Sekarang ini Midorima sedang duduk di salah satu sofa ruang tamu keluarga Takao. Berhadapan dengan kedua orang yang seharusnya sudah tidak se-alam dengannya. Midorima benar-benar terkejut dan tidak percaya. Ia ingin menganggap semua ini hanyalah mimpi atau halusinasi. Pasalnya ia telah melihat dengan mata kepalanya sendiri saat kejadian tujuh setengah tahun silam. Apa mereka hantu?
"Kami bukan hantu. Dan Okaa-sama tau kalau kau tidak percaya dengan hal-hal seperti itu"
"Tapi Okaa-sama, bagaimana bisa-nanodayo?"
"Itu kan karena kau yang seenaknya mengira jasad yang terbakar--"
"Biar Okaa-sama saja yang jelaskan. Shintarou, kami berdua minta maaf padamu. Jasad yang kau lihat waktu itu bukanlah kami, melainkan orang yang menyerang kami"
"Jadi sebenarnya-- kenapa tidak memberitahuku?"
"Dengarkan saja penjelasan dari Okaa-sama mu"
"Kami benar-benar minta maaf Shintarou. Sebenarnya kami tau dengan reaksimu karena kami masih di rumah waktu itu, kami hanya ingin--"
"Kenapa?? Kenapa membohongiku dengan kematian kalian? Otou-sama dan Okaa-sama membuat hatiku hancur-nanodayo. Membuatku menyimpan dendam yang menjadi beban tersendiri untukku!"
"Maaf--"
"Kami hanya ingin melindungimu Shintarou"
"Apa maksud Otou-sama dengan melindungiku? Kalian sudah membuatku terlalu banyak membenci, jangan buat aku juga membenci kalian-nanodayo"
"Shintarou! Itu kesalahanmu sendiri. Kami tidak pernah sekalipun mengajarimu untuk membenci secara membabi buta seperti itu"
"Otou-sama mu benar, bukankah Okaa-sama sudah mengajarkan padamu untuk melihat orang lain secara individu. Karena sejatinya setiap individu itu berbeda. Kecenderungan suatu kelompok memanglah ada, tapi kau tidak boleh menyamaratakan mereka. Mereka tetaplah insan yang berbeda"
"Kami melakukannya agar kau terhindar dari mafia kolombia yang pastinya akan memanfaatkan kekacauan saat itu. Jika kami tidak melakukannya, kau pasti akan turut dalam pelarian kami dan membuat hidupmu tidak tenang"
"Dengar Shintarou, kami minta maaf padamu. Tapi semua tindakan dan jalan yang kami pilih semata-mata untuk kebaikanmu. Kami juga ingin mengetahui bagaimana kau menyikapi kejadian itu. Kami bangga padamu, kau mendirikan perusahaanmu sendiri yang bahkan sudah masuk jajaran perusahaan elit negri ini"
"Tapi kau memilih untuk mendendam pada suatu kelompok hanya karena segelintir dari kelompok tersebut menghancurkan hidupmu"Midorima menunduk. Jemarinya yang tertaut saling meremas mengetahui kebenarannya. Ia tidak tau harus bahagia atau kecewa saat mendapati kedua orangtuanya masih hidup namun memalsukan kematian mereka. Ditambah dengan pernyataan ayahnya barusan.
"Lalu kenapa Otou-sama dan Okaa-sama ada disini? Bukankah ini rumah Takao-nodayo?"
"Kami sedang berkunjung ke rumah sahabat lama. Kau tau? Saat kejadian tujuh tahun yang lalu, tidak semua mafia ras pureblood membuat kekacauan. Keluarga Takao-sama lah yang menolong kami"Hati Midorima mencelos. Ia kecewa dengan dirinya sendiri. Bahkan, kalimat yang tadi ia lontarkan dengan penuh amarah pada Takao, kembali terlintas dalam benaknya. Ingin sekali menarik kembali ucapannya kepada Takao. Midorima merasa menjadi orang paling bodoh karena asal menuduh bahkan dengan kalimat yang menyakitkan.
"Dimana Takao sekarang?"
"Maksudmu Kazu-chan?"
"Iya, dimana dia sekarang?"
"Jadi kau sudah sadar eh? Kau membuat kesalahan besar. Anak itu tadi pulang dan menangis tanpa henti. Lelaki macam apa kau ini. Jika kau tidak suka dengannya, tinggalkan saja. Kau tidak perlu sampai membuatnya seperti itu"'Tidak! Aku mencintai Takao. Ini hanya salah paham-nanodayo' batin Midorima resah.
"Dia ada di kamarnya, bersama kedua orang tuanya"
"Tolong antar aku kesana, Okaa-sama"
"Kau yakin?"
"Ya. Walaupun dia akan membenciku seumur hidupnya, aku akan tetap mencintai Takao selamanya. Aku ingin minta maaf-nanodayo"Entah sadar atau tidak, kedua orangtua Midorima menghela napas lega. Anak mereka sudah tumbuh dewasa.
"Baiklah, ikut Okaa-sama"
Midorima dan ibunya pun beranjak menuju kamar Takao. Terlihat ayah Takao yang sedang bersender pada dinding sebelah pintu kamar Takao dengan tangan terlipat di depan dada."Takao-sama"
"Jadi dia anakmu?"
"Saya Midorima Shintarou, saya minta maaf telah membuat kekacauan. Izinkan saya menemui putra anda-nanodayo"
"Untuk apa? Belum cukup kau membuatnya menangis? Belum puas kau menyakitinya?!"
"Maaf, saya benar-benar minta maaf Takao-sama"
Midorima membungkukan badannya memohon maaf sedalam-dalamnya. Bahkan ia berpikir akan bersujud di kaki ayah Takao jika setelah ini beliau tetap tidak mengizinkan Midorima. Persetan dengan harga diri. Takao adalah segalanya bagi Midorima."Ck! Aku akan memenggal kepalamu jika kau kembali membuatnya menangis"
Midorima perlahan menegakkan badannya, berusaha mencerna kalimat yang diutarakan calon mertuanya. Apa ini berarti ia diizinkan bertemu Takao?"Masuklah, Okaa-sama tunggu disini"
Mengangguk, Midorima mengetuk pelan pintu lalu perlahan membukanya. Nampak Takao yang sedang duduk di pinggir ranjang. Ibu Takao berdiri, tersenyum kecil pada Midorima, lalu keluar dan menutup pintu kamar. Memberi waktu pada Midorima dan Takao untuk bicara."Takao..."
"..."
"Maaf"
"Kenapa?"
"Karena aku... telah menyakitimu-nanodayo"
"Huh, apa pedulimu? Aku bahkan bukan siapa-siapa bagimu"
"Kau adalah segalanya bagiku-nanodayo"
"Uso"
"Aku mencintaimu Takao. Aku mencintaimu-nanodayo. Aku mencintaimu sampai-sampai ingin mati rasanya saat kau meninggalkanku"
"Jangan bercanda, itu tidak lucu Shin-chan"Midorima melangkahkan kakinya, mendekati Takao yang sudah berdiri di samping ranjangnya. Tatapan mereka bertemu. Berusaha saling mencari tau apa isi di dalam pikiran lawan bicara. Sampai jarak mereka tidak lebih dari sejengkal, Midorima menghentikan langkahnya.
"Aku tidak bercanda-nanodayo. Apa yang harus ku lakukan agar kau percaya?"
Takao hanya bisa terdiam. Merasakan napas Midorima yang menyapu wajahnya. Konsentrasinya terpecah. Ia tak kuasa untuk sekedar memikirkan kata apa yang harus ia ucapkan. Bagaimana tidak? Mengatasi degup jantungnya saja ia sudah kewalahan. Padahal, sesaat sebelum Midorima masuk ke kamarnya, ia dan sang ibu sudah merancang apa saja yang harus Takao ucapkan pada Midorima. Ini rencana ibu Takao. Ia menyuruh Takao untuk sedikit jual mahal agar memancing Midorima untuk mengungkapkan perasaannya. Walaupun sebenarnya Takao sudah tidak tahan untuk memeluk erat sang pujaan hati yang berdiri tepat di hadapannya.Melihat Takao yang hanya menatapnya dalam diam dengan wajah sedikit memerah, Midorima tidak bisa menahan diri. Dalam waktu sepersekian detik, bibir Midorima sudah menempel pada bibir plum pemuda yang dicintainya. Lumatan dan jilatan diikutsertakan dalam aksinya. Bahkan desahan dan lenguhan juga datang tanpa diundang. Tanpa sadar, tangan Takao sudah bertengger manis pada leher Midorima. Sedangkan tangan si hijau megane sendiri sudah menemukan kenyamanannya di pinggang Takao. Sedikit meremasnya kala lidah ikut bermain dalam ciuman mereka.
Entah berapa lama waktu yang mereka habiskan dalam pagutan. Tautan mereka terlepas saat dirasa paru-paru sudah menjerit minta diisi kembali.
"Aku mencintaimu Takao"
"Un.. aku-- aku juga.."
"Hm?"
"Aku juga mencintaimu, Tsunderima no baka!"--
EndOr tbc?
Unbk kelar sekarang fokus utbk. Sungguh hidup yang penuh ujian.
Bai bai eksak~ author mau murtad dari saintek ke soshum😇
Bagi yang nganggur mungkin bisa sesekali doain author biar lolos sbmptn💕
Sankyu

KAMU SEDANG MEMBACA
Haima
Fanfiction⚠WARNING BL⚠ Pertemuan tidak disengaja berujung pada terikatnya dua insan untuk selamanya. Benarkah begitu? Mungkin tidak jika kebenaran yang sesungguhnya terungkap. Pairing: MidoTaka ⚠Yaoinya nyrempet 18+⚠