Di sekolah remon ini memang bisa di bilang sekolahan yang favorit di daerah tempat remon tinggal, dan rata rata anak muridnya berekenomi menengah dan ke atas.
tapi remon tak pernah menghiraukan itu, ia tetap tampil apa adanya dan tidak mengikut gaya atau trend kekinian, ia tak pernah menuntut apapun ke orang tuanya.
memasuki kelas 3 SMA remon mengalami masa sulit di sekolah, mulai dari spp sekolah, buku yang mahal, study tour bahkan dari hal kecil seperti seragam yang tak pernah ganti sejak masih kelas 1 SMA, tak pernah sedikit pun remon mengeluh.
Maklum, penghasilan papahnya remon dalam menjaga warnet tidak lah seberapa, untuk menutupinya mamahnya remon sampai terkadang mencari pinjaman ke sanak saudara untuk kebutuhan remon.
Dan pernah sesekali remon di hampiri guru bahasa sunda dan di tanyakan, kenapa baju remon kancingnya di peniti, remon hanya bilang hilang 1 kancingnya belom sempet jait.
dan Guru tersebut sampai menawarkan untuk ia belikan baju untuk remon, tapi remon menolak, ia bilang orang tuanya nanti juga akan membelikannya.
bahkan remon, sampai menjadi ojek untuk antar jemput adik sepupuhnya sekaligus ia mengurangi beban ongkos jika harus naik angkutan,
"lumayan perminggu remon di upah 20ribu pikir remon saat itu"
Cukup untuk tambahan uang saku selama bersekolah, dan ia juga membantu papahnya selepas sekolah untuk bergantian menjaga warnet. tak kala papahnya ingin makan atau sholat dan istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Hidup dan Pesan Untuk Ayah
Short StoryKisah perjalanan Hidup seorang anak bernama remon, mulai masa sulit, sakit hampir mati, masa lagi di atas, hingga sulit lagi, dan sebuah pesan untuk Ayahnya dan ayah ayah lainnya di manapun untuk lebih bertanggung jawab lah kepada keluarga.