"Tadaima"
Midorima mulai terbiasa mengucapkan salam kepulangan sejak tinggal bersama pemuda raven berparas manis yang akhir-akhir ini mengusik pikirannya. Berlari kesana kemari di otak sang iris emerald hingga mengganggu konsentrasi bekerja. Rasanya tidak kesepian lagi saat mendapatkan pemandangan senyum cerah setiap ia pulang ke rumahnya. Namun,Hening
Tidak ada jawaban yang biasa ia terima dari sang mentari. Ia pun coba menilik ke ruang tamu dan ruang tengah. Di sana tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan apapun. Padahal biasanya Takao selalu menyambut kepulangan Midorima.
'Aneh, tidak biasanya-nanodayo.' Batinnya.
Midorima memutuskan untuk memeriksa kamar Takao. Dan benar saja sang raven sedang terpejam damai dengan dada naik turun bernapas teratur. Tersenyum simpul, Midorima membenarkan selimut Takao yang berantakan dan perlahan mendekatkan kepalanya untuk mencium kening Takao.
'Cup'
"Eh? Apa yang baru saja ku lakukan-nodayo?!" Gumam rendah Midorima dengan semburat merah menghiasi pipinya.
Empunya iris abu perlahan terbangun karena merasakan kehadiran seseorang di kamarnya. Ia mengucek mata menjernihkan pandangan yang kabur sementara. Raut muka yang sarat akan rasa kantuk pun terpampang nyata dari wajahnya.
"Shin-chan? Kau sudah pulang?"
"Maaf aku mengganggu tidurmu-nanodayo"
"Emh? Okaeri.."
"Tadaima"Keduanya tersenyum dengan pandangan terkunci mengagumi sosok di hadapan mereka. Cukup lama acara 'mari saling pandang orang tercinta' ini berlangsung. Dalam hati, Midorima sangat bersyukur bisa bertemu dengan pelita yang telah membuat hidupnya kembali berwarna. Pemuda manis yang memiliki senyuman hangat melelehkan hatinya. Ia benar-benar bersyukur.
'Kruyuuk~'
Takao tersipu karena suara perutnya sendiri yang meraung minta diisi. Midorima pun terkekeh karena itu."Kau belum makan-nanodayo?"
Karena hanya cengiran yang ia dapat, si hijau megane berlalu untuk memesan sesuatu yang bisa dimakan. Karena ia hanya akan merubah dapurnya menjadi arena perang jika mencoba untuk membuat dua porsi makan malam.--
Selepas makan dua sejoli hts-an itu duduk bersama di taman belakang sambil menyesap nikmat secangkir kopi susu yang masih hangat. Meresapi rasa khas kopi yang mengalir di tenggorokan menghangatkan tubuh dari dinginnya malam.
"Bukankah meminum kopi di malam hari akan membuat kita susah tidur?"
"Itu hanya berpengaruh untuk sebagian orang-nanodayo"
"Souka.."
"Naa Takao"
"Nani Shin-chan?"
"Apa alasanmu mencintaiku?"'Blush'
Pipi Takao memerah sempurna. Ia jadi teringat kata-kata spontannya waktu kemarin di rumah sakit."Aa- apa c-cinta butuh alasan?"
"Hm, mungkin tidak kurasa. Aku tidak tau-nanodayo. Ini kali pertamanya ada orang yang mengungkapkan perasaan seperti itu padaku"
"L-lalu bagaimana dengan dirimu sendiri? Perasaanmu"Takao tidak berani memandang langsung Midorima saat melontarkan pertanyaan itu. Ia takut mendapat jawaban yang masuk ke dalam list kemungkinan terburuk yang dapat terjadi. Namun bagaimanapun juga, ia ingin tau apakah perasaannya terbalaskan atau hanya bertepuk sebelah tangan.
"Aku.. biasa saja-nanodayo"
'Deg'
'Biasa saja?'
'Kenapa rasanya... menyakitkan?'
Menyakitkan untuk siapa? Tentu saja kedua pihak merasakan hal yang sama saat pernyataan itu terdengar. Midorima merutuk dalam hati karena tak mampu mengekspresikan perasaannya sendiri. Sedangkan Takao hampir tak dapat membendung tangisnya dalam hati.
"Yaah.. tentu saja begit- eh? Kau blushing Shin-chan!"
"Apa?! Aku tidak"
Midorima mengalihkan wajahnya ke penjuru lain berusaha menyembunyikan fakta ke-tsundere-annya. Dengan tangan kiri yang bergerak membenarkan kacamata tentu saja."Dasar tsundere!"
"Aku tidak tsundere-nanodayo"
"Mana ada tsundere ngaku, Tsunderima no baka!"
"Yang baka itu kau, Bakao"
"Shin-chaaaaaaaannnnnnnn!!!!!"Takao yang kesal berusaha mengacak surai hijau Midorima. Tapi di sisi lain ia senang karena bukan penolakan yang ia dapatkan. Perasaannya yang sempat terhempas jatuh kini kembali dibuat terbang bagai hendak menggapai angkasa. Walaupun Midorima tidak mengatakan perasaannya yang asli secara langsung, Takao paham betul dengan kepribadian makhluk tsundere yang satu itu. Tawa menggema diantara mereka, membelah kesunyian malam tanpa bintang. Sungguh menyenangkan.
Keduanya berharap waktu berhenti kala itu. Sebentar saja. Biarkan seperti ini lebih lama.
--
TbcH-seminggu UN, up MidoTaka dulu😃

KAMU SEDANG MEMBACA
Haima
Fanfiction⚠WARNING BL⚠ Pertemuan tidak disengaja berujung pada terikatnya dua insan untuk selamanya. Benarkah begitu? Mungkin tidak jika kebenaran yang sesungguhnya terungkap. Pairing: MidoTaka ⚠Yaoinya nyrempet 18+⚠