Aneh

18 6 2
                                    


MAUREEN menjerit kegirangan ketika Tamara menyerahkan sepuluh masker Korea kepada Maureen setelah Maureen melapor bahwa ia telah memenuhi tantangan Tamara. Ia menciumi masker tersebut dengan wajah berseri-seri, karena tak menyangka Tamara benar-benar menyerahkan sepuluh masker berharga jutaan ini kepadanya.

"Aaaa makasih banyak Tamaraa!!! Ini bener nih? Lo ikhlas? Kan masker nya mahal."

"Tenang aja, gue udah jadi member kok. Jadi menurut gue harga segitu, ck! Kecil."

"Ini pakenya gimana?" tanya Maureen.

"Nanti kita pake masker-nya oke? Sebelum tidur."

Maureen mengangguk antusias. Malam ini Tamara memang menginap dirumahnya atas permintaan Maureen yang meminta Tamara untuk menginap. Dan Tamara pun menyetujuinya, toh dia juga tidak akan dimarahi Papa dan Mamanya jika menginap di rumah Maureen, karena memang hubungan kedua orang tuanya sudah sangat dekat dengan orang tua Maureen.

"Tadi lo belom cerita soal masalah Kevan."

Kemudian mengalirlah cerita mengenai kejadian dimana Maureen salah paham karena mengira Kevan akan bunuh diri di rooftop, dan itu membuat Tamara tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya. Lalu saat Maureen menceritakan masalah Kevan, Tamara langsung menghentikan tawanya dengan tangan terkepal emosi. Mungkin karena Tamara pernah merasakan hal yang sama dengan Kevan, pernah dikhianati kekasihnya dan juga ia sangat benci dengan Anindita sehingga Tamara terlihat emosi ketika mendengar cerita tersebut.

"Shit! Dasar cabe busuk! Gak pernah berubah tuh ya si Jablay!"

Tamara memang sangat membenci Anindita setengah mati sejak kejadian Tamara dikhianati oleh kekasihnya yang berselingkuh dengan Anindita. Dulu Tamara dan Anindita memang sahabat dekat, namun karena Anindita menusuknya dari belakang dengan mendekati Andrew--kekasih Tamara sampai saat ini--Tamara menjadi sangat begitu benci pada gadis itu. Apalagi jika bertemu, pasti keduanya akan perang mata, saling sindir dan bahkan saling mengumpat satu sama lain.

"Jangan gitu, dia kan sahabat kita Tam," tegur Maureen.

"What?! Sahabat?! Gue gak punya sahabat cabe-cabean kayak dia. Lo aja kali, gue enggak!"

Maureen hanya menghela nafas sambil tersenyum datar. "Tapi kenapa si Anin belom cerita ke gue tentang masalah nya ya?"

"Malu kali dia, sebagai seorang jablay munafik."

"Tamara..." tegur Maureen.

"Ya lagian gue kesel sama dia. Lo juga kan pernah dikhianatin sama dia, waktu lo lagi deket sama Zylan dia malah rebut Zylan dari lo."

Maureen terdiam dengan tatapan mata lurus ke depan ketika Tamara mengingatkan nama pria itu. "Tam please, gue gak mau denger lagi nama dia."

Tamara meringis. "Maaf ya reen, gue kebawa emosi nih gara-gara lo belain dia terus."

"Iya gak papa. Lain kali jangan sebut nama dia lagi, gue gak suka."

Tamara mengangguk. Lalu mengalihkan kesedihan Maureen yang mulai memikirkan pria itu. "Oh iyaa!!! Gimana kalo kita pake masker-nya sekarang? Udah malam nih."

Maureen mengangguk antusias. "Ayook!!"

*****

Dua hari kemudian, setelah memakai masker pemberian dari Tamara, wajah Maureen kini terlihat lebih cerah dan berseri-seri. Beberapa siswa yang biasanya mengacuhkannya, kini terlihat terpukau kala Maureen melewati mereka. Ditambah, kini rambut Maureen sengaja diurai tidak seperti biasanya yang selalu diikat kuncir kuda.

MAUREEN-NOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang