3. Kamu kesana ingin?

1.5K 314 112
                                    

Djakarta, Indonesia
17 September 1964

Setelah kejadian dimana Mawar berusaha untuk mengajak Jeffrey berbincang dengannya, pemuda itu merasa jika ia harus menjalin hubungan pertemanan pertamanya dengan orang pribumi.

Ia merasa Mawar adalah orang yang cocok untuk dijadikan teman berbincang karena wanita itu pandai dalam berbicara. Itu hanya kesan pertama yang Jeffrey tangkap saat kali keduanya bertemu dengan Mawar.

Jeffrey duduk dikursi meja belajarnya. Dengan keadaan buku-buku karya ilmiah serta sejarah bertumpuk disana. Setelah lulus menyandang gelar Sarjana Pendidikan, hal itu tak membuat Jeffrey harus berhenti belajar.

Karena ia tak bisa mengalahkan rasa penasarannya akan ilmu pengetahuan.

Merasa bosan dengan apa yang ia lakukan setiap harinya, akhirnya Jeffrey beranjak dari tempat duduknya. Lalu menuruni anak tangga satu-persatu dengan kaki jenjangnya menuju ruang keluarga.

Tengah hari seperti ini rasanya Jeffrey ingin berada diluar rumah. Ditambah cuaca sangat mendukung hanya untuk sekedar berkeliling menyegarkan pikiran.

"Ingin keliling?"

Jeffrey menatap Ibunya yang kini telah duduk disofa seberang setelah berurusan dengan urusan dapur bersama Ratih.

"Ik heb geen vrienden, hoe?" keluh Jeffrey dan sontak Ibunya tertawa geli melihat tingkah anak bujangnya ini.

( aku tak punya teman, bagaimana caranya? )

Ibunya, yang kerap disapa Lieka ini menatap hangat mata anaknya.

"Ga rond met Mawar en Laras. Zijn ze sinds gisteren niet je vrienden?"

( pergilah berkeliling bersama Laras dan Mawar. bukankah mereka sudah menjadi temanmu semenjak kemarin? )

Jeffrey diam. Ia hanya setuju pada satu orang nama yang sudah menjadi temannya semenjak kemarin. Bahkan Jeffrey belum berkenalan dengan Laras, berbicarapun masih canggung. Berbeda dengan Mawar. Hanya saja masih ada sedikit rasa kikuk dalam dirinya jika bertemu dengan gadis ayu itu.

"Oké, ik zeg eerst gedag." Jeffrey beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju teras rumahnya.

( baiklah, aku pamit ke depan dulu )

Secara tiba-tiba seseorang yang sedari tadi mengisi pikirannya muncul. Mawar tersenyum pada Jeffrey. Sedangkan Jeffrey memasang muka cengonya.

"Nyonya Lieka manggil aku, disuruh kesini. Kamu kenapa diluar?" tanya Mawar lalu berjalan menaiki beberapa anak tangga hingga akhirnya berdiri tepat didepan Jeffrey.

"A-aku, mau jemput kamu baru aja?" jawab Jeffrey susah payah menahan kegugupannya. Kenapa gadis ini datang secara tiba-tiba, sih?

Jeffrey belum menyiapkan diri. Tidak bisa mendadak seperti ini, ia akan gugup.

Nawar tersenyum mendengar penuturan Jeffrey yang bahasa Indonesia-nya masih belum betul fasih.

"Kamu kan gak tau rumah aku dimana, kenapa mau jemput aku?" pertanyaan Mawar sukses membuat kegugupan Jeffrey meningkat.

Pemuda itu bingung harus menjawab apa. Bahkan ia merutuki kebodohannya sendiri. Hingga akhirnya Lieka datang dan menyambut kedatangan Mawar.

Untuk sementara Jeffrey selamat. Terimakasih kepada Ibunya yang telah berbaik hati seperti malaikat datang mengalihkan perhatian Mawar. Walau hanya sementara.

"Mawar! Ayo masuk dulu," dengan keramahannya Lieka merangkul bahu Nawar layaknya sang Ibu menyambut kedatangan anak gadisnya setelah merantau jauh.

IroniㅣJaehyun, RosèTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang