Cak Comblang

22 7 0
                                    

Suasana gedung olahraga SMA Bangsa Jaya pada hari terakhir begitu riuh dengan sorak sorai penonton. Dan saat ini adalah pertandingan turnamen basket SMA Duta Bangsa melawan SMA Kartika. Namun yang menjadi alasan ramainya pertandingan tersebut adalah adanya seorang pria tampan dengan tubuh atletis dan tinggi yang memakai seragam basket SMA Duta Bangsa bernomor punggung 4.

Dan teriakkan yang di dominasi para siswi itu semakin kencang ketika pria bernomor punggung 4 itu memasukkan bola ke dalam ring dengan sempurna dari jarak yang cukup jauh.

"Kayak pernah liat tuh cogan, tapi dimana ya?" gumam Maureen sambil berusaha mengingat pria itu. Maureen merasa pernah melihatnya, namun ia lupa dimana ia bertemu dengan pria itu. Kemudian Maureen menggelengkan kepalanya. Mungkin itu hanya perasaan Maureen saja.

"Wahh ganteng banget ya!" seru Stefani heboh.

Maureen mengangguk menyetujui ucapan Stefani. "Iya ganteng banget. Keren lagi."

"Gantengan gue!" sahut Rionaldo sambil menyugar rambutnya dengan senyuman miring.

"Yeuh sipit! Lo mah beda jauh sama dia. Bagaikan langit dan bumi tau gak!"

Rionaldo hanya menjulurkan lidahnya ke arah Stefani.

Tiba-tiba pria bernomor 4 itu terjatuh dengan posisi duduk karena kepalanya terbentur bola basket, tepat saat waktu pertandingan telah habis. Pria itu memegangi kepalanya sambil meringis kesakitan. Maureen dengan sigap berlari ke tengah lapang sambil membawa kotak obat untuk memberikan pertolongan pertama pada pria itu.

Maureen ikut meringis saat melihat darah segar mengalir dari pelipis pria itu. Ia mengambil kapas serta alkohol dari kotak obat, lalu mengoleskannya pelan. Meskipun pelan, pria itu menjengit kaget karena merasakan sakit yang luar biasa akibat reaksi dari alkohol tersebut.

"Bisa berdiri gak?" tanya Maureen.

Pria itu mendongak. Dan tatapannya langsung terkunci dengan tatapan Maureen yang juga menatapnya khawatir. Pria itu tiba-tiba gugup, lalu mengangguk pelan. "Bisa." Kemudian pria itu berdiri sambil memegangi kepalanya.

Maureen melihat tubuh pria itu hampir oleng, ia dengan sigap membantunya dengan melingkarkan lengannya di tubuh tinggi dan tegap pria itu. "Biar saya bantu ya."

Pria itu menatap Maureen cukup lama. Kemudian mengangguk sambil tersenyum kecil. "Makasih ya."

"Iya sama-sama. Sudah menjadi kewajiban saya."

•°•°•°•°•°•

"Davino! Lo gak papa?" tanya Kevan heboh ketika Kevan melihat Davino yang sedang berbaring di ruang UKS.

Davino menggeleng pelan. "Gue gak papa."

"Kepala lo masih sakit?" tanya Kevan sambil melihat perban yang menempel di pelipis sahabatnya itu.

"Sedikit."

"Lo kok bisa jatuh gitu sih tadi? Untung sekolah lo menang Dav!"

"Gak tau Kev, kayaknya anak Kartika sengaja deh lemparin bola ke kepala gue. Soalnya gue kenal dia, dia kayak yang gak suka gitu ke gue."

"Gak profesional banget sih tuh orang!" kesal Kevan.

"Tapi gak papa. Gue beruntung juga, soalnya gue ditolong sama Maureen dan dia juga perhatian banget ke gue."

MAUREEN-NOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang