Jiya sampai di rumahnya dengan langkah yang lesu, rumah kelihatan sangat sepi membuat Jiya bingung, Jiya bergegas memasuki rumah, dan Jiya terpaku kaget melihat ibunya terbaring tidak bergerak di lantai di depan kamar
"Ibu!" teriak Jiya histeris sambil menghampiri ibunya, memeriksa keadaan ibunya, tidak ada denyut nadi
"Ibu!" teriak Jiya makin histeris, tangisnya mulai menjadi-jadi sambil memeluk ibunya erat
Tetangga Jiya, Marni yang baru saja pulang bekerja, saat mendengar tangisan Jiya bergegas memasuki rumah Jiya
"Jiya apa yang terjadi?" tanya Marni kaget melihat Jiya yang memeluk erat ibunya yang terbujur kaku, Marni adalah tetangga dekat Jiya yang umurnya sama dengan ibu Jiya, Jiya menoleh ke arah Marni dengan tatapan yang sedih
"Ibu bi, ibu sudah meninggal" isak Jiya pilu terdengar menyayat hati membuat Marni hanya bisa menganga kaget, tidak menyangka ibu Jiya akan meninggal secepat itu
"Bibi akan memanggil tetangga yang lainnya" ujar Marni bergegas meninggalkan Jiya dan memanggil para tetangga mereka
Setelah itu, proses pemakaman mama Jiya berlangsung cepat
Jiya menatap makam ibunya dengan tatapan hampa, tidak ada tangisan lagi dari Jiya, yang ada sorotan tatapan mata yang penuh penyesalan dan terluka
Marni merangkul pundak Jiya lembut, hari sudah sore, dan hanya tinggal Jiya dan Marni yang masih ada di pemakaman
"Mari nak kita pulang, sebentar lagi malam tiba" ajak Marni lembut sambil menuntun Jiya, melangkah pergi meninggalkan area permakaman
Marni sangat prihatin dan kasihan melihat keadaan Jiya sekarang, Marni sangat tau kalau Jiya sangat menyayangi ibunya, Jiya bahkan rela bekerja apapun untuk mencari uang agar ibunya tidak bekerja, ibu Jiya sering sakit-sakitan karena memiliki penyakit asma
Marni dan Jiya sampai di rumah Jiya, keduanya duduk di ruang tamu, tatapan mata Jiya masih menampakan kekosongan membuat Marni makin prihatin
"Ji, bibi besok pulang ke kampung halaman bibi di kalimantan, kalau kamu mau ikut untuk sekedar berlibur menenangkan pikiran, kamu boleh ikut bersama bibi besok, tapi lebih baik lagi jika kamu tinggal bersama bibi di kalimantan" jelas Marni lembut
bulir-bulir air mata Jiya kembali menetes, Jiya merasa sekarang hidupnya sudah hampa, tidak ada lagi semangat untuk terus hidup, Jiya merasa ia sudah sebatang kara hidup di dunia ini, Marni langsung memeluk Jiya erat"Kamu jangan berpikir bahwa kamu hidup sebatang kara di dunia ini nak, kamu masih punya bibi, bibi sudah menganggapmu seperti anak bibi sendiri" ujar Marni sambil membelai lembut rambut Jiya, membuat Jiya kembali menangis terisak
"Jadi besok kamu bersedia kan ikut bibi ke kalimantan, kita memulai hidup baru di sana" ajak Marni penuh harap, Jiya mengangguk pelan, baginya tetap tinggal di jakarta pun Jiya sudah tidak punya siapa-siapa lagi, jadi saat ada yang berbaik hati padanya sekarang, tidak mungkin Jiya menolak, Marni tersenyum senang merasakan anggukan kepala Jiya
***
10 tahun kemudian
Jiya melajukan mobilnya dengan sedikit mengebut di jalanan yang terbilang sangat ramai kendaraan itu
setelah 10 tahun meninggalkan kota ini, akhirnya, hari ini Jiya kembali ke kota ini dengan sedikit percaya diriJiya menghentikan mobilnya di tempat parkir sebuah butik ternama, Jiya keluar dari mobilnya sambil membawa sebuah kotak berukuran kotak sepatu, kemudian berjalan santai memasuki butik itu
"Ya ampun, aku pikir kamu tidak akan datang, hampir saja aku memesan dari tempat lain" ujar Mirabel membuat Jiya tersenyum geli, Jiya menyerahkan kotak itu kepada Mirabel
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Money (You Make Me Pregnant 3)
RomansaJiya, wanita yang selalu menilai segala sesuatunya dengan uang membantu Daka, salah satu pria populer di sekolahnya untuk berdekatan dengan Anggi yang merupakan sahabat baik Jiya. Sayangnya rencana itu tidak pernah berhasil karena Jiya yang tiba-tib...