Bertemu denganmu adalah takdir
Menjadi temanmu adalah pilihan
Tapi jatuh cinta denganmu itu diluar kemampuanku~~~
Kalau boleh jujur aku pun tak tau apa yang sedang aku rasa, muncul rasa tidak yakin dengan perasaanku sendiri. Bagaimana? Apakah aku harus menceritakan nya pada Devan dan Rara. Aku tak yakin jika harus menceritakan nya pada Rara karena Rara tau betul bagaimana aku tak menyukai karakter Afdhol, namun semua ekspetasi ku tentang Afdhol yang tak mungkin bisa menyatakan cinta pada seorang wanita, semua salah. Pada nyatanya ia mampu mengatakannya padaku.
Mungkin aku menceritakan nya pada Devan saja. Dan Rara, seiring berjalan nya waktu dia akan mengetahuinya juga.
Aku mengambil handphone yang ada di saku bajuku, dan mulai mencari kontak Devan. Dengan ragu aku memberanikan diri menelpon Devan untuk menceritakan semua yang terjadi antara aku dan Afdhol.
"Assalamualaikum Van."
"Waalaikumussalam Han, ada apa?"
"Se-se-sebenarnya ada yang mau aku ceritakan ke kamu."gagapku.
"Hm, tentang apa Han?"
"Hmm ha tentang."
"Kamu kok ragu gitu, yauda nanti sore aku kerumah kamu aja biar jelas ceritanya."jelas Devan yang memutuskan untuk datang kerumahku mendengarkam cerita ku secara langsung dari pada mendengar nya dari telpon.
"Oohh gitu yaudah Assalamualaikum Van."ucapku.
"Waalaikumussalam."jawabnya terdengar dari seberang sana.
🌎🌏🌏
Aku duduk dan memeluk bantal sofa dengan wajah ragu, Devan duduk di sofa yang berseberangan oleh meja dari sofa yang kududuki tampak memperhatikanku dengan heran. Ia yang sedang memainkan handphonenya itu pun, memberhentikan kegiatan nya dan meletakkan handphone nya diatas meja dan mulai mengajakku mengobrol.
Devan menatapku dengan tatapan heran. "Hei! Kamu kenapa sih ada apa?"tanyanya.
Ingin menjawab pertanyaan Devan pun lidah ku terasa kaku, tak bisa bicara. Astaghfirullah, aku hanya ingin menceritakan tentang apa yang terjadi antara aku dan Afdhol, kok udah seperti mau diinterogasi karena udah melakukan tindakan kriminal saja.
Dia melambaikan tangan nya didepan wajahku "Hei! Hei! Kok jadi ngelamun, sih?"tanyanya.
Aku bangkit dari tempat dudukku "Hmm Van bentar,ya Van."Aku tak sanggup menahan rasa gugupku. Devan hanya bergeleng-geleng kepala melihat kelakuanku ya, mungkin didalam hatinya penuh rasa penasaran apa yang akan kuceritakan.
Setelah dari kamar mandi aku memberi handphoneku pada Devan yang disambut tatapan heran olehnya. Namun, Devan langsung paham dan membuka room chat teratas dari WhatsApp yang tak lain tak bukan adalah chat antara aku dan Afdhol.
Aku gugup setengah mati. Bisa habis aku dibuat Devan. Aku menunduk dalam memainkan jariku. Selang beberapa menit Devan berdeham, aku mengangkat wajahku.
"Yakin sama Afdhol?"tanya Devan tak percaya. Baru aku ingin menjawab dia sudah memotongnya terlebih dahulu. "Yang naksir sama dia banyak! Yakin kuat? Kuat ngadepin fans fanatiknya?!"
Aku terkejut, baru kali ini Devan membentakku ralat memarahiku. "Devan kok bisa gini ya?"batinku.
Aku tergagu. "Ya-ya kan a-aku ga-gak tau."
"Gak tau apanya? Udah terkenal dia itu banyak fansnya dan yakin bakal kuat? Sekali lagi saya tanya ya, Han?"serang Devan.
Aku diam menunduk tak berani menjawab. "Jawab saya! Khadijah Asiyah Rihani Az-Zahra!"bentak Devan lagi. Baru kali ini ia terlihat berapi-api saat bicara denganku.
Aku terdiam dan menangis dalam diamku. Aku benar-benar tidak bisa berkata. Sampai akhirnya suara Devan kembali terdengar. "Sampai kapanpun saya gak rela kamu sama Afdhol."
Perlahan aku menjawab. "Jadi harus bagaimana? Aku juga bingung dengan perasaanku."lirihku.
Devan menghela nafasnya. "Udahlah, terserah aja. Semoga Afdhol gak main-main."
Aku menatapnya sendu.
"Dan kalau itu pilihan kamu, yasudah aku nggak punya hak untuk melarang, tapi jika ia menyakiti hatimu aku nggak bakal bisa diam dan awas saja dia."jelas Devan.
Aku memutar bola mataku "Kalau berani."gumamku.
"Apa kamu bilang Han?"
Aku menggeleng, lalu membaringkan tubuh di sofa dan menutup wajahku dengan kedua tanganku.
Devan melemparkan bantal sofa kearahku. "Udah la, bisa jadi galau gitu."godanya.
Spontan aku langsung bangkit dari posisi ku yang sedang tiduran jadi duduk kembali dan melemparkan bantal sofa balik ke arah nya."Van, aku tu bingung gimana bisa dia bilang suka ke aku, dan baru diawal gini saja semua pernyataan kamu tentang dia ke aku itu udah buat aku hambar,takut ya walaupun aku masih bingung dengan perasaanku kedia."tegasku.
Devan menghela nafas panjang dan menggaruk kepala nya yang sama sekali tak gatal."Yaudah nggak usah kamu pikirin kali jalanin aja dulu Han."ucapnya menenangkanku.
Aku hanya mengangguk, dan tersenyum terpaksa kearahnya.
"Oiya Han aku lupa,kalau aku mau nyiapin barang barang buat ospek dua hari lagi, aku pamit pulang dulu ya Han."
"Ha, udah mau ospek? kok cepet banget?"heranku.
"Iya, emang agak lebih cepet masuk nya Han."
"Ohhh."
Devan berdiri dan memberesi bantal sofa yang diserakkan nya. "Hati-hati Han pasti Afdhol bakal banyak kenal cewek-cewek baru dia dikampus nanti."
Aku menatap nya dengan tatapan sinis. "Yauda, pulang-pulang sana nggak usah buat tambah pikiran ya."aku mendorong nya kearah pintu, dan Devan hanya tertawa geli melihat reaksiku.
Sampai didepan pintu, ia menggeser badanku dan ia kembali lagi masuk kedalam rumah. Aku hanya menunggu nya didepan pintu, tidak mengikuti nya lagi masuk kedalam rumah.
"Aku pamitan dulu la sama Mamamu."katanya.
Aku hanya menaikkan alisku, serasa malas untuk mengeluarkan suara lagi.
"Yauda, aku pulang dulu."pamitnya.
"Iya, hati hati."sahutku.
"Assalamualaikum."ucapnya.
"Waalaikumussalam."jawabku yang terus melihatnya menaiki motornya dan beranjak pulang sampai ia tak terlihat lagi.
***
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Jangan lupa vote-comment readers ♥️
Jazakallah Khairan 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta Dari Allah
SpiritualTeruntuk kamu! Calon imam yang kusemogakan. Idzaa ahabbaka milyumi syakhnshin fa'ana minhum , wa idzza ahabbaka syakhsun waahidun fahuwa ana , wa idzaa lam yuhibbuka ahadun fa'lam annii mittu. Jika sejuta orang mencintaimu,aku salah satunya .... Jik...