11

38 5 0
                                    

N : kau bermain dibelakangku kan...(teriaknya disusul dengan hantaman keras pada kursi disamping sang lelaki)
U : apa kata mu.. kau yang memainkan ku wanita jalang
N : aku tidak pernah memainkan mu,, kau yang melakukan itu lebih dulu bangsat
U : diaaam... (menghantam meja)
N : yaaak kau gilaaaa.... (menampar kuat sang lelaki)
U : kau menampar ku (mencengkram tangan itu dan mendorong kuat hingga tubuhnya terbanting kesudut meja)
N : aaahhkk...
Lelaki itu beranjak menuju kamar dan mengeluarkan semua bajunya.
N : mau kemana kau...
U : ...
N : yaaak... kau mau kabur....  yaaaak (pekiknya)
U : .... (berjalan lurus membawa koper besar menuju pintu depan).

Langit di sore itu menghitam seperti akan runtuh menimpa bumi, sesekali angin menyadarkannya dari lamunan, sudah 7 hari dia melakukan hal ini di atap apartemennya, sesekali berjalan ketepi melihat suasana jalan di bawah sana dan bertanya “apa meloncat kesana aku akan mati?”. Lontaran pertanyaan ini sudah sangat sering ia ucapkan. Dia kembali berjalan menyusuri tangga dan kembali ke apartemennya.
U : noona udah pulang...(berlari kedepan pintu)
N : aaah uujiiiin (menangis sesegukan memeluk nya erat)
U : loh kok nangis...
N : kamu kemana aja,,,
U : aku selalu disini menunggu noona
N : benarkah....?
U : (manggut-manggut) noona udah makan..?
N : (menggeleng)
U : ujin tadi beliin noona chicken.. makan yuk (menarik tangan itu) duduklah... (memegang bahu sang gadis pelan).
N : kapan kamu pulang...?
U : pulang? ujin ga kemana-mana kok.. noona  yang keluar mulu.... keluarnya lama lagi
N : aahh benarkah.... (bingung)
U : ayo dimakan (mengambil satu potong dan memberikannya pada sang gadis)
N : makasii (tersenyum lega)

Suasana makan hening itu berlangsung cukup lama. Sampai suara berat itu bertanya
U : kenapa hanya duduk diatas sana ? (melirik tajam pada sang gadis dengan sedikit sunggingan bibir)
N : diatas ... ? (bingung)
U : kenapa tidak kau coba meloncat... ?
N : meloncat... ? (matanya membulat, bergetar hebat melihat tatapan tajam dari sang lelaki)
U : besok meloncat lah,,,

"meloncatlah" (bisikan menusuk telinga) tubuhnya terperanjat hebat dan  tersadar dari tidurnya di meja makan.. “ ujiiiin,,” mata nya memindai seluruh sudut ruangan tapi tak ada wujud dari si pemilik nama. Kakinya berlari ke semua ruangan dan memang benar lelaki itu tidak ada.
“huuu hu huu huu😭... ujiiiin... ujiiiiin” tangisnya pecah lagi dimalam itu.

Gadis itu kembali kekamarnya. Membaringkan tubuh dan meregang sedikit lalu mengambil posisi miring menghadap jendela seiring dengan matanya yang menutup.
“hahahah” tubuh itu menggeliat “yaaak diam lah”
U : noona.... hahahahah
N : ( membuka matanya) u ujin...
U : jangan tidur
N : kamu dari mana... ?
U : aku selalu disini
N : tidak,,, tadi kamu tidak disini
U : aku disini,,,,
N : jangan pergi lagi
U : aku tidak pernah pergi
N : tapi tadi...
U :....
N : ujiiin...
U : mau coba sekarang.. ? (senyum)
N : coba... ? (bingung)
U : ayook coba sekarang (menarik tangannya kasar membawa gadis itu tepat berdiri di depan jendela)
N : ada apa... ?
U : hahahah (menunjuk ke keluar jendela)
N : ada apa di sana... ?
U : meloncat lah... (ekspresi datarnya mengerikan)
N : ti tidak... (melangkah mundur menjauh dari sang lelaki yang masih menatapnya)
U : .......
hening dan sekilas lelaki itu tak menampakkan wujudnya lagi,, mata bulat itu mengedar pandangannya mencari Keberadaan  lelaki itu..
U : mencari ku... (muncul di balik punggung sang gadis)
N : aaaaaa,,,, (pekik nya dan langsung berbalik)
U : aahhh berisik..
N : (badannya bergetar, mendengar teriakan si lekaki)
U : (menatapnya diam)
N : (melangkah mundur lagi dan terus didesak oleh langkah maju sang lelaki sampai akhirnya badan itu menghatam pinggiran jendela)
U : meloncatlah...
N : kenapa... kenapa aku harus meloncat... ? (teriaknya)
U : hahahahah... (tawa itu benar-benar mengaum)
N : ujin,,, kenapa... ? (tanyanya lirih)
U : (menyunggingkan senyuman)
N : kenapa kau melakukan ini pada ku.....
U : kau yang melakukan ini pada ku.. meloncatlaaaah (teriaknya)
N : tidak... tidaaaaaaak...(tangan besar itu mendorongnya kuat)
U : kau tau... aku masih hidup... aku masih hiduuup.. (teriaknya)
‘Braaaaak’ punggungnya menghantam mobil dibawah sana.. bibir itu tersenyum hingga menampakkan ginsulnya..

Flasback..
‘bugh’ satu pukulan benda tumpul hinggap di kepalanya
U : aauuughk (memegang kepala dan berbalik)
N : (melepas tongkat basebal) aah ujiiin... ujiiiin (badan si pemilik ginsul itu terkapar bersimbah darah) ujiin... ujiiiiiin... maafkan aku... maafkan akuuuu (menangis tersedu memeluk tubuh yang sudah tak sadarkan diri.
“bagaimana ini... apa dia mati.... bagaimana... bagaimana” bolak balik melangkah.
“hah hosh hah hosh” suara nafas kasarnya memenuhi ruangan yang sudah berbau anyir itu. Tangan kecilnya terus menarik tubuh si lelaki sampai kedepan jendela. Mata itu terbuka sangat lemah, dia merasakan tarikan pada tubuhnya dan melayang bersamaan salju dan tersadar “ada apa ini” ‘brraaaak’ punggungnya menghantam benda keras. “maafkan aku ujin... maafkan akuu” tangis nya pecah melihat tubuh itu terkapar dibawah sana.

Jangan lupa..  Pencet bintangnya yaa yeorobun 😍😍😘
사랑해요❤

(Halu) Park Woo JinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang