19. Part 2 ep.13

45 4 0
                                    

Mata merah itu masih menatap setiap gerak gerik penghuni apartemen dari balik jendela. "bagaimana cara membunuhmu" ucapnya sesekali meringis menunjukkan taringnya.

Sore itu langkahnya terhenti disebuah pemakaman yang sudah setengah tahun tidak ia kunjungi. "ibu,,, bagaimana kabar mu" menempelkan bunga pada lemari kaca itu
"maafkan aku sudah lama tidak mengunjungimu". Menatap foto disamping guci abu.
"apa ibu bahagia disana...?" tanyanya lagi dengan suara serak.
"aku akan membalaskan semua perbuatan mereka" kalimat itu terucap lagi.

Disebuah tempat yang jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota terdapat sebuah castil yang megah... "ayah... ayaaaaah... " melangkah kekamar utama.
'Braak' pintu itu didorongnya kasar.
J : ayaaaah.... (teriaknya)
A : .....
J : apa ayah akan diam saja setelah kejadian yang menimpa Ahrin..
A : ayah sudah pernah memperingatkan kalian kan...
J : aku tauuuuuu... tapi apa ayah akan diam saja seperti ini...
A : lalu apa yang harus ayah lakukan... ? (berbalik menanya dan menatap mata itu lamat)
J : beri tahu aku cara membunuhnya.... (menyeringai)
A : kamu tahu kalau darahnya mematikan bagi kaum murni seperti kita..
J : jadi apa dia bisa mati dengan cara yang mematikan kita
A : cara apa maksud mu.. ?
J : menusuk jantung dengan kayu..
A : kau pikir itu mudah,,, sudah lah biarkan Noona mu tenang.
J : ta tapi,,,
A : .....
J : dia ingin memusnah makhluk seperti kitaaa (teriaknya mengisi setiap sudut castil, berlalu meninggalkan sang ayah yang masih tertegun)
A : yaaaaak,,,, (teriaknya seimbang dengan teriakan Jihoon)

Kakinya berlari, terus berlari hingga mencapai kota dan berhenti lagi di apartemen itu dan berdiri diluar jendela. Matanya mengawasi setiap sudut ruangan dan meloncat masuk seiringan dengan angin yang bertiup kencang melalui celah jendela yang terbuka. "mari kita lihat apa kau akan lolos malam ini" seringainya melirik ke arah kamar.
Terdengar sayup-sayup suara dari luar pintu. Dan pintu itu terbuka,, ia berlari kecil ke arah kamar dan bersembunyi disana.
U : kenapa mengikuti ku... (bentaknya)
K : kamu masih melakukannya... ?
U : .....
K : kakek tau kamu masih melakukannya,,
U : aku akan melakukannya sampai makhluk seperti mu musnah (sinisnya)
K : hhohoohoho... kau sangat mirip dengan ayahmu...
U : sudah lah,, kenapa mengunjungi ku terus... pergilah aku mau istirahat.
K : baik lah... baiklah (tersenyum)

Mata yang sedari tadi memantau dari kegelapan dibalik pintu itu bergetar.. dan berangsul menghilang keluar dari celah jendela. Kakinya lunglai menuju castil dengan mata berkaca-kaca.

J : ayah.... ayaaaaah (teriaknya kembali memenuhi castil besar itu)
A : apaaaaaa.... (berbalik teriak)
J : kakek mengenal Woojin... ?
A : ......
J : ayaaaah (teriaknya lagi)
A : iyaaa.. dia mengenalnya..
J : kenapa.... ?
A : kenapa lagi....
J : kenapaaaaaaaa
A : kenapa lagi .... dia cucunya.
J : cu... cucu... (matanya membesar)
A : sudah lah,,,...
J : ba bagaimana bisa....
A : jangan pernah ikut campur

Lelaki separuh baya itu berlalu melewati badan yang sudah bergetar menahan tangis dan amarahnya.. "awas kau.." ucapnya.

Lelaki itu kembali ke apartemen untuk menyelidiki siapa sebenarnya lelaki yang membunuh Ahrin. Tapi sekarang dia datang seperti tamu melewati pintu depan.
Ting tong ting tong. Kaki siginsul berjalan menuju pintu depan.
U : ......
J : kau pasti bangga kan (berlalu melewati siginsul menuju sofa diruang tengah)
U : ada apa .... ? (tanyanya singkat mengikuti dari belakang)
J : aku tidak tau sebenarnya kau itu makhluk apa dan bagaimana bisa kau hadir di kehidupan kami.
U : .....
J : kau masih ingat Ahrin....
U : kenapa,,, kau ingin berakhir seperti dia... (seringainya)
J : kauuu,,,,,, (sungutnya)
U : kau ingin mencoba ku juga,,,, (menyeringai memamerikan leher kirinya)
J : tidak,,,, tentu saja tidak,, (mengalihkan pandangannya)
U : kenapa,,,, bukankah aku sangat lezat di mata kalian,,, (mendekat)
J : tentu saja,,, tapi aku tidak akan mencicipi mu dengan cara bodoh yang dilakukan Arhin..
U : baiklah,,,
J : kau tinggal sendirian di apartemen sebesar ini.... ? (berjalan menelusuri ruangan)
U : ......
J : orang tua mu pasti sangat kaya...
U : pergilah... kalau hanya ini yang akan kau lakukan..
J : hahahahah.....
U : ........
J : kau tau ini apa (mengeluarkan sesuatu dari balik jubahnya)
U : ......
J : kau setengah dari kami tentu saja kau akan mati jika ujung ini menembus jantungmu (mengusap-usap tombak yang terbuat dari kayu itu)
U : kau yakin bisa membunuhku....
J : (sekejap mendekat) tentu saja
U : kalau begitu lakukan lah....
J : haah... kau tidak takut pada apapun
Suara langkah kaki memecah perdepatan mereka.
K : apa yang kau lakukan... (bentak suara itu)
J : ka kakek,,,,, (memalingkan pandangannya)
K : jihoon apa kau tidak keterlaluan....
J : keterlaluan.... hahahahah... kakek pikir ini keterlauan.... kenapa... haa kenapa... karna dia juga cucu kakek.....
U : ka kakek ?..... (nada setengah tidak percaya)
J : yaaaa. Dia kakek ku,,,
U : .......
J : aku akan membunuhmu... (melayangkan satu pukulan)
U : aakhh (tubuhnya menghantam lantai)
J : aaaaaaa (teriaknya sambil mengayunkan tombak kayu ke arah dada kirinya)

Sekelebat tangannya ditahan oleh kekuatan magis yang tak tau berasal dari mana dan tombak kayu itu terlempar dari tangannya. Seiringan dengan angin yang masuk dari jendela terlihat bayangan hitam dari luar jendela perlahan memasuki ruangan.
J : a aayahh... (matanya membeser ternyata wujud itu sangatlah dikenalinya)
A : hentikan semua ini... (bentaknya dengan suara lantang)
J : ta tapi,,,,
A : kalian tidak akan bisa saling membunuh...
J : wae.... waeeeee (teriaknya kesal)

Sementara itu woojin kembali berdiri dibantu oleh sang kakek.
A : kau ingin tau kenapa.... ?
J : a apa alasannya (tergagap)
A : kalian terhubungan dengan satu tali pusar.
J : tali pusar..... ? (matanya mengedip beberapa kali, dan menoleh pada lelaki yang sangat dibencinya)
A : kalian lahir dari rahim yang sama...
U : a apa ini (suaranya parau)
A : woojin (menghapiri lelaki itu)
U : kalian mengenal ibuku... ?
J : ..........
A : woo (belum selesai kalimatnya keluar)
W : kalian yang membunuh ibu ku kan,,,, kaliaaan kan (teriaknya menggelegar)
A : woojin,,, saat hal itu menimpa ibu mu,, kami sedang berada di tzeazum untuk memutuskan bagaimana pernikahan ayah dan ibumu.. karna mereka makhluk yang berbeda.. saat ibu mu di kastil bersama para penjaga dia diserang oleh organisasi timur dan ayah kalian juga tewas saat berusaha menyelamatkannya.
W : ap apaaaa.... ? (nadanya bergetar)
A : dan kalian adalah saudara kembar yang memiliki takdir berbeda,, jihoon memiliki darah murni seperti ayahnya dan kamu memiliki darah campuran dari ayah dan ibumu..
J : a aku bukan anak ayah... ? (suaranya serak)
A : maafkan ayah nak (menghapiri badan yang mulai bergetar itu) ayah mu adalah Park Te Joo kakak kandung ayah,, kalian dipisahkan sewaktu kecil karna kamu tidak bisa mengontrol rasa lapar mu setiap kali kalian bersama, karena Woojin memiliki bau darah yang sangat manis.
J : ap apaa.... ba bagai ma na bi sa (tanya terbata-bata)
A : kami selama ini merahasiakan semua demi kebaikan kalian,, dan karna kejadian Ahrin mungkin kalian harus mengenal satu sama lain mulai sekarang. Ahrin juga tidak mengetahui ini semua.. Ayah juga sangat terkejut mendengar kabar yang menimpa Ahrin putri ayah satu-satunya. Tapi itu kesalahan yang ia perbuat, ayah berusaha ikhlas menerima semua.
W : ti tidak m mungkin (tubuhnya ambruk terduduk dilantai)
K : kalian harus menerima semua kenyataan.. kakek harap kalian bisa bijaksana menjalani hidup kalian setelah ini.
J : ti tidak... tidak... tidaaaaak (teriaknya marah) apa yang harus aku lakukan Ahrin (batinnya, terduduk dilantai menatap woojin yang ternyata adalah saudara kembarnya)
K : mulai sekarang mari biasakan diri kalian untuk hidup bersama, berbaurlah dengan manusia untuk memperkuat diri. hanya ini cara agar kalian bisa bersatu kembali menjadi keluarga.

Setelah kejadian malam itu mereka hidup seperti sebelumnya. dan tidak ingin saling berhubungan walau sesekali dipertemukan dalam acara keluarga dan organisasi vampire barat.

Jangan lupa pencet bintangnya ya yeorobun 😘 사랑해요

(Halu) Park Woo JinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang