan cengo, lalu ia melihat pria itu menyalimi tangan sang Ayah sambil tersenyum sopan.
"Mari yah, kita jalan dulu. Nanti keburu siang, jalanan macet."
"Iya, kalian hati-hati ya?"
Ayah mengantar keduanya sampai depan rumah. Sambil berkomat-kamit menggerutu, Maureen berjalan mengikuti Kevan menuju mobil pria itu yang terparkir di garasi rumah. Setelah itu keduanya masuk ke dalam mobil, lalu Kevan melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata melewati gerbang rumah Maureen.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAUREEN-NO
Genç Kurgu"Janganlah mencintai sesuatu dengan berlebihan, bisa jadi kamu akan membencinya di kemudian hari. Dan bencilah sesuatu dengan sewajarnya, bukan tidak mungkin esok hari kamu akan mencintainya. Percayalah, cinta dan benci itu beda tipis." Maure...