SETELAH upacara bendera yang wajib dilaksanakan hari senin telah bubar, Maureen bersama ketiga sahabatnya berjalan menuju kelas mereka yang ada di lantai tiga. Ketika mereka hendak berbelok menuju tangga, tiba-tiba seorang gadis menahan langkah Maureen, membuat Tamara langsung mendengus keras sembari memutar bola matanya."Maureen," ucap gadis itu--Anindita--dengan wajah datar.
"Ya?"
"Gue mau ngomong sesuatu sama lo, boleh?"
"Ngomong apa sih? Disini aja cepetan! Maureen mau ke kelas!" sahut Tamara sinis.
Anindita langsung menatap Tamara dengan tatapan tak kalah sinis juga. "Diem! Gue ngomong sama Maureen, bukan sama lo!"
Tamara hanya memutar bola matanya dengan bibir mencebik.
"Gimana? Lo bisa?" tanya Anindita.
"Hmm okay. Dimana?" tanya Maureen balik.
"Di perpustakaan."
Maureen mengangguk, lalu ia pun menatap ketiga sahabatnya. "Girls, gue ikut Anin dulu ya, kalian duluan aja."
"Kalo di apa-apain hubungin kita," ucap Tamara.
Nayla langsung menyenggol tangan Tamara. "Yaudah Reen kita duluan ya, nanti kalo masuk gue telpon."
Maureen mengacungkan jari jempolnya lalu melangkah mengikuti Anindita dari belakang menuju perpustakaan sekolah. Sesampainya disana, Anindita memilih sebuah bangku paling pojok yang jarang ditempati oleh siswa dan siswi pengunjung perpustakaan.
"Ngomong apa?" tanya Maureen.
"Gue mau tanya sama lo." Anindita menatap Maureen intens. "Apa lo ada hubungan sama Kevano?"
"Ada," jawab Maureen santai, dan itu membuat Anindita terkejut bukan main.
"Yang bener?"
"Iya. Hubungan sebagai temen ribut."
Anindita berdecak. "Maksud gue, lo ada hubungan lebih sama Kevan?"
"Kenapa lo nanya gitu? Lo kan udah gak ada hubungan lagi sama dia."
"Iya, gue kan cuma nanya."
"Lagian juga kan, kalo lo cemburu, kenapa mesti cemburu? Penyebab lo putus kan karena lo yang selingkuh," kata Maureen sinis. Maureen juga tak mengerti mengapa ia bisa sinis terhadap sahabatnya sendiri.
"Lo tau Reen, gue nyesel udah selingkuhin Kevan."
"Nyesel? Terus apa kabar sama Kak Ghandi? Bukannya lo bahagia sama dia?"
Anindita menggelengkan kepalanya dengan mata berkaca-kaca. "Gue enggak bahagia. Sekarang gue tau, Kak Ghandi itu gak sebaik yang gue pikirkan. Gue nyesel Reen, gue nyesel udah sia-sia in Kevan, gue pengen balikan sama dia."
"Hah? Pengen balikan? Apa lo gak mikir? Kevan udah terlanjur kecewa tau gak sama lo!" Maureen menundingkan telunjuknya di depan wajah Anindita.
"Terus gue mesti ngapain?"
"Ya itu sih resiko lo, lo yang perbuat dan lo yang harus tanggung sendiri akibatnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
MAUREEN-NO
Teen Fiction"Janganlah mencintai sesuatu dengan berlebihan, bisa jadi kamu akan membencinya di kemudian hari. Dan bencilah sesuatu dengan sewajarnya, bukan tidak mungkin esok hari kamu akan mencintainya. Percayalah, cinta dan benci itu beda tipis." Maure...