Midorima terdiam. Ia bahkan hanya bisa menatap kepergian pemuda manis yang telah mengisi harinya selama ini. Tubuh Midorima merosot terduduk di lantai marmer yang dingin kala pintu rumahnya tertutup dengan kasar. Rasa lelah dan amarah meninggalkan sosoknya sendirian bersama penyesalan.
--
Belum selesai merutuki dirinya sendiri, Midorima memutuskan beranjak menuju kamar mandi untuk sekedar menenangkan pikirannya yang kacau. Bukan hanya pikirannya. Sekarang segalanya menjadi kacau bagi Midorima.
Ia membiarkan guyuran air dingin menerpa ujung kepalanya. Berharap segala kegundahan ikut larut dalam alirannya. Tidak butuh waktu lama untuk Midorima mandi. Ia memakai baju santainya dan membaringkan tubuh di ranjang king size di sana. Salah satu lengan ia gunakan untuk menutupi matanya, berusaha mencerna kejadian tadi dengan kepala dingin. Pandangannya gelap, namun pikirannya sarat akan kegelisahan.
'Apa yang baru saja ku lakukan?!'
'Aku benar-benar bodoh-nanodayo'
'Aku mengacaukan segalanya'
'Takao..'
'Dia tak akan pernah memaafkanku'
'Dia pasti tidak mau menemuiku lagi-nanodayo'
Dengusan kasar terdengar dari sosok Midorima yang sekarang terduduk di pinggir ranjangnya. Ia merasa jiwanya kosong. Rasa putus asa perlahan mulai merambati batinnya. Mungkin mulai sekarang hidupnya akan kembali seperti semula. Kehidupan monoton yang ia jalani sebelum kehadiran sang mentari.
--
Di sisi lain, pemuda raven bernama lengkap Takao Kazunari baru saja keluar dari taksi dan memacu kakinya, berlari melewati penjaga gerbang begitu saja. Masa bodoh dengan kesopanan dan tata krama. Ia sedang tidak ingin sekedar memikirkan hal klise macam itu. Lagipula ini kan kediamannya sendiri. Mansion keluarga Takao.
'Brakk!'
Suara bantingan pintu mengejutkan sekumpulan entitas yang tadinya sedang berbincang hangat di ruang tamu. Seorang wanita yang memiliki warna rambut senada dengan Takao berlari kecil dan merengkuh tubuh pemuda itu dengan lembut.
"Ada apa nak? Kenapa kau tiba-tiba pulang dan menangis seperti ini?"
"Hiks.. Kaa-san..."
"Sst.. tenanglah, Kaa-san di sini"Takao membalas pelukan erat sang ibu dan tangisannya pecah dipundak orang yang telah melahirkannya. Tiga orang lain yang berada di ruang yang sama, perlahan berjalan mendekati sepasang ibu dan anak itu.
Salah seorang di antara tiga orang yang hanya mematung menonton pemandangan pilu di hadapan mereka melangkah maju dan mengelus pelan punggu Takao.
"Tenanglah Kazunari"
"Tou-san.. Maaf.. hiks.. aku tidak bisa... hiks- huaaa"
"Bawa dia ke kamarnya"
Ibu Takao mengangguk dan segera menggiring Takao ke kamar.Setelah beberapa saat meluapkan tangisnya, Takao pun tenang. Sekarang ia sedang duduk berdua di pinggir ranjangnya dengan sang ibu.
"Apa yang terjadi Kazu-chan?"
"Uhm, Midorima dia-- ugh, aku gagal dalam misi ini"
"Tak apa Kazu-chan, kau dapat beristirahat sayang"
"Tapi Kaa-san-- hiks"
"Tidak masalah... Kaa-san kan sudah bilang, jika memang kau merasa tersiksa, Kaa-san tidak akan memaksamu lagi. Kau bisa menyerah, tidak ada konsekuensi untuk misi kali ini"
"Ini kali pertamanya aku gagal dalam misi, semuanya kacau, dan itu salahku, aku merasa gila karena ini"Ibu Takao mengusap pelan punggung tangan anaknya sembari menorehkan senyum tipis di bibirnya.
"Apa kau yakin itu alasan yang membuatmu gila hm?"
"Kaa-san..."
Takao menatap ibunya yang menampilkan ekspresi menentramkan batin. Takao pun memeluk erat sang ibu dan kembali terisak.
"Midorima tau semuanya.. dan dia membenciku Kaa-san.. hiks-- aku tidak tau apa alasannya.. dia sangat marah padaku-- Midorima membenciku"
"Semua akan baik-baik saja.. ada Kaa-san dan Tou-san yang selalu mencintaimu. Kau tidak sendirian Kazu-chan"Ayah Takao yang sedari tadi berdiri di ambang pintu dengan kedua orang tamunya, tersenyum kecut menyaksikan anaknya menangis karena seorang pria. Sebenarnya ia merasa bersalah karena ia lah orang yang memberikan misi ini pada Takao. Dalam hati, Ayah Takao berjanji tidak akan membiarkan perasaan anaknya tersakiti lagi.
Namun,"Ada apa?"
Suara ayah Takao yang berbicara menanggapi panggilan dari ponselnya menarik atensi dari semua yang ada di sana.
"Midorima ada di sini"
Takao yang mendengar pernyataan dari ayahnya pun melepaskan pelukannya. Ia mendongak dan menatap penuh tanda tanya."Dia memaksa masuk. Bagaimana?"
"Biarkan dia masuk. Biar kami yang menemuinya. Dia tanggung jawab kami"
"Benar, kami sudah terlalu merepotkan keluarga Takao"
Mengangguk, ayah Takao menyuruh orang di seberang telpon untuk mempersilahkan masuk tamu tak diundangnya malam ini.--
"Baik tuan"
Seorang penjaga gerbang yang berdiri tepat di depan Midorima baru saja mematikan sambungan telponnya.Dan setelah dipersilahkan masuk, Midorima segera bergegas mendekati pintu utama. Kurang selangkah dari pintu, halfblood bersurai hijau ini dikejutkan dengan terbukanya pintu dari dalam. Bukan, bukan pintu yang tiba-tiba membuka yang membuat Midorima terkejut. Melainkan sosok yang membuka pintu tersebut.
"Otou-sama?? Okaa-sama???"
--
TbcDilanjut abis unbk ya.. hehe

KAMU SEDANG MEMBACA
Haima
أدب الهواة⚠WARNING BL⚠ Pertemuan tidak disengaja berujung pada terikatnya dua insan untuk selamanya. Benarkah begitu? Mungkin tidak jika kebenaran yang sesungguhnya terungkap. Pairing: MidoTaka ⚠Yaoinya nyrempet 18+⚠