Extra Part: Sudah Bisa Unjuk Gigi?

47 2 0
                                    

"Masa nggak ada Gilang, jadi nggak bisa bawa mobil?" ujar sang instruktur sambil tertawa.

***

Bismillah. Ini pertama kalinya aku mencoba bawa mobil tanpa instruktur. Move on. Pelajaran sudah berakhir dua hari lalu. Dan kebetulan bertepatan dengan ultahku hari ini.

Aku yang sekarang sudah berbeda dengan aku yang kemarin. Harus kubuktikan hal itu. Hanya saja, rupanya aku belum mengantungi izin. Aku belum dipercaya untuk membawa kendaraan sendiri.

Untuk itu, makanya saat ini aku sudah berada di balik kemudi, tepat jam lima pagi.

Ayo, Em, kamu bisa, lagi-lagi aku menyemangati diri sendiri.
Perlahan kulajukan mobilku hingga keluar dari garasi. Kubawa mengelilingi kompleks perumahan secara perlahan. Tentu saja, aku harus berani. Kan situasi masih sepi.

Setelah satu putaran, kendaraan sudah kembali di depan garasi rumahku, lalu ....

"Yuk, jalan."
Lelaki paruh baya masuk dari pintu sebelah kiri setelah aku menghentikan mobil sejenak. Berkat beliau, aku jadi bertambah PD melajukan kendaraan ini.

"Kita ke mana, Pi?"
"Daerah Kemiling saja," jawab beliau singkat.

Begini, saudara-saudara. Tadi aku mengelilingi kompleks perumahan hanya untuk pemanasan saja. Maunya sih latihan ke jalan sekalian. Tapi hingga detik ini mana pernah, saya bawa mobil ke jalan: sendirian.

Iya, betul. Terserah kalian, dah, mau bilang apa. Kursus sudah usai dua hari lalu. SIM A lagi diurus. Trus apa lagi?

Jujur, sempat terbersit mau nyambung ambil kursus tambahan. Berhubung kata Gilang, sebenarnya aku gak perlu ambil juga, (dia menilaiku sudah baik), namun masih dilarang ibuku juga untuk bawa mobil sendiri, ya sudah, aku ambil jalan tengahnya. Lebih baik aku tambah sesi latihan sendiri. Tapi tetap dengan pendampingan.

"Kamu mau dianggap bisa, ya buktikan kalau kamu bisa."
Jadi terngiang lagi kata-kata suamiku, semalam, ketika pulang dari kerja, dan menemaniku keliling kompleks, belajar.

Iya, aku udah menceritakan semuanya pada suamiku. Bahwa aku sudah hampir bawa kendaraan ini namun dilarang oleh ibuku. Suamiku hanya mengibaskan tangannya lalu berkata, "sudah, nggak usah kau dengarkan. Kamu sendiri kan tahu, beliau memang orangnya seperti itu."

Aku senang dg dukungan penuh dari suamiku. Sayang sekali, karena dia bekerja jauh di Kabupaten sana dan kami memang sudah lama LDR, aku jadi tak bisa lama-lama minta didampinginya untuk melancarkan nyetir. Akhirnya, aku minta tolong, Bapaknya suamiku, yang kupanggil "Papi". Kebetulan juga rumah mertuaku tak jauh dari rumahku.

"Sudah. Sekarang ke gigi tiga."
What?
Selama belajar aku slalu stay di gigi dua, dan tidak pernah sekalipun ke gigi tiga. Aku paham sih, situasi jalanan juga sering macet. Lagipula memang aku diajarkan utk bisa bawa mobil sepelan mungkin. Baru nantinya insya Alloh bisa bawa mobil cepat.

Beberapa menit berlalu, dan aku belum juga menjalankan instruksi mertuaku.

"Lho, memangnya waktu belajar mobil, cuma gigi satu dua satu dua aja?" tanyanya heran karena aku masih stay di gigi dua.

"Hehe, iya, Pi." Akhirnya aku pun mengakui.

"Kalau jalanan rame sih nggak papa. Tapi ini jalanan sepi gini, kalau nggak gigi tiga bisa panas mesinnya."

Ya iyalah, jalanan masih sepi. Ini masih jam lima pagi. Huhuhu. Habis gimana? Aku belum pernah ke gigi tiga!

Huhuhu, padahal awalnya mau unjuk gigi, pengen menunjukkan hasil belajarku, malah jadi nggak PD deh.

"Apa abis kursus, yakin aku bisa bawa mobil sendiri?"
"Iyalah, harus dicoba! Kalau nggak dicoba, nggak akan tahu."
"Apa aku ambil kelas tambahan aja ya?"
"Nggak perlu! Mbak tu udah bisa bawa mobil. Ini buktinya mobilnya jalan."
"Ya, tapi kan, kamunya bantuin injekin kopling juga, tu."
"Nggak kok, Mbak. Gilang udah gak pernah bantuin lagi, kok. Ini Mbak yg jalanin mobilnya sendiri."
"Berarti, ini akan jadi hadiah ultah terindahku, dong? Aku pengen bawa mobil pas pertama kali kerja di hari ulang tahunku."
"Ya, bawalah mobilnya. Mbak pasti bisa!"

Terngiang percakapan demi percakapan antara aku dan sang instruktur tempo hari. Seharusnya today is the day. Hari ini bertepatan dengan ulang tahunku yg ke-35.

Semalam suamiku pulang, dan aku belajar muter-muter kompleks didampingi olehnya. Tadinya malahan aku disuruh belajar sendiri tanpa didampingi. Biar ibuku ngeliat bukti aku bisa bawa, kata suamiku.
Tapi, entahlah, kenapa skrg aku yg malah jadi gak PD lagi setelah pelajaran mengemudi usai.

Tadi sebelum berangkat kerja jam empat pagi, suami sempat mengecup keningku dan mengucapkan selamat ulang tahun. Seharusnya cukup sebagai tambahan energi utk hari ini.

"Sebentar, gantian dulu bawanya. Sudah mulai ramai."
Aku terkesiap dan menepis lamunanku. Kuturuti dan berpindah posisi ke kiri sementara mertuaku mengambil alih kemudi.

Jam sudah menunjukkan hampir jam enam. Tanpa terasa sudah lama juga aku berputar-putar di jalanan didampingi mertua.

Oya, pertama kali aku memberitahu beliau perihal kursus ini, tentu saja beliau sangat mendukung. Kalau boleh jujur, sebenarnya mertuaku sudah sangat lama mengharapkan aku kelak bisa bawa mobil dan nggak tergantung suamiku. Apalagi posisi masih LDR sama suami. Dasar akunya aja yg memang masih dipenuhi ketakutan waktu itu.

"Nah, bawalah pulang mobilnya."
Aku terkejut. Kupikir mertuaku yg akan membawa mobil pulang sampai ke rumah.

Baiklah. Aku mencoba lagi mengemudikan mobil ini. Saat memasuki gang sempit menuju kompleks perumahan tempat tinggalku, mobil hampir mengenai pagar dinding tetangga.

"Pelan-pelan." Mertuaku mengingatkan.
Kemudian kami melewati pos satpam dan mertuaku membuka kaca mobil.
"Sopir baru, nih," ujarnya sambil tersenyum pada oom satpam yg balas tertawa.

Haduuh, aku kan jadi malu, atuh. Tampaknya, hari ini aku belum jadi bawa mobil sendiri ke tempat kerja. Hadiah ultahnya pending dulu, deh.

12 Hari di Balik Kemudi (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang