PINTU sebuah kamar berwarna putih terbuka lebar, menampakkan seorang gadis cantik berseragam putih abu-abu dengan rambut yang diikat kuncir kuda. Kemudian gadis cantik ini pun berjalan menuruni tangga rumah menuju ruang makan untuk sarapan pagi. Sesampainya di ruang makan, ia melihat sebuah notes berwarna kuning di meja makan. Dahinya mengerut dan ia pun membaca notes tersebut.Kakak, adek, Bunda sama Ayah udah berangkat. Maaf ya sayang hari ini gak bisa sarapan bareng. Bunda ada pergelaran busana di Bandung. Kalian jangan lupa sarapan ya. -Bunda
Gadis ini tersenyum lalu meletakkan kembali notes tersebut ke meja, kemudian ia pun duduk sambil memainkan ponsel menunggu assisten rumah tangganya selesai masak menu sarapan untuk dirinya dan adiknya.
Maureen Adriani Edzrin, adalah nama lengkap gadis cantik dan manis ini. Dia adalah putri sulung dari pernikahan seorang pribumi dan warga negara asing. Bundanya, Rani Adriana berasal dari Bandung-Indonesia. Sementara Ayahnya, Ashraf Edzrin berasal dari Instanbul-Turki. Kedua orang tuanya menikah sekitar delapan belas tahun lalu di Bandung, dan sudah memiliki dua putri cantik, yaitu dirinya yang kini berusia 17 tahun serta adik satu-satunya yang kini berusia 14 tahun. Maureen tinggal dan besar di Jakarta, bukan di Bandung ataupun di Instabul. Karena memang perusahaan Ayah dan Bundanya terletak di Jakarta. Namun terkadang jika liburan semester ataupun liburan lebaran, Maureen dan sekeluarga berlibur ke Bandung untuk menjenguk Oma dan Opa, atau juga bergantian berlibur ke Instanbul untuk menjenguk kakek dan nenek mereka disana.
"Non!! Yee main hape mulu!"
Maureen yang sedang membuka feed instagram di ponselnya langsung mendongak. Ia mendapati Teh Sena-- asisten rumah tangganya--sedang menaruh dua piring berisi nasi dan lauk pauk berupa sop ayam ke meja makan. "Silahkan Non, makan yang banyak biar gemuk."
"Makasih ya teh," balasnya seraya tersenyum.
Teh Sena mengangguk dan membalas senyuman Maureen. Lalu berlalu menuju dapur untuk melanjutkan kegiatan masaknya lagi. Tak lama setelah itu, terlihat Maura yang sudah rapi dengan seragam putih birunya berjalan menuju meja makan. Gadis itu tersenyum lebar, lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan Maureen. "Good morning my sist!!"
"Good morning too," balas Maureen dengan senyuman tak kalah lebar.
"Bunda sama Ayah kemana?" tanya Maura sambil menyuapkan satu sendok nasi goreng ke mulutnya.
"Udah berangkat, ada pergelaran busana di Bandung."
Maura langsung merajuk dengan bibir mengerucut kesal."Iiiihhhh!!! Masa Maura gak diajak sih!"
"Maura, kamu kan sekolah. Sekolah lebih penting dari pada kamu berfoya-foya."
Maura terdiam sejenak, kemudian merengek kembali.. "Tapiii Maura kan pengen oleh-oleh khas Bandung kaak..."
"Entar juga dibawain lah." Maureen menyuapkan nasi di suapan terakhir. Dan melanjutkan ucapannya kembali. "Peyeum bandung sama kerupuk melarat."
Maura langsung mendelik kesal dibuatnya. Sementara Maureen tertawa terbahak-bahak.
****
"SELAMAT hari Valentine, baby!!!"
Suara itu membuat Maureen menengok, ia mendapati seorang pria berjalan ke arahnya--ralat bukan ke arahnya--- melainkan pada gadis cantik berkulit putih bersih dan berambut gelombang yang kini sedang berjalan di sampingnya.
"Terima kasih, selamat hari valentine juga Kev," balas gadis disampingnya ini. Dia adalah sahabatnya, Anindita Maharani. Gadis itu memang berpacaran dengan pria yang kini berjalan di samping Anindita. Pria itu bernama Kevano Aldian Husein, musuh bebuyutan Maureen yang selalu membuat Maureen kesal setengah mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAUREEN-NO
Teen Fiction"Janganlah mencintai sesuatu dengan berlebihan, bisa jadi kamu akan membencinya di kemudian hari. Dan bencilah sesuatu dengan sewajarnya, bukan tidak mungkin esok hari kamu akan mencintainya. Percayalah, cinta dan benci itu beda tipis." Maure...