Takut Menduakan

86 11 0
                                    

" Engela, tau ngga Erwan di bawah kerumah sakit, katanya sesak nafas"

"seriusan bal, astaga kok bisa? di rumah sakit mana?" nafasnya memburu karena panik

"gue ngga tau juga detailnya, kata orang-orang waktu Erwan mau masuk ke kelas tiba-tiba aja ia mengeluh sesak nafas, dan minta di anterin kerumah sakit, nah gue juga ngga tau rumah sakit mana?"

"iya, gue yang ambilin tasnya tadi" sambung Ulfia

Ulfia cewek yang sedang dekat dengan Iqbal, ia juga merupakan sahabat Engela. Banyak isu tentang kedekatan mereka, tapi belum ada yang bisa membuktikan jika mereka pacaran, Iqbalpun demikian kalau di tanya mengenai hubungannya dengan Ulfia selalu dengan jawaban "hanya teman".

"Tapi Erwan ga kenapa- napa kan? kenapa telepon gue ga di angkat ya?

"Erwan ga apa-apa kok, jangan kawatir" jawab ulfia sambil menenangkan Engela yang sedang panik.

"Iqbal, tolong dong cari info tentang Erwan dirumah sakit mana? Pinta Engela 

"makanya tenang dulu jangan panik, nanti setelah kita kuliah kita jengukin Erwan, nanti gue kabarin lo kalau udah ada info tentang Erwan"

Sejak mendengar kabar Erwan yang masuk rumah sakit, Engela tak fokus lagi dalam belajar  wajahnya murung yang dipikirannya hanya ada Erwan, ia tak ingin jika terjadi sesuatu dengannya.

"Engela, Erwan katanya baik-baik aja udah ada di kosnya" bisik Ulfia

"Serius lo?, dapat info dari mana?" wajahnya seketika cerah

"serius, ini pesan dari Iqbal, katanya Erwan nge-hubungin dia tadi, trus bilangin lo jangan sampe tau kejadian ini, tapi karena menurut gue ini penting ya jadi gue kasi tau lo"

"makasih ya ulfia"

Selepas kuliah Engela mencoba menelpon Erwan untuk menayakan kondisinya, tapi Erwan tak mau menjawab telfon dari Engela, ia tak mau jika Engela kawatir secara diam-diam ia menghubungi Iqbal untuk tak mengijinkan Engela datang untuk menjenguknya.

"bal, telpon gue ngga di angkat, lo kan satu kos dengan Erwan, nanti kalo udah sampi di kos tolong Kabarin gue ya".

"Yaudah, nanti gue hubungin lo, tenang ya"

Engela menunggu kabar dari Iqbal, sejak pulang dari kampus ia belum mendapatkan pesan darinya padahal ia kawatir banget dengan kondisi Erwan, ia harus beberapa kali mengecek ponselnya yang ada di atas meja belajarnya untuk memastikan ada pesan dari iqbal.

"ini udah tengah malam, iqbal juga ngga ngasih kabar padahal udah janji" kesal sambil menjatuhkan diri di tempat tidurnya. 

Di kantin kampus, Engela menikmati makan paginya dengan susana hati yang buruk, makanan yang ada di depannya hanya berkurang sedikit saja

"Lo kenapa? muka kok di tekuk gitu"? Ejek Ulfia

"hmm gue blom dapat kabar sama sekali dari Erwan" menampakkan wajah yang sedih

"jadi dari semalam lo ga tau kabar Erwan?"

"iya"

"Itu iqbal, coba tanyain" sambil nunjuk

"iqbal...!" panggil Engela 

Iqbal berbalik melihat kearah Engela

"Ada apa Engela?"

"Nanya lagi... katanya janji mau kasi tau kabar Erwan, tapi dari semalem gue nungguin malah ga ngasih kabar" sedikit kesal

"Ohh sorry sorry hehe, semalam gue ngantuk banget jadi ketiduran, tapi Erwan baik-baik aja kok, ia cuma butuh istirahat dan ga boleh diganggu dulu"

"Maaf Engela, gue udah bohong sebenarnya kondisi Erwan semalam memburuk tapi Erwan mencegah gue untuk ngasi tau lo" ucap dalam hati

"Syukurlah kalo baik-baik aja"

"Itu dimakan, jangan sampai kamu sakit juga, entar Erwannya tambah repot" nunjuk makanan yang dari tadi udah di pesen sama Engela

"Hehe iya" jawab Engela

*****

Ini adalah hari ke 4 Erwan tak masuk kuliah, ia tak mendengar lagi kabarnya seolah ia menghilang begitu saja, hingga Engela kesal ia merasa ada yang aneh dengannya, sama dengan Erwan Iqbalpun demikian ia tak pernah memberi kabar yang pasti tentang Erwan ia tak menggubris pertanyaan dari Engela ia seperti menyembunyikan sesuatu, Engela yang sudah tak tahan dengan kondisi seperti itu memutuskan untuk memblokir seluruh kontak Erwan.

Dilain sisi Erwan yang sedang terbaring di kamarnya seperti orang gila, menangis menyalahkan diri sendiri dan di penuhi dengan kecemasan. Iqbal juga bingung terhadap perilaku Erwan, ia tak tega melihatnya seperti itu.

"lo kenapa?" tanya iqbal

Erwan hanya menangis dan berteriak seperti orang gila

"maafkan aku, aku tak bermaksud menduakanmu Tuhan"

"lo kenapa? Bilang sama gue, kenapa?"

"Tuhan marah saya takut"

Iqbal mencoba menenangkan Erwan, ia menepuk-nepuk bahunya pelan, hingga menurutnya sudah jauh lebih tenang daripada tadi.

"lo kenapa bro, cerita dulu pelan-pelan sama gue, dari kemaren lo uring-uringan terus, kuliah lo berantakan, makan lo berantakan, bukan Cuma engela yang khawatir, sebagai temen lo, gue juga khawatir, lo kenapa? Cerita sama gue"

"saya takut Tuhan murka sama saya Bal, karena saya merasa menduakannya dengan Engela, saya bingung, tak mengerti dengan perasaanku, saya cinta pada engela, tapi saya takut Tuhan murka karena saya terlalu mencintai makhluk-Nya daripada nya, saya takut Bal, saya takut." Dengan isak tangis yang keras.

"Tenang dulu wan, jangan takut bisa jadi ini jalan kamu menuju Tuhan dan jangan merasa seolah-olah kamu di laknat Tuhan padahal kenyataanya kamu yang terlalu berlebihan, bukankah kamu tahu bahwa wanita itu adalah manifestasi keindahan Tuhan.

Bukannya berhenti menagis, Erwan malah menjadi-jadi, iqbal akhirnya memutuskan membawa Erwan keluar untuk menghilangkan beban pikiran "ini anak kalo gua ngga bawa keluar bahaya bisa gila" gumam Iqbal

"daripada lo pusing, mending kita keluar deh cari angin segar"

"iya bal bawa aku" memohon dengan isak tangis

Iqbal membawa Erwan untuk menikmati angin segar, di tempat yang menurutnya cocok untuk menghilangkan beban pikiran, angin berhembus dengan lembut membawa perasaan Erwan menjadi lebih sedikit tenang.

"makasih yah Iqbal kamu udah bawa saya ke tempat ini" dengan wajah senang setengah lesu.

"ngga apa-apa santai, itu gunanya teman"

Erwan tersenyum.

"Iqbal tolong pertemukan aku dengan Engela, aku ingin nyampein sesuatu hal....

Ditunggu ya next episode nya :)

Menemukanmu Di Titik TerendahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang