7

5.7K 299 19
                                    

Setelah sampai di tempat tujuan dengan napas terengah-
'Sraak'
Kantung belanjaan yang dari tadi menggelayuti kedua tangan Midorima terjatuh begitu saja. Ia sungguh tak percaya dengan apa yang sekarang dilihatnya.
"Tidak... Takao..."

--

Pemandangan yang sama sekali tak terlintas oleh khayalan Midorima terpampang nyata di hadapannya.

"Takao, sebenarnya siapa kau ini?"

Takao Kazunari, dengan warna mata semerah darah dan taring panjang yang mencuat dari bibirnya. Nampak sedang berdiri membelakangi Midorima dengan tubuh penuh luka dan berlumuran darah. Pandangan tajam ia lemparkan pada 3 sosok pria dewasa yang terkapar dengan darah segar terus mengalir dari tubuh mereka. Keadaan tempat ini benar-benar kacau. Beberapa kendaraan yang semula terparkir rapi disana menjadi sudah tidak berbentuk lagi. Hancur.

"Takao!"
Dengan sekuat tenaga Midorima memanggil pemuda yang entah ia sadari atau tidak telah mengambil hati beserta cintanya.

Takao menengokan kepalanya masih tetap dengan tatapan tajam yang sekarang mengarah pada Midorima. Takao sedang kalap, ia hilang kendali. Di luar kehendaknya, Takao mengangkat sepeda motor yang merupakan satu-satunya kendaraan yang tersisa di sana. Sang raven hanya melakukannya dengan satu tangan seolah benda yang ia angkat sekarang hanyalah helaian bulu unggas tak bermassa.

Dan dalam hitungan detik sepeda motor itu melayang dengan mulus ke arah Midorima.
'Brakk'
"Arrghh!! Sial hantamannya terlalu keras"
Midorima memang dapat menangkisnya. Namun tangannya terluka karena lemparan Takao yang terlalu kencang.

Iris emerald pun turut menjadi merah sejak ia berusaha menangkis kendaraan malang yang dilempar Takao. Takao sendiri sekarang nampak terengah. Sepertinya tadi itu tenaga terakhir yang ia miliki. Sekuat-kuatnya vampir jenis apapun pasti akan ambruk juga jika mendapat luka separah itu dan sudah mengeluarkan tenaga untuk menhancurkan tempat ini.

Dan sesuai dugaan Midorima, Takao perlahan terhuyung karena kehabisan tenaga. Midorima pun dengan sigap memeluk pujaan hatinya dengan raut khawatir sekaligus kecewa.

--

Setibanya di rumah sakit, Takao langsung dibawa ke ugd khusus vampir. Luka yang dialami Takao cukup serius hingga ia perlu penanganan intensif dari pihak rumah sakit.

Midorima menunggu dengan tidak tenang. Otak nya dipenuhi oleh pertanyaan tentang bagaimana keadaan Takao sekarang? Dan kenapa Takao berbohong padanya? Apa motif yang dimiliki Takao sehingga ia tidak mengatakan yang sebenarnya pada Midorima? Perasaan gelisah sekaligus kecewa menyerbunya dalam waktu yang sama.

"Dokter!"
Halfblood bersurai hijau itu langsung beranjak dari duduknya saat melihat dokter yang menangani Takao keluar dari ruang ugd.

"Bagaimana keadaannya-nodayo?"
"Apa anda anggota keluarganya?"
"Saya temannya-nanodayo"
Dokter itu menilik dengan seksama. Penampilan Midorima sekarang sungguh memprihatinkan dengan rambut yang acak-acakan dan pakaian berlumuran darah yang sudah mengering. Namun keadaan tersebut tidak merubah fakta bahwa Midorima tetaplah mempesona.

"Dia baik-baik saja, hanya perlu beristirahat menunggu kantung tranfusi darahnya habis. Dan dia sudah dipindahkan ke ruang rawat"
Menghela napas lega, kekhawatiran Midorima menguap entah kemana. Ia tidak mengerti kenapa rasanya sungguh menyakitkan bila membayangkan pemuda manis bersurai raven itu akan meninggalkannya, untuk selamanya.

"Apa anda mengenal salah satu anggota keluarganya yang bisa bertanggung jawab untuk administrasi?"
"Ah, biar saya saja yang mengurusnya-nanodayo"
"Kalau begitu ikut saya"
Midorima pun dengan sangat terpaksa menunda keinginannya untuk langsung menemui Takao.

--

"Nngh... kepala ku pusing"
"Kau jangan duduk dulu-nanodayo"
Midorima membantu Takao untuk kembali berbaring di ranjang putih rumah sakit.

"Ini.. dimana?"
"Kau ada di rumah sakit, Takao"
"B- bagaimana bisa?"
"Kau pingsan setelah-- apa kau tidak ingat-nanodayo?"

'Tunggu, kenapa aku merasa dejavu-nodayo?' Batin Midorima (Percakapan di atas ada di chapter dua)

Setelah mencoba mengingat apa yang terakhir kali ia lakukan, Takao hanya bisa menunduk sembari memandang jemarinya yang sedang asik meremas selimut rumah sakit. Melihat hal itu, Midorima pun menghela napas dan berusaha untuk tidak menghakimi pemuda raven di depannya. Karena sisi hatinya yang lain ingin bersorak dan memeluk erat pemuda manis itu sebagai bentuk kelegaan atas kekhawatiran yang Midorima rasakan.

"Kenapa kau berbohong padaku-nanodayo?"
"A-aku hanya-- aku--"
"Katakan yang sejujurnya Takao"
"Uhh..."
Midorima menatap datar Takao atau lebih tepatnya menatap tajam, padahal didalam hatinya ia begitu gemas melihat Takaonya gugup dan memerah. Pemuda raven itu pun merasa sudah tak kuasa lagi jika ditatap se-intens itu. Jatungnya seperti berpacu di arena balap kuda.

"AKU MENCINTAIMU SHIN-CHAN!! J-jadi aku-- aku tak ingin berpisah dengan mu, aku-- jika aku mengatakan yang sebenarnya bahwa aku adalah pureblood bukannya transblood maka-- maka kau pasti tidak akan merasa untuk-- untuk bertanggungjawab terhadap-- ugh"

Takao benar-benar sudah tidak tahan lagi. Tangisnya tumpah menyela penjelasan yang ingin ia ungkapkan. Sedangkan Midorima, ia terkejut sekaligus senang/? Entahlah, yang pasti ia hanya ingin merengkuh pemuda manis yang baru saja memberikan pengakuan cinta padanya. Dan dengan spontan tubuh Midorima pun menuruti keinginan tersebut. Mereka berpelukan erat hingga tangis Takao mereda.

"Jadi, kenapa kau pingsan setelah aku menghisap darahmu malam itu? Bukankah yang akan pingsan hanyalah manusia yang bertransformasi menjadi transblood-nanodayo"
"Hm, itu karena kau menghisap darahku terlalu banyak baka!"
"Maaf, aku tidak bisa menahan diri-nanodayo"
"Huh, dasar!"

--
Tbc

Gomenn lama banget updatenya, pikiran author sebatas ujian dan universitas

Jadi mohon doanya agar urusan author dilancarkan dan bisa cepet update😇😇😇

Jaa

HaimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang