Part 2

157 12 2
                                    

Hari pertama kuliah, Erwan Ramando Purba atau biasa di panggil Purba termenung di sudut ruang kelasnya yang masih sepi oleh mahasiswa, sesekali ia menghela nafas yang panjang mengingat dirinya yang benar-benar jauh dari keluarganya. Dalam renungannya Ia sadar akan banyak hal-hal baru yang akan ia temui dalam perjalanannya mencari ilmu, jadi butuh perjuangan agar bisa mencapai tujuannya.

Tak jauh dari pintu kelas, terlihat Angela Puspa Pranawingrum, gadis cantik pemilik senyum yang manis. Masih teringat jelas senyuman itu saat mereka bertemu dalam satu kelompok ospek.

"indah, senyum itu memang indah," Tulis Purba

Tiba-tiba Purba teringat dengan sahabat barunya Iqbal sejak dari tadi pagi ia tak terlihat, padahal ia sudah berjanji besok mau masuk kuliah bareng dengannya.

Iqbal merupakan sahabat Purba satu provinsi dengannya, ia dekat dengan Purba dan saling mengenal saat mereka bertemu di dalam pesawat, tak di sengaja ternyata kursi duduk Purba bersebelahan dengannya, iqbal anaknya terbuka gampang mencari teman saat itu menyapa Purba dan memperkenalkan dirinya, dari perkenalan itu rupanya mereka satu tujuan dan satu kampus bahkan mereka memutuskan untuk satu kost di jakarta, Purba sangat senang ternyata bisa berjumpa dengan Iqbal yang akan menemaninya berjuang di jakarta.

Purba keluar mencari iqbal, ia berlalu di depan Angela dan temanya Renata dan menyapanya dengan sedikit senyuman, Angela pun membalas senyuman itu.

"Angel, itu siapa ya" Tanya Renata

"Itu namanya Purba, ospek kemarin saya satu kelompok dengannya". Jawab Angela

"Ohh, Purba"

"Kenapa kamu nanya kayak gitu? Naksir ya" canda Renata

"Hmmm, mungkin wkwk!"

"Yaudah kita ngobrolnya di dalam kelas aja yuk". ajak Angela

"Ok"

Purba yang berlalu di depan Puspa melihat dari kejauhan Iqbal sedang masuk dalam Toilet dengan segera Purba menyusulnya.

"Apa kabarmu saudara" Purba menyapa di balik dinding toilet yang membatasi antara 2 toilet dengan logat sulawesinya.

"Kaukah itu Purba?"

"Iya, rupanya kamu tak setia"

"Haha apa maksudmu" Iqbal tertawa

"Kenapa kau menghilang dan tak memberiku kabar, padahal kau berjanji kita berangkat bareng, jahat kamu"

Iqbal tertawa terbahak-bahak mendengar candaan Purba, mereka keluar dari Toilet dan saling merangkul.

"Haha jadi begini sodara, tadi pagi itu saya punya urusan penting dan harus berangkat pagi banget, saya tidak enak membangunkan kamu yang sedang ngorok di tempat tidurmu"

"Heee ngorok, enak aja lu, kamu tu yang ngorok"

"Yaudah maafin aku"

"Ok tapi jangan di ulang lagi ya, aku sedih tak melihatmu ketika aku membuka mata haha"

"Sudah ihhh jijijk" Balas Iqbal

"Kamu di kelas mana"? Tanya Purba

"Ya kelas 207 lah kita kan beda jurusan"

"Hehe iya ya"

"Yaudah kayaknya kelas udah mau di mulai tu, sana belajar!"

"Ok saudara" balas Purba.

**

Selepas pelajaran, Purba duduk di depan perpustakaan sedang menunggu Iqbal sembari membaca buku, ia senang membaca buku pada waktu-waktu kosong seperti saat sekarang ini, beda dengan Iqbal yang paling anti dengan membaca buku baginya membaca buku itu malah mendzolimi otak. Katanya "capek", ya walaupun begitu ia anaknya asik untuk di ajak diskusi. Dari kejauhan Puspa nampaknya memperhatikan Erwan, ia melihat ada yang menarik dari Erwan tapi entah apa itu.

"jika dilihat tak ada yang spesial dari dirinya, ia tak begitu ganteng biasa aja" gumam Puspa. Tiba-tiba Purba menegok ke arahnya seketika membuatnya kaget,

"mampus gue"

tapi untung saja ternyata ia memanggil Iqbal yang ada di belakangnya.

"Gimana mau pulang ngga?" Panggil Purba

"Yaudah ayo".

Di tengah perjalanan pulang, suasana jalanan jakarta macet banget mobil bergerak sangat lambat, Purba tak senang dengan hal itu. Soalnya ia tak suka bau mobil di tambah dengan macet, ia serasa ingin mengeluarkan segala isi perutnya.

"Udah ahh besok-besok aku mau jalan aja, tobat". Gerutu Purba.

"Sabar Purba, kamu hanya perlu menyesuaikan diri"

"Hmm bagusan di sulawesi"

"Iya-iya"

Setelah beberapa jam di perjalanan, akhirnya sampai juga mereka di kostnya. Purba merebahkan tubunya dan tertidur sampai lupa untuk makan malam saking lelahnya di perjalanan.

Menemukanmu Di Titik TerendahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang