Janggal

27 8 9
                                    

Happy reading guys :)

•°•°•°•

"KALIAN tau gak? Dulu kalian itu kerjaannya beranteem terus. Tapi giliran udah akur, akuuur kayak anak kembar. Dan giliran dipisahin gak mau pisah, sampe nangis-nangis kejer," ucap Tante Elina ketika mereka sedang makan bersama.

Maureen hanya tersenyum kikuk. Lalu senyumannya luntur kala mendapati tatapan menyebalkan dari Kevan yang duduk dihadapannya. Maureen mendelik tajam ke arah Kevano, lantas kembali memperhatikan Tante Elina dan Bunda yang menceritakan kisah kecil Maureen dan Kevan.

Baik Maureen dan Kevan sebenarnya mereka tak menyangka, bahwa dulu mereka sempat berteman ketika masih kecil--karena orang tua keduanya adalah sepasang sahabat. Bahkan Maureen hampir shock bukan main ketika Tante Elina bilang, Maureen membuat panggilan kesayangan untuk Kevan, yaitu Vano. Sementara Kevan memanggil Maureen dengan sebutan Arin. Rasanya Maureen ingin menguburkan dirinya sendiri di rawa-rawa.

"Oh iya El, kamu inget gak? Yang aku cerita waktu Maureen sampe gak mau makan tiga hari dan dari situ punya penyakit magh karena Kevan ninggalin dia ke luar negeri? Kamu inget?" tanya Bunda pada Tante Elina.

"Iya aku inget. Aku sampe kasian sama Maureen. Andai Mas Albi gak ada kerjaan diluar negeri, pasti Kevan dan Maureen gak akan terpisah. Kevan juga waktu diluar negeri mogok bicara, sampe dia demam karena pengen ketemu Maureen. Sumpah banget Ran, aku pusing. Mana waktu itu Keyra baru aja lahir."

"Oh iya Keyra kemana?" tanya Bunda menanyakan adik perempuan Kevan.

"Dia lagi bimbel buat persiapan olimpiade."

"Wah Keyra pinter ya," puji Bunda.

"Alhamdulillah." Tante Elina tersenyum. "Oh iya balik lagi ke topik masa lalu anak-anak. Kamu ingat gak Kevan? Kamu kan dulu sempet bilang ke Bunda, kalo kamu ketemu Maureen, kamu bakal cium dia."

Sontak Maureen langsung menatap Kevan terkejut. Sama dengan Maureen, Kevan juga terkejut bukan main mendengarnya. Bahkan wajahnya merah padam karena ucapan Bunda yang mengingatkan masa lalunya.

"Kamu sempet bilang waktu di Amsterdam. Katanya kamu pengen jadi anak yang pinter biar cepet-cepet lulus Elementary School buat ketemu Maureen."

"Mi.." Kevan menegur Mami untuk menghentikan cerita masa lalunya.

"Nanti kalo ketemu pengen dicium, pengen bobo bareng lagi, pengen mandi bareng lagi."

"Astagfirullah," kata Maureen dan Kevan kompak.

"Ya itu kan dulu ya El. Sekarang kalian udah besar, gak boleh mandi bareng lagi kayak dulu," ucap Bunda.

"Ya enggak lah Bun, hih!" sergah Maureen kesal.

"Nah terus gimana kalian sekarang? Temen satu kelas kah?" tanya Tante Elina.

"Iya Mi, kami satu kelas."

"Loh kok Maureen jarang main kesini?"

Ingin Maureen menjawab 'Tidak ada urusan dengan Kevan' namun diurungkan karena dirasa tidak sopan. Jadi ia hanya membalas dengan gelengan kikuk.

"Sekarang sudah tahu Kevan itu Vano. Kamu sering-sering ya main disini. Main bareng, belajar bareng, pergi bareng, asal jangan mandi bareng dan tidur bareng aja. Hihihihi." Tante Elina dan Bunda tertawa cekikikan. Sementara Maureen dan Kevan tampak tegang tanpa eskpresi.

"Kevan juga, jangan sungkan main ke rumah Bunda. Kalo mau main, main aja ke rumah ya?"

"Iya Bunda."

MAUREEN-NOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang