15.Oppa

40 2 0
                                    

Langit di sore Itu mulai mendung di sertakan angin yang sesekali menyapu poni yang teruruai di dahinya.

Langkahnya terhenti lagi disebuah cafe, dan sekarang ia memberanikan diri masuk dan memesan di kasir. Masih seperti biasa lelaki itu duduk di sudut belakang  kaca cafe. Ia berjalan menuju kemeja itu dan memberanikan diri untuk membuka mulutnya.

“ini untuk mu”
suaranya meragu. Lelaki itu menoleh dan kembali membaca buku ditangannya.

“apa aku boleh duduk disini”
ia mulai membuka percakapan lagi. Hanya anggukan dari kepala sang lelaki yang ia dapatkan. Gadis itu menggeser kursi dan duduk tanpa mengeluarkan suara untuk beberapa saat.

‘sruup’ ia menyeruput minumannya nya kasar. Lelaki itu menoleh dan
“apa kamu mengenalku” tanyanya. Mata itu mengedip beberapa kali,

“apa ia sekarang bicara padaku, suara ini,,🙁 ” tanyanya dalam hati.

“Tok tok tok” lelaki itu mengetuk meja untuk menyadarkan sigadis dari lamunannya.

A : aah.. kamu bi bilang apa.. ma maaf aku tidak mendengarnya
(jawabnya terbata-bata sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal)
U : apa kamu mengenalku.... (ia mengulang pertanyaannya)
A : aahh.. hmmm apa kamu tidak mengenal ku...?
U : ...... (melihat sekilas dan kembali membaca buku)
A : ma maaf.. apa kamu Park Woo Jin... ?
U : .... (matanya kembali melihat sigadis tajam)
A : aku Ah Rin,, Lee Ah Rin
U : maaf sepertinya kamu salah orang (berlalu pergi)
A : aah... op... ani woojin-sii... (mengejar lelaki yang telah berlalu meninggalkannya dicafe itu)

Matanya menyusuri setiap jalan.. tidak ada jejak lelaki itu terlihat olehnya.

“dimana dia,, aku tidak boleh kehilangannya lagi”

matanya mengembun setelah mengumpulkan keberaniannya untuk menemui lelaki itu tapi sekarang malah kehilangannya. Ia berjalan menyusuri setiap gang sambil mengusap air yang telah membasahi pipinya.

“dimana... dimana... jangan tinggalkan aku lagi oppa..” lirihnya.

Sudah 1 jam Kakinya menyusuri jalan. Ada tarikan keras pada tubuhnya dari belakang. Mulutnya tertekan oleh tangan besar yang mendekapnya dari belakang.

“wangi ini” katanya dalam hati. Akhirnya dekapan itu berakhir di depan sebuah gedung lama yang tidak ramai..

U : kamu masih mencari ku.. ?
A : op oppaaaaa. (berbalik dan memeluk erat badan besar itu erat)
U : tenang lah... maafkan oppa
A : kenapa.... kenapa... huuuuaaaaa (menenggelamkan wajahnya pada dada bidang si pemilik ginsul)
U : hahahah (gelaknya memecah menyaksikan gadis yang masih menangis hebat di dadanya)
A : (menoleh dan memukul dada si lelaki) oppa jahat... oppa jahat..
U : aw aw aw... (menarik tubuh mungil itu kembali lagi ke pelukannya)
A : huaaaaa... (tangisnya semakin kencang)
U : sudahlah (mengusap punggung itu lembut)

Mereka berjalan memasuki gedung lama dan menuju sebuah ruangan yang berada di  lantai paling atas paling sudut dengan pintu bewarna hitam pekat.
Bip bip bip tiriring... pintu  terbuka dan matanya yang tadi masih mengembun itu terbuka lebar menyaksikan ruangan yang tidak tergambarkan sama sekali dari luar.

A : i ini apa.. (berjalan masuk dan terus menganga menyaksikan yang didepan matanya)
U : wae...
A : ini ruangan apa....
U : ini kamar dan kantor
A : oppa masih bekerja dengan mereka ....
U : tentu saja,, ini tahun terakhir di kontrak yang telah oppa sepakati 3 tahun yang lalu..
A : apa ini alasan oppa menghilang tanpa mengabari ku
U : itu demi kebaikan mu,,
A : kebaikan apa....
U : kamu tau kan,,, kelemahan oppa...
A : kelemahan apa....
U : kamuu... oppa tidak akan membiarkan mereka mengusikmu untuk mengikat kontrak lebih lama dengan oppa.
A : jadi itu alasan oppa meninggalkan ku...
U : hmmm... maafkan oppa (merentang kan tangannya disusul hempasan badan mungil itu dan kembali bertautan dalam pelukan yang sudah lama tidak mereka rasakan)

Ting tong ting tong... “tunggu sebentar”  teriaknya.. “ahrin-a” menarik tangannya menuju ruangan tersembunyi di balik lemari pakaian. “kamu tunggu disini sebentar, dan jangan membuat suara apapun... oke” memegang bahu sigadis. “ba baiklah”

Kaki nya melangkah menuju pintu depan.. “aah kenapa lama sekali sih” suara itu terdengar dari luar. “iya.. iyaa” 'klap' pintu itu terbuka
J : woojin-a kenapa lama sekali (nyelonong masuk)
U : aah aku tadi dari kamar mandi (mengikuti dari belakang)
J : bagaimana misi itu (menghempaskan badannya disofa)
U : sepertinya akan berhasil seperti biasa (berdiri sambil melipat tangannya)
J : okee.. kamu memang bisa diandalkan
U : apa yang membuatmu datang sendiri kesini
J : aku bersama daniel,, dia sedang membeli beberapa makanan dibawah sana.

Ting tong ting tong...
J : sepertinya itu dia
U : aku akan bukakan pintu

D : what's up bro..
U : oii niel.. kamu masih hidup
D : aku akan selalu hidup kalau bersama mu (berlalu memasuki ruangan dan menuju sofa)
U : aah sial... yaaak... niel,, buka sepatu muu
D : ooh.. maaf maaf (kembali ke pintu depan dan meninggalkan sepatunya)
J : mari dimakan

Keheningan ini membuat si gadis resah dan mencoba untuk mengintip kembali keluar..
“aakkh” kakinya tersandung. Itu membuat suara yang cukup besar.

J : yaaak... siapa itu (mengedar pandangannya)
U : aah mungkin tetangga sebelah..
D : tidak ... aku mendengarnya dari balik lemari ini  (entah sejak kapan daniel sudah berdiri disana)
U : yaaakk... tidak ada apa-apa disana
D : kenapa kau terlihat mencurigakan (membuka pintu lemari dan menyusuri ruangan)
U : yaak daniel
D : doeng... ketemu,,, ada tikus perempuan yang bersembunyi di lemari mu (memegang leher jacet sang gadis)
U : ja jangan sakiti diaa....
J : siapa dia (melirik pada sipemilik ginsul meminta penjelasan)
U : di diaa...
D : apakah ini wanita yang membuat mu ingin mengakhiri pekerjaan ini
U : bukan... bukan dia jjinjja....(intonasi meyakinkan)
J : lalu siapa diaa (menyodorkan pistol menghadap ujin)
A : op oppaaaa....  (teriaknya)
J : sepertinya benar... (mendekat)
U : jihoon... tolonglah lepaskan dia....
J : kau tidak mau menceritakannya pada kami
U : jihoon tolonglah....
J : atau kau ingin kepala nya meledak di depan matamu (beralih menyodorkan sejata api itu ke arah kepala sigadis yang sudah menangis)
U : jangaaaaan..... (teriaknya)
J : baiklah... kau yang akan menggantikannya (kembali menyodorkan ke arah ujin)
A : oppaaaa. Oppaaaaaaa.... (jeritnya memecah seluruh keheningan di gedung itu)
D : diamlah wanita.... kau ingin oppa mu mati (masih memegangi sigadis)
U : baiklah... baiklah... akan aku jelaskan...
J : ....... 
U : sudah 3 tahun aku meninggalkan tunangan ku untuk mengerjakan misi ini bersama kalian,,, aku benar-benar sudah muak dengan pekerjaan ini... aku ingin hidup normal,, sudah terlalu sering tangan ini dibasahi darah orang-orang tidak bersalah.. kau tahu jihoon ,, kau melakukan ini juga untuk keluargamu kan,, kau ingin menyelamatkan keluarga mu,, seperti itu juga yang terjadi padaku... kau tau.. malam itu mereka hampir membunuh Ahrin dalam sebuah kecelakaan.. aku ingin menyelamatkannya... dan kau juga ingin menyelamatkan keluarga mu kan... dan daniel... kau juga ingin menyelematkan nenekmu yang masih terbaring dirumah sakit... kau bekerja seperti ini untuk biaya rumah sakit,,, kita sama,,, kita mempunyai tujuan masing-masing,, kita bertiga temankan,, dan teman tidak akan saling menghianati..  Maka dari itu aku juga sudah pernah bicara pada kalian mari kita hentikan pekerjaan ini setelah kontrak itu berakhir dan jngan pernah berurusan dengan para bajingan itu lagi
J : a akuu,, juga akan mengakhiri kontrak ini (menurunkan senjatanya)
U : bagaimana daniel... ?
D : tentu saja aku ikutt dengan kalian bro (melepaskan sigadis)
A : oppaaaaa.. (ia menghambur kepelukan si ginsul) huuaaaaaa... aku takuuuut
U : sudah... tidak apa... mereka orang baik kok (membalas pelukan sigadis)
D : ahrin,, panggil juga aku oppa
A : ga mauk
D : aku teman oppa mu dan lebih tua dari oppa mu itu
A : ga mauuk.... huaaaaaa
D : hahahaha... kiyowo
J : baiklah mari kita jalankan misi terakhir ini lebih bersih dan memulai hidup baru
D : kajaaaa. Kajaaaa (teriak semangatnya membuat semua tertawa)
U : yaak hyung,, berhentilah mengucapkannya dengan nada seperti itu.

Jangan lupa pencet bintangnya ya yeorobun
사랑해요 😘

(Halu) Park Woo JinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang