Djakarta, Indonesia
23 September 1964Setelah bertemu dengan makhluk halus kemarin, Jeffrey terpaksa harus berbaring di bangsalnya setiap hari karena kesehatannya terganggu. Mawar belum tahu tentang kejadian ini. Ia sengaja tidak memberi tahu, supaya tidak membuat gadis itu cemas.
Namun sayang, Mawar di beri tahu oleh Laras. Dengan langkah tergesa-gesa, sembari membawa beberapa obat tradisional yang diyakini manjur untuk menstabilkan suhu tubuhㅡ Mawar datang ke kediaman van Leander.
Setelah izin dengan Lieka, Mawar memasuki kamar dimana tempat sang adam beristirahat. Gadis itu mendekati bangsal Jeffrey, dengan perasaan bersalahnya. Ia sudah mendengar ceritanya dari Lieka sendiriㅡ Ibu dari pemuda yang terbaring lemah di depannya.
Dengan hati-hati Mawar meletakkan barang bawaannya. Punggung tangan mulusnya ia tempelkan pada dahi lebar putra Van Leander tersebut.
Demamnya lumayan tinggi.
Mengingat Jeffrey sudah memakan sarapannya beberapa menit yang lalu, hal itu cukup mampu meminimalisir kecemasannya.
Dengan telaten Mawar meracik bahan-bahan obat untuk ia suguhi pada Jeffrey. Ia menuangkan rebusan campuran dari beberapa daun Basil dan bubuk lada. Karena air rebusan tersebut sudah ia rebus di rumah, jadi tak perlu menunggu lagi, dan sudah siap untuk di tenggak.
Mawar membangunkan Jeffrey dengan suaranya yang lembut. Menepuk-nepuk pelan pipi sang adam, hingga akhirnya terbangun dengan keadaan mata yang memerah.
"Mawar?"
Mawar tersenyun hangat. Matanya memancarkan rasa khawatir. Jeffrey terdiam. Merasa tak percaya jika Mawar yang kini sedang berada di kamarnya sembari tersenyum hangat adalah sebuah objek yang nyata.
"Di minun dulu ya, obatnya? Aku udah buat ini di rumah. Supaya cepat sembuh," ujar Mawar dengan nada khasnya yang lembut.
Lemas, Jeffrey menganggukkan kepalanya, menerima suguhan Mawar.
Perlahan Jeffrey berusaha untuk mendudukkan dirinya dan menyandar pada kepala bangsal, serta di alas oleh bantal agar tak merasa pegal.
Kemudian tangannya menerima gelas berisi rebusan obat tradisional tersebut dari tangan si gadis sedang duduk di samping bangsalnya.
Hangat.
Tenggorokan serta lambungnya terasa hangat saat cairan tersebut masuk melalui rongga mulutnya. Pait serta pedas terasa mengecap pada indra perasanya. Hingga bereaksi pada raut wajahnya yang memamerkan bentuk absurd.
Mawar terkekeh pelan melihatnya, "Berbaringlah." ucap Mawar. Lalu dengan pasrah Jeffrey membaringkan kembali badannya.
Setelahnya, Mawar merendam kain pada air cuka sari apel dan air dingin di dalam baskom. Kain tersebut ia peras, lalu ia tempelkan pada dahi sang pemuda.
Jeffrey diam, memejamkan matanya. Menikmati rangsangan dingin pada kulit. Sejurus kemudian, Mawar membelai surai coklatnya. Tak di pungkiri, Jeffrey merasa nyaman serta damai.
"Maaf," lirih Mawar. Terdengar seperti bisikan.
Kini Jeffrey tak mampu hanya sekedar untuk membuka netranya. Ada sesuatu yang memaksa agar menutup rapat kedua kelopak matanya. Begitu berat.
Entah karena belaian Mawar yang cukup mampu buatnya terbuai lalu terlelap.
oOo
"Sudah baikan?"
Jeffrey mengucek matanya. Memfokuskan bayang hingga mengumpulkan nyawanya setelah tertidur. Netra obsidiannya menangkap sebuah objek nyata, yang di yakini adalah Ibunya sendiri.
"Lumayan. Sudah berapa jam aku tidur, Bu?" Lieka mengambil kain yang tertempel pada dahi anak tunggalnya tersebut.
"Delapan jam. Beranjaklah, lalu bersihkan badanmu." ucap Lieka sembari membereskan tempat tidur Jeffrey.
Berarti sekarang sudah jam lima sore? Jeffrey terdiam. Teringat ia dengan mimpinya. Mawar merawatnya lalu membelai surainya dengan lembut.
"Mandilah. Mawar titip pesan dengan Ibu kamu harus berendam dengan air panas campuran air sari cuka yang ia bawakan untukmu. Oh ya, dia juga bilang agar kamu cepat sembuh." ujar sang Nyonya van Leander.
Jeffrey mematung. Berarti yang ia lihat bukan mimpi?
Hatinya menghangat. Tanpa sadar bibirnya membentuk sebuah kurva yang amat sangat indah jika di pandang.
oOo
Kini Mawar sudah berada di rumahnya. Berkumpul bersama sang abang dan sang Bapak di ruang keluarga. Di temani dengan manisan-manisan seperti sagu dan lain-lain.
"Jadi, semalam Sulawesi Selatan di mekarkan?" tanya Chandra pada Bapak yang sedang menegak kopi hitamnya.
"Iya. Hasil pemekarannya menjadi Sulawesi Tenggara," jawab Sunarto begitu santai, seakan ia sudah tahu banyak mengenai hal ini.
"Sudah resmi memang, Pak?" kini Mawar yang bertanya.
Dan Sunarto mengangguk. Sejurus kemudian lelaki paruh baya itu beranjak dari duduknya. Membuat atensi yang berada disana menatapnya heran.
"Bapak mau kemana?" tanya Chandra, saling tatap dengan sang adik.
"Ada urusan. Nanti bilangin sama ibumu ya. Bapak pergi dulu!" bayangan punggung Sunarto menghilang tepat pada perempatan jalan depan rumah mereka.
Lagi, Kakak beradik itu saling pandang. Merasa heran dengan sang Bapak. Karena tak biasanya ia merelakan jam berkumpulnya bersama anak-anak.
ooOoo
haii
gimana puasanya tadi? lancar?
mohon maaf yaa aku telat batu ngisi kuota 😭😭
huhuhu sudah mulai masuk konflik nih temen temen.
mohon kritik dan saran yaaa!
terimakasih 😭💓
KAMU SEDANG MEMBACA
IroniㅣJaehyun, Rosè
FanficCinta mereka ditentang oleh kodrat dan perbedaan. Akankah, Jeffrey dan Mawar bisa mempertahankan cinta mereka? Atau, kodrat lebih kuat dibandingkan cinta mereka? Jung Jaehyun × Rosè Park Cerita ini berlatarkan pada tahun 1964 ㅡ Alternatif Universal...