Side Story: Terapi Hari Pertama

72 2 0
                                    

"Masalah Ibu ini banyak banget sepertinya, bukan cuma masalah nyetir aja."
Aku terdiam dengan bola mata sedikit membesar. Padahal belum juga aku mengucapkan sepatah kata pun, dari mana Bapak ini tahu?

***

"Silakan masuk, Bu."
Kata Mbak Customer Service yang menyambutku ketika aku membuka pintu kantor Widi Mandiri pusat. Seperti biasa, aku tipe orang yang gak pernah nanya nama. Seiring waktu biasanya lama-lama aku tahu sendiri namanya tanpa perlu nanya ke orangnya, hihihi

Oya, aku diantar Gilang ke tempat ini. Sebab waktu pelaksanaan terapinya bertepatan jam habis belajar. Jadilah setelah pertemuan ketujuh aku langsung ke sini.

"Sebelumnya Ibu sudah menonton video YouTube Pak Widi?"
Aku mengangguk. Ada tiga video yang dikirimkan Mbak Nur, ketiganya sudah aku tonton.

"Nah, sebelum terapi, Ibu isi form ini dulu."
Mbak CS yang cantik itu menyodorkan selembar kertas berisi kolom. Kolom sebelah kiri, harus diisi ketakutan yang paling utama yang dialami saat belajar mobil. Kolom kedua, yang sebelah kanan, diisi perasaan yang terjadi ketika mengalami hal yang ditakutkan di kolom pertama tadi.

"Nah, yang nomor satu adalah hal, yang paling ditakutkan, Bu. Lanjut kolom sebelahnya diisi gimana perasaan Ibu saat mengalaminya. Lalu lanjut kolom-kolom di bawahnya."

"Hmm, apa, ya?" Ditanya begini aku langsung ngeblank, padahal sebenarnya banyak hal yg kutakutkan (boong banget kalau nggak ada). Tapi ... Ketenangan saat belajar itu karena ada Gilang yg mendampingi. Eaa....

"Kalau menurut Gilang, Ibu Emmy ini gimana? Apa kendala dia saat belajar menyetir?"
Lah, si Mbak malah nanya Gilang yg saat itu duduk di sampingnya.
"Yaa, masih belajar mobil," ujarnya tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya. Aku tahu banget dia lagi nge-game. Sebelas dua belas ma suamiku kalau udah berurusan dengan game, kagak bisa diganggu. Dasar cowok!

Aku ketawa aja mendengar jawaban Gilang.
Baiklaahh, aku isi sebisanya.
Nomor satu: takut saat gak didampingi instruktur.
Nomor dua: takut tanjakan curam dan turunan curam.
Nomor tiga: takut saat jalanan macet.
Dan sebagainya.
Tanpa sadar satu halaman sudah penuh.

"Nah, kalau sudah, silakan balik ke halaman sebelahnya."
"Waduh, masih ada, ya, Mbak? Kirain aku, cuma satu halaman."
"Malah kadangan ada yg sampai bolak-balik kertasnya, masih gak cukup lho, Bu."

Haha. Ya. Ya. Menyetir mobil yg gampang bagi supir ternyata menakutkan bagi banyak orang. Gak cuma aku kan, yaa. (Menghibur diri, nih, ceritanya)

"Sudah, Mbak." Bukan. Bukan aku yang bicara. Tapi seorang Ibu yang datang lebih dulu daripada aku.
"Ibu terapi kedua, ya, Bu?" tanya si Mbak CS.
Si Ibu menjawab iya.
Pantas saja dia lancar mengisi kolom. Sementara aku tersendat karena ... instrukturnya ada di depan mataku. Hadeuuhhh.

Setelah usai mengisi hingga 9 kolom, aku dan ibu-ibu tadi dipersilakan masuk.
"Ciyee, barengan ya?" ujar si Gilang. Tampaknya ibu di sebelahku ini juga muridnya Gilang, ya.

Kami memasuki ruangan yang berada agak di pojokan. Hanya terdapat dua kursi malas, satu kursi seperti kursi setir mobil dan satu kursi putar di dalamnya. Setelahnya Pak Widi masuk ke ruangan.

"Okay, Bu. Ini dengan Bu Kartini dan Bu Emmy. Bu Kartini terapi yang kedua sedangkan Bu Emmy terapi yang pertama, benar begitu, ya, Bu?"

Kami berdua mengiyakan Pak Widi.

"Kalau begitu, nanti Bu Emmy perhatikan dulu latihannya Bu Kartini. Tapi sudah nonton video YouTube-nya, kan?"
"Iya, sudah, Pak," jawabku.

"Okay, yang satu daftarnya sampai nomor 9, satunya lagi, wah, sampai nomor 9 juga, nih, gimana Bu Kartini? Ada perkembangan setelah terapi yg pertama?"

12 Hari di Balik Kemudi (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang